-Unromantic Love Story- 03
By : -elsie97
Dia datang seperti sebuah badai yang meluluh lantahkan semuanya. Kenyataanya aku baru menyadarinya sekarang, kenapa kau begitu tembus pandang hingga aku tak bisa menyadari keberadaanmu meskipun jarak kita sangat dekat? Kau sama sekali tak terlihat.. sudah berapa lama kau menungguku? Apa aku terlalu kejam menyakitimu selama itu.. berhenti tersenyum!! Aku benci senyuman yang membuatku merasa bersalah itu.
Even if you lean your head against me and blankly look at me, you don't know
I spread my arms and say that it feels so cool but you still don't know
Minwoo’s POV
Dinginnya malam menyeruak memasuki kamarku yang sudah diselimuti kegelapan ini. Beberapa butiran salju ikut masuk ke dalam kamarku tertiup angin di luar sana, telapak tanganku yang memutih sesekali berusaha menangkapnya dan membiarkan butiran es ukuran kecil itu mencari diatasnya, perlahan aku menyandarkan kepalaku ke jendela yang ada di sebelahku. Seketika dinginnya cuaca diluar sana terasa seperti langsung menusuk kepalaku. Dingin. Tubuhku menggigil kedinginan namun entah kenapa rasanya sulit untuk meninggalkan tempat ini. Hingga aku membiarkan rasa dingin ini menyiksaku lebih lama,
---
Yeonra-noona duduk di depanku pagi ini, memperhatikan setiap gerak-gerikku dengan matanya yg terkesan tak suka. Ada apa? Apa ada yang salah denganku hari ini? Aku berhenti menyuap sendok nasi goring ke dalam mulutku dan membalas tatapan Yeonra-noona dengan kepala yang sedikit kumiringkan.
“noona, waeyo?” tanyaku akhirnya, Kwangmin dan Youngmin jadi ikut-ikutan menghentikan aktifitas sarapan mereka dan melihat ke arah Yeonra-noona bersamaan. Gadis itu menyandarkan punggungnya kebelakang, kelihatannya semakin tak suka denganku.
“kau nekat mau sekolah hari ini hah?” katanya tepat ke sasaran. Kali ini Kwangmin dan Youngmin melihat ke arahku, mereka malah terheran melihatku memakai seragam sekolah, lalu sedetik kemudian mereka tersenyum seolah meledek.
“Minwoo~ya beruntunglah kau diomeli Noona” kata mereka bersamaan, mata Yeonra-noona membesar begitu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut si kembar ini.
“diamlah” sungutnya
“itu artinya dia sayang padamu… jangan melawannya atau kau akan menyesal hahaha… ah! Hyung, sebaiknya kita berangkat.. aku takut pada harimau betina yang duduk di sebelahku” Kwangmin segera mengenakan tasnya dan berlari keluar, beberapa detik kemudian dia kembali dan menyendok nasi goreng sekali lagi lalu kembali menyusul Youngmin yang sudah berlari kedepan. Kabur dari amukan Yeonra-noona. Aku tersenyum, melihat tingkah mereka. Haha… pipiku terasa hangat, aku melirik ke arah Yeonra-noona. Jantungku langsung berdetak cepat. Kurasa wajahku memerah ketika bertemu pandang dengannya, kalimat yang diucapkan Kwangmin membuat detak jantung dan hatiku semakin gelisah. Astaga… kenapa harus disaat seperti ini.
“heh.. bocah-bocah itu memang selalu membuat keributan di rumah ini” Yeonra-noona mengangka piringnya dan membawa piring itu ke tempat cuci piring, pelan-pelan kutundukan kepalaku menyembunyikan wajahku yang kemungkinan sudah semerah buah tomat. Aiiiisss…
“neo gwenchana?” Tanya Yeonra-noona, dia melihat kearahku, segera kuangkat wajahku dan mengangkut 3 buah piring yang tersisa diatas meja makan dan meletakannya di tempat cucian juga. Tepat saat aku sudah berada di sebelah noona, tangan dinginnya menyentuh keningku dan yah… seluruh system tubuhku semakin tak terkendali. Eottohke?
“badanmu masih hangat… istirahat saja di kamar.. memar-memarnya sudah tidak sesakit tadi malam kan?” tanyanya dengan nada yang lembut, dengan perasaan kacau ini aku coba menganggukan kepalaku. Terasa sangat canggung. “Minwoo~ya, siapa 3 orang yg kemarin malam Kwangmin bicarakan denganmu? Apa kau terlibat sebuah masalah besar?” pertanyaan itu jelas membuatku sedikit kaget, dia mendengarnya? Aku harus menjawabnya bagaimana sekarang. Kenapa jadi semakin sulit..?
“sudahlah bukan urusanku…” Yeonra-noona kembali sibuk dengan aktifitasnya lagi, aku terdiam menatap sebagian wajahnya yang terlihat, noona.. apa kau orang yang aku cari? Namun ada satu pertanyaan yang belakangan ini. Jika noona benar-benar Yeonra-noona yang selama ini ingin aku temui apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Jika bukan.. apa aku akan terus mencarinya dengan tujuan yang tak pasti. Aku sendiri tau noona tak ada hubungannya dengan pencurian lembar jawaban Ujian Nasional – author ga yakin di Seoul ada UN juga, tapi pasti adalah yang setingkat UN jadi anggap aja lembar jawabannya itu sepenting jawaban UN ya? – dan dokumen penting aboji yang 3 bulan lalu dicuri dan berakhir dengan lembar-lembar itu berserakan di kamar mandi kamarku. Tapi.. entah kenapa aku merasa Yeonra-noona bisa sedikit membantuku meski dia sama sekali tak tau bagaimana kejadian sebenarnya. Hajman.. bagaimana jika akhirnya dia juga akan menunjukku sebagai pelaku utama seperti aboji? Tanpa kusadari sepasang mata kini ikut menatapku, membaca ekspresiku dengan pasti saat mataku dan matanya bertemu rasanya seperti ada sebuah ketakutan muncul dalam diriku. Aku terdiam sejenak menatap matanya. Tak lama mata itu tersenyum bersamaan dengan sebuah senyuman yang tertarik dari ujung bibirnya. Satu kata untuk mendeskripsikannya dengan singkat, yeppeo.
“gwenchana.. apapun masalahmu pasti ada jalan keluarnya, entah kau mau atau tidak tapi jika kau butuh bantuanku.. aku akan selalu siap membantumu. Kau anak yang baik, aku tau itu” tangannya mengacak rambutku, dan lagi-lagi dejavu. Entahlah semuanya benar-benar sama dan terasa nyata, noona.. jika ini benar kau, na bogoshipeo
“Minwoo~ya, jika ada sesuatu yang ingin kau ceritakan dan kau tak punya teman untuk menceritakan itu.. katakana padaku. Aku janji akan mendengarkan”
Kalimat itu sukses membuatku tersenyum, benar juga.. satu-satunya cara untuk memastikannya dengan bercerita tentang masa lalu kan?
It was freezing, and even if you didn’t say anything
The tears in your dead eyes told me it came to an end
mungkin kau memang sudah memiliki tumpuanmu sendiri, orang yang lebih pantas untuk bersamamu dan selalu kau fikirkan setiap harinya. Tapi kenapa hatiku selalu memaksaku untuk tak membiarkanmu melangkah berbalik bahkan tak mengizinkanku membiarkanmu menjauh satu langkahpun, hatiku berteriak dan memohon agar kau tetap disini memimpikan mimpi yang sama denganku. Tapi.. mulutku tak mampu mengatakan sepatah katapun, ia diam.
I closed my eyes as you turned away so easily,
and I realized I wasn’t going to see you anymore
Author’s POV
Yeonra masih terlihat focus dengan drama yang tengah ia tonton di ruang tengah, matanya seakan tak berkedip dan memperhatikan setiap kalimat bahkan gerak-gerik dari sang tokoh. Benar saja, drama yang tengah dia tonton merupakan sebuah drama fafortinya dimana Jung Yong Hwa vokalis sebuah Band di Seoul berakting di dalamnya bersama Park Shin Hye. Heartstrings (promo-promo :p) itu judulnya, cerita cinta yang manis dan menjadi impian gadis itu untuk satu hari nanti bertemu dengan namja sekeren Yonghwa dan menjadi kekasihnya lalu bahagia selamanya. The End. Eh, tidak juga.. sebuah cerita khas sebuah drama takkan mungkin sesingkat itu bukan? Yeonra mengetuk-ngetukan jarinya di atas remote pikirannya kembali melayang pada namja yang mungkin sudah terlelap jauh ke dalam mimpinya. Sebenarnya bukan perasaan kuatir yang menghinggapi gadis itu, justru rasa penasaran. Atas apa? Argument bodoh yang mengatakan jika orang sedang sakit pasti akan mengigau. Itu yang ingin Yeonra dengar dari Minwoo. Rasa penasaran itu memuncak hingga akhirnya gadis itu memutuskan merelakan sisa drama Heartstrings yang masih berlangsung dan mengendap-endap ke kamar Minwoo.
Diam-diam Yeonra duduk di sebuah kursi yang diletakan di sebelah kasur, merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya, Yeonra menyingkirkan kursi itu perlahan dan berlutut di lantai dan memangku dagunya dengan kedua tangan. Sebagian wajah Minwoo tertutup oleh selimut. Diam-diam ia turunkan selimut itu dan memerlihatkan wajah namja itu sepenuhnya.
Pipi Yeonra memerah begitu matanya memantulkan sosok yang tengah tertidur didepannya ini. Tapi sejenak perasaan gadis itu berubah, dia membenarkan letak selimut yang sedikit terbuka dan duduk di tepi kasur, wajah itu terlihat sangat lelah, ada juga gurat-gurat kesedihan dari balik ekspresi imutnya ketika tidur. Pelan-pelan tangan Yeonra membelai pipi hangat namja itu, dalam hatinya dia berharap luka lebam di pipi dan bekas luka di ujung bibir Minwoo segera hilang. Secepatnya.
Mata Minwoo tiba-tiba terbuka membuat Yeonra nyaris meloncat dari tepi kasur dan berlari keluar saking malunya sudah meraba pipi orang yang tengah terridur. Minwoo duduk dan bersandar pada bantalnya lalu tersenyum. “waeyo?” suara yang terdengar parau itu bertanya. Yeonra mati gaya, entah apa jawaban atau alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.
“aniyo, aku hanya ingin melihatmu tidur.. itu saja. Kau tau aku mati kebosanan di luar sana” satu kalimat itu sukses membuat Yeonra semakin kehilangan muka. Minwoo tertawa karenanya, Yeonra mengusap tenguknya menyembunyikan rasa malu. Minwoo tersenyum sebuah senyuman manis.
“noona” panggilnya, Yeonra menatap pria yang ada di depannya, suasana kembali hening
“kapan-kapan… bagaimana kalau kita jalan-jalan berdua?” tawar Minwoo, pipi gadis berambut panjang yang ada didepannya perlahan-lahan mulai memerah tanpa sebab yang jelas.
“i.. itu…” kalimatnya terpotong, bukan terpotong sebenarnya tak berani ia lanjutkan. Yeonra membayangkan bagaimana reaksi Minwoo jika pertanyaan bodoh yang memnuhi kepalanya itu terlontar dari mulutnya. Akan semalu apa dia?!
“wae geurae?” Tanya Minwoo, Yeonra semakin yakin akan lebih baik jika ia tak menanyakan hal itu. Pertanyaan yang mempertanyakan apa namja yang ada didepannya ini mengajaknya kencan? Bodoh kan? Karena Yeonra tau Minwoo pasti akan menganggapnya terlalu percaya diri dan berakhir menertawakan Yeonra hingga gadis itu benar-benar kehilangan muka untuk bertatap muka dengan Minwoo. Lucu.. pertanyaan itu terus mendesak keluar seakan Yeonra benar-benar mengharapkan jawaban dari pertanyaan itu adalah iya.
“noona, wae geurae?” Minwoo mengulang pertanyaannya karna tak kunjung mendapat jawaban dari Yeonra. Gadis itu terdiam dan menundukkan kepalanya perlahan, namun saat kepalanya kembali terangkat ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Memamerkan senyuman lebar dan eye smile ciri khasnya.
“anniyo.. lupakan saja, sudahlah. Aku mau memasak makan siang dulu. Kau mau kubuatkan apa?” Tanya Yeonra, Minwoo menjawabnya dengan seulas senyuman di bibirnya ia menjawab aku ingin masakan terenak yang pernah noona buat
Yeonra’s POV
Aku ingin masakan terenak yang pernah noona buat
Oke, kalimat itu sukses membuatku benar-benar gila sekarang. Aiiissss ada apa sebenarnya dengan kerja otakku hari ini. Semuanya berputar-putar dan bodohnya yang selalu muncul di kepalaku hanya bocah itu dan bocah itu. Benar-benar bodoh.. aiisss Yeonra~ya neo michyeotni? Sepertinya ia.. aku benar-benar gila sekarang.. apa mungkin aku menyukai anak itu? Aigoooo…. Kenapa khayalanku malah tersesat kearah sana, aiss.. otakku benar-benar terbalik(?) sekarang. Aku melangkahkan kakiku kea rah dapur dan memikirkan sebuah menu yang tepat hari ini, ketika di dapur aku membuka lemari es dan menemukan banyak bahan makanan yang tersisa. Baguslah.. itu artinya aku tak perlu belanja.
“daging, saus teriyaki, kimchi, bihun, bakso, wortel, tofu…. Aiiisss… banyak bahan makanan benar-benar merepotkan” aku mengomel sendiri di depan kulkas seperti orang gila.
“noona.. kau berbicara pada kulkas?” suara itu… Duk! Aku membentukan kepalaku dengan sengaja ke tangan kiri yang tengah memegang pintu kulkas. Kenapa disaat kegilaanku sudah memuncak dia harus melihatnya??
“anniyo, kau salah dengar tadi aku sedang membaca pesan” sanggahku
“ponselmu… tadi tertinggal dikamarku” aku melihatnya menyodorkan ponsel kearahku, benar juga selain ingin melihatnya mengigau aku juga sempat berinisiatif untuk memotret ekspresinya yang sedang tertidur.
Neo baboya..
Mati saja kau Jo Yeonra,
---
Akhirnya aku meminta bantuan Minwoo untuk memasak menuku hari ini, entah akan enak atau tidak, jujur aku tak tau apa nama masakan ini.. hajimanyo aku akan memanggang daging dan tofu lalu menyiramnya dengan saus teriyaki dan sebagai teman makannya aku berniat membuat sup krim dengan tofu sebagai bahan eksperimenku. Jika enak kau harus memanggilku chef. Jika tak enak paksa aku untuk meloncat dari gedung terdekat sebelum ada korban lain yang berjatuhan setelah memakan masakan eksperimenku,
Jujur awalnya Minwoo juga terlihat bingung mendengar penjelasanku tentang menu makan siang hari ini. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk membantuku memasak dan menyiapkan semuanya. Kurasa dia tak ingin jadi korban pertamaku.
Makan siang hari ini bisa kubilang sebagai acara terbaik dan yah.. aku benar-benar menyukainya. Meski aku yakin untuk masalah pujian tentang masakanku Minwoo tengah mengatakan sebuah kebohongan besar ketika kata enak menyelip di antara pujian itu, aniya maksudku semua pujian yang dia katakana itu pasti berbanding terbalik dengan rasa sebenarnya. Rasanya memang aneh dan mungkin karna anak itu sedang sakit dan kebetulan aku juga sedang lapar-laparnya masakan ini terasa sangat enak.
Pukul 3 sore, aku dan Minwoo memutuskan untuk berjalan-jalan keluar kebetulan aku juga ada janji dengan seseorang sore ini dia tak keberatan jika aku mengajak Minwoo ikut serta. Meski aku tak yakin dia benar-benar setuju Minwoo ikut, dia.. Jeongmin. Lee Jeongmin. Namja yang menjadi bahan gossip fakultas kesenian denganku sebagai yeoja chingu yang berperan dalam gossip itu. Kenapa harus aku dengan Lee Jeongmin yang terkena gossip seperti itu? Kami memang dekat karna dulu kami juga bersekolah di SMA yang sama begitu juga saat SMP. Tapi bukan berarti kami sesuai dengan gossip itu, terkadang aku sering merasa ngeri jika berdiri di sebelahnya. Bayangan-bayangan bodoh seperti berpegangan tangan saling memanggil dengan panggilan chagiya persis seperti itu selalu membuatku ngeri. Masalahnya Jeongmin termasuk anak yang sangat nakal dulu, sebuah mimpi buruk jika memang aku bisa benar-benar menjadi kekasihnya.
Kami janji bertemu di sebuah toko buku di pusat kota Seoul, sepertinya aku sudah terlalu lama membuat bocah itu menungguku. Buktinya sejak tadi dia menelepon dan menanyakan sudah sampai? Dasar tak sabaran.
Minwoo yang duduk di sebelahku terus menundukan kepalanya menyembunyikan wajahnya di balik topi, atau malah tetidur? Entahlah dia terus diam dalam posisi seperti itu sejak 30 menit yang lalu. Aku melemparkan pandanganku ke luar jendela bis mencari sesuatu yang bisa kupandangi di luar sana, tak ada apa-apa yang menarik kecuali baliho-baliho dengan foto wajah artis yang sama bergelantungan di bangunan-bangunan besar dan jalanan yang penuh sesak akan manusia. Aku merasa ada sesuatu yang membentur pundak sebelah kiriku dan ternyata itu kepala Minwoo, dia benar-benar tidur rupanya. Aku tersenyum. Dengan alasan yang tak jelas sama sekali, singkatnya aku tersenyum tanpa tau kenapa aku bisa tersenyum. Rasanya hanya dejavu
“YAK!! Kenapa kau lama sekali!!!” Jeongmin berteriak di telingaku saat aku baru saja tiba, sudah kuduga pasti dimarahi “aku sudah menunggumu selama 1 jam.. kau mau buatku berlumut apa?!” dia masih melanjutkan acara mengomelnya. Minwoo berdiri di belakangku bingung tak mengerti apa yang terjadi disini. Jeongmin mengalihkan pandangannya menatap Minwoo lalu bertanya
“nugu?”
“temanku.. Minwoo. No Min Woo” jawabku singkat
“aaah”
“annyeong haseyo” sapa Minwoo sopan dia membungkukkan tubuhnya sopan, berbanding terbalik dengan Jeongmin yang tak punya rasa sopan dan formalitas sama sekali. Such a bad boy right? ^_^
Apa dia yang menjadi tempatmu bersandar?
Suasana mulai berubah menjadi sangat akrab saat aku melihat dua namja yang saling bertolak belakang ini bercanda bersama, melihat mereka benar-benar seperti menonton duet bodoh. Jujur, aku belum pernah tau kalau Minwoo punya bakat untuk bisa dengan mudah akrab dengan orang asing. Aku kembali memilih-milih buku yang akan kubeli, sayup-sayup aku mendengar tawa gila dari arah mereka berdua. Mungkin satu-satunya cara aman selamat dari rasa malu memang berpura-pura tak mengenal mereka berdua, sekarang aku juga tau Minwoo punya bakat untuk mempermalukan orang lain.
Bisakah aku menggantikannya? Aku benar-benar memohon padamu.. karna jujur aku benar-benar kau ada disini. Di dekatku menemani dan membagi sinarmu untuk menerangi malamku yang benar-benar gelap gulita. Jebal.. bolehkah aku menggantikannya?
Tempat selanjutnya yang akan kami kunjungi adalah sebuah restoran, lucunya Jeongmin berinisiatif untuk membungkus makanannya dan makan di luar restoran, sebenarnya cara itu bisa dibilang cara yang cerdas juga melihat restoran ini sangat ramai. Mungkin karena menjelang akhir pekan. Aku dan Minwoo setuju, kami akhirnya makan di bawah sebuah pohon di taman. Bukan ide buruk juga makan seperti ini. Baru kenal satu hari namun dua namja itu sudah sangat akrab seperti ini pergaulan model laki-laki memang sangat ekstrim
“akh.. aku lupa!” Jeongmin menepuk keningnya, seketika suasana hening
“wae geurae?” tanyaku
“tugas makalahku belum selesai… ehehehe Yeonra~ya”
Aku memukul keala namja itu dengan tasku saat wajah meminta tolong itu mampir di wajahnya, seenaknya saja dia mau memintaku yang membuatkan tugas makalahnya
“aiiiiiiiiiiiiiisssss apo~” runtuknya sambil merapikan rambut anehnya itu, Minwoo cekikikan sendiri melihat pertengkaran ini “Cuma sekali ini saja!” Jeongmin melanjutkan niatnya
“shireo” jawabku singkat, dibalas tatapan tajam dari Jeongmin
“jangan harap kau akan kubelikan eskrim lagi”
“sekarang musim dingin mana hanya orang aneh yang membeli eskrim di musim dingin” balasku tak mau kalah namun Jeongmin belum kehilangan kalimat gertakannya kembali membalas dengan santai
“lalu siapa yang saat hujan salju seminggu yang lalu menawariku eskrim yang akhirnya 2 eskrim dihabiskan sendiri” balasnya dengan jari telunjuk menunjuk ke arahku “aku bahkan tau di dalam freezer mu masih menyimpan banyak persediaan eskrim” matanya menyipit, itu salah satu caranya untuk membuatku kehabisan akal untuk membalas dan lagi-lagi berhasil. Semua tuduhannya benar. Aku memang orang yang aneh,
“jinjjaeyo?” Minwoo semakin memperkeruh suasana dengan menanyakan hal itu. Anak bodoh.
“jinjja aku pernah membuka kulkasnya dan menemukan banyak eskrim” jawab Jeongmin lugas. Sebaiknya aku harus menenggelamkan tubuhku ke danau yang sudah membeku daripada menahan malu dan ditertawakan dua namja super bodoh ini. Suasana menjadi hening sejenak, kami terdiam dan mungkin saling merenungkan bahan pembicaraan yang lainnya. Sedangkan aku. Mataku terus menatap seorang namja yang perlahan-lahan tersenyum manis saat dia sadar tengah diperhatikan oleh sepasang mataku ini. Minwoo. Aku membalas senyumannya, lalu Jeongmin memecah keheningan dengan sangat tiba-tiba dengan mengibas-ngibaskan tangannya di depan mataku
“aah waeyo?” tanyaku setengah berteriak
“kau melamun karna apa? Aneh sekali” sahut namja itu datar
“aniya.. aku tak sedang melamun” sanggahku, mataku mencuri-curi kesempatan untuk kembali menatap Minwoo, rasanya ada sesuatu yang ingin sekali kutau darinya hari ini. Ekspresi wajahnya. Terlihat berbeda dari hari-hari biasanya. Ada apa?
Because I was at a loss for words,
Because I was frozen to the ground
I only saw the backside of you,
---
Author’s POV
Minwoo menutup teleponnya menandakan percakapannya sudah berakhir, dia menatap layar ponselnya kosong, disana termuat sebuah foto yang diambil tadi siang bersama 2 teman barunya, ah bukan.. salah satu diantara mereka merupakan orang dimana Minwoo menyimpan hatinya, Jo Yeon Ra.
Sebuah ketukan terdengar dari pintu, Minwoo segera menoleh dan berlari kecil membuka pintunya, dibalik pintu itu sudah berdiri seorang yeoja dengan senyuman khasnya.
“makan malam dulu” ucapnya, Minwoo membalas senyuman yeoja itu beberapa detik kemudian yeoja bernama Yeonra itu meraih tangan Minwoo dan menatap lurus ke manik matanya
“kau tau? Tadi aku sangat kaget dengan apa yang kamu katakana Minwoo~ya, apapun masalahmu aku akan berusaha membantumu. Apapun itu, begitu juga dengan Jeongmin”
“minwoo~ya ada satu hal yang harus selalu kau ingat..”
“apa itu hyung?”
“kau menyukai Yeonra kan?”
“mworaguyo?”
“kuingatkan padamu..jika kau memang menyukainya, kau harus bertanding melawanku.”
Minwoo terpaku sesaat, dia memang merasakan sebuah kelegaan setelah menceritakan semua masalahnya beberapa jam yang lalu diruang tengah saat Yeonra dan Kwangmin tentang kenapa ada orang-orang yang memukulinya kemarin. Pelakunya sama seperti beberapa hari yang lalu, orang-orang aneh yang sepertinya diperintahkan oleh ayah Minwoo untuk membawanya pulang namun karna Minwoo sama sekali tak mau mereka terpaksa menjalankan cara kasar meski berakhir dengan Minwoo berhasil kabur.
Sekarang bukan itu yang menjadi beban pikirannya, Minwoo sudah terbiasa. Namun kalimat tadi, menyukai? Melawan orang itu? Kalimat it uterus terngiang di telinganya dan membuat pertanyaan-pertanyaan baru tentang perasaan yang dirasakan oleh Minwoo terasa seperti membludak(?) dan akhirnya mengakui sesuatu yang tak pernah ia kira sebelumnya. 3 minggu tinggal di rumah ini.. dekat bersama yeoja yang –bisa jadi adalah yeoja impiannya yang selalu ia cari. Jantungnya kembali bergetar ketika sentuhan tangan Yeonra semakin mengerat di tangannya.
“gwenchana noona.. kajja, na jeongmal pegopdta” rengek Minwoo, disambut anggukan dari kepala Yeonra, mereka berdua bergabung bersama dengan Kwangmin dan Youngmin yang kembali berniat untuk menginap 1 malam lagi.
Malam itu berlalu biasa saja, seperti hari-hari selanjutnya dimana semuanya berubah menjadi biasa saja. Sudah terhitung Minwoo tinggal di rumah Yeonra selama 2 bulan, bukanlah waktu yang sebentar. Kwangmin dan Youngmin juga belakangan ini lebih sering menghabiskan waktu mereka dengan menginap di rumah kakak mereka, sampai akhirnya..
“hyung” panggil Minwoo, seorang namja yang tengah memasang headset di telinganya menyahuti dengan deheman singkat
“kau benar-benar menyukai noona?” Tanya Minwoo. Langsung ke inti pembicaraannya dan tujuannya bertemu dengan Jeongmin. Wajah namja bernama Jeongmin itu tak menunjukan perasaan kaget sama sekali. Wajahnya datar lalu sebuah senyuman terkembang sempurna di bibirnya
“wae? Merasa terancam?” Tanya Jeongmin. Lebih persis seperti sebuah tantangan
“ani..”
“bagaimana denganmu?” potong Jeongmin, Minwoo mendongkakkan kepalanya membalas tatapan sepasang mata yang ada di depannya itu
“aku tak menyukai noona.. sungguh, aku mencintainya”
Jeongmin tersentak, dan terlihat benar-benar kaget mendengar jawaban berani itu, sesaat Minwoo merasa dia berhasil membuat namja itu merasa kalah namun, itu hanya beberapa detik
“apa dia mencintaimu juga?”
“akan kubuktikan pada hyung besok”
“jika kau gagal?” tantang Jeongmin, Minwoo berfikir. Ini menjadi sebuah ajang taruhan
“aku akan pergi.”
---
Aku akan benar-benar pergi jika kau tak menginginkanku. Aku benar-benar berbalik dan pergi.. namun kenapa rasanya sangat berat untuk melangkahkan kakiku barang satu langkah saja, aku tau aku harus pergi. Tapi kenapa hatiku memberontak. Hatiku benar-benar tak ingin meninggalkan cerita yg terlanjur mencapai klimaks ini.
---
“kau sungguh-sungguh akan pergi?” Jeongmin menyeruput teh manisnya, dengan mata masih menatap Minwoo menunggu sebuah jawaban lagi keluar dari mulutnya. Sementara Minwoo masih mempertimbangkan jawabannya, ini benar-benar akan jadi ajang taruhan. Jika ia kalah? Harus pergi? Hatinya menolak itu semua
“ne, aku pergi.. itu perjanjiannya” sahut Minwoo
Jeongmin tersenyum puas lalu mengulurkan tangan kirinya yang kemudian disambut oleh Minwoo, setelah hari itu mereka bertaruh siapa yang akan diterima pernyataan cintanya oleh Yeonra. *Author merasa dirinya laku :p*
Dalam perjalanan pulang perasaan gundah memenuhi diri Minwoo, selama ini dia merasa kalau Yeonra menganggapnya tak lebih dari adik kecil yang harus ia lindungi, kepala namja itu tertunduk dan menatap jalanan becek karena hujan salju yang sudah sedikit mencair tadi, music-musik lembut yang berasal dari beberapa pertokoan hanya mampu mengalihkan pandangan Minwoo sebentar. Hingga muncul sebuah toko hadiah natal, Minwoo menghentikan langkahnya sebentar dan menatap ke dalam jendela toko. Ada sesuatu yang menarik di matanya. Sebuah syal rajutan warna merah dan putih. Sebuah senyuman terkembang di bibir namja itu. Dia pun berlari masuk ke toko sesudah memastikan ia membawa dompet dan uangnya cukup untuk membeli kedua syal itu
“bisa tolong dibungkus?” pinta Minwoo, petugas memilihkan kotak dan kertas kado yang serasi, sambil menunggu mata Minwoo memperhatikan sekelilingnya nyaris semua yang ada disini merupakan sepasang kekasih, kepala Minwoo kembali tertunduk.
Setidaknya aku sudah berikan noona hadiah kenang-kenangan jika aku kalah
Katanya dalam hati,
3 days later
23 December 2011
Salju turun dan semakin lama semakin menumpuk di beberapa dahan pohon. Seoul seakan berubah menjadi sebuah pulau salju malam itu. Seorang gadis dalam kamarnya terlihat sangat sibuk mengobrak-abrik lemari bajunya mencari sebuah baju yang pas untuk dipakai di cuaca sedingin ini.
“namjaa ituuuuuu” sungutnya sembari terus membolak-balik beberapa gantungan baju di dalam lemarinya.
“NOONAAAAA!!!”
Mata Yeonra memutar ketika pintu kamarnya terdobrak, ada Youngmin yang masuk dan membawa sebuah amplop merah pekat. Matanya membulat melihat keadaan kamar kakaknya yang hampir mirip kapal Titanic saat tenggelam dulu
“Noona, wae geurae?” Tanya Youngmin
“aku STRES!!” teriak Yeonra dari balik pintu lemari, Youngmin melangkah masuk dan menghampiri kakaknya yang benar-benar frustasi dengan tumpukan baju ini.
“kau mau kemana?” Tanya Youngmin lagi
“tadi Jeongmin memintaku menemuinya.. dia bilang HARUS pakai baju bagus!! Kalau tidak aku takkan dibantunya membuat tugas akhir semesterku itu… aiiiissshhh geu namjaaa!!!”
Youngmin tertegun sebentar, lalu menarik tangan Yeonra keluar dari kamar menuju ruang tengah. Sudah terlihat Kwangmin disana dan sebuah kotak merah dengan motif polkadot di sebelahnya.
“mwoya?” Tanya Yeonra
“dari kami untuk noona!!” sahut Kwangmin semangat, Yeonra membalas sahutan penuh semangat itu dengan tatapan sinis
“aiiiss jinshimiya!! Ini kami yang membelinya” tambah Youngmin meyakinkan
“jeongmal?”
“jeongmal” jawab keduanya, Yeonra membuka kotak itu dan seulas senyuman mengembang di bibirnya dengan lembut.
“yeppeuni?”
Isi kotak itu adalah dres merah dengan mantel putih panjang yang menutupinya, Yeonra menambahkan pemanis dengan memakai sebuah penutup kepala rajutan warna merah muda senada dengan dress yg ia gunakan. Gadis itu dihadiahi 2 pasang jempol yang terangkat keatas dari Youngmin dan Kwangmin.
“yeppeun~”
Yeonra terkekeh pelan
“benar saja.. yang memakainyapun secantik malaikat” ^^
“noona” Youngmin segera bangkit dari kursinya dan menghampiri Yeonra. Ia menjulurkan amplop merah tadi, tepat saat Yeonra akan membukanya tangan namja berambut pirang itu menahannya
“pertimbangkan dulu sebelum membukanya.. semuanya kelewat kebetulan. Aku mau noona mempertimbangkannya dulu sebelum membacanya” ucap Youngmin, kedua alis Yeonra mengerut
“maksudmu?” tangan Yeonra bermaksud kembali membukanya, Kwangmin yang melihat itu segera menghampiri mereka berdua dan merebut surat yg ada di tangan Yeonra lalu memasukannya ke dalam saku mantel
“baca suratnya di jalan dan pertimbangkan semuanya” ucap Kwangmin dan langsung mendorong Yeonra keluar dari rumah.
---
Yeonra’s POV
Aku berlari kecil menemui namja itu di tempat kami sudah berjanji tadi. Jeonmin-ah mengapa kau sangat merepotkan? Salju turun semakin deras setiap detiknya aku sekarang khawatir akan badai salju malam ini.
Ah! Disana rupanya.. aku mempercepat langkahku dan segera menepuk sebuah pundak yang tengah bersandar di tiang penunjuk jalan di tengah-tengah perempatan MyeongDeong.
“Yeonra~…..ya?” namja itu berbalik dan matanya dengan cepat memerhatikan penampilanku dari ujung kepala sampai kaki. Aku sendiri malah terbengong dan berusaha meyakinkan pada diri sendiri orang yg ada di depanku ini benar Jeongmin. Lee Jeong Min.
“ini kau?” kami mengucapkan kata itu bersamaan, dan suasana menjadi sangat canggung kemudian. Astaga.. kenapa namja ini sangat tampan malam ini. Apa mataku kemasukan salju?
Author’s POV
Guguran salju memang semakin lama semakin menderas, menyurutkan sebuah perasaan berdebar dan perasaan senang yang tadinya memenuhi hati Minwoo, semuanya tergantikan dengan perasaan benci akan semua yang terjadi hari ini. Dan yang paling dia benci jika jarum jam sudah menunjukan pukul 9 tepat dia kalah. Minwoo menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi merah dan menatap kotak kecil berisikan syal putih di atas meja bundar. Senyuman perlahan-lahan terkembang lalu kembali memudar saat dia menyadari orang yang ia tunggu belum datang juga.
Kau benar-benar takkan datang?
Im going to know you, love you
Even if I was like a coward at the beginning
It seems like we can do anything if were together
Yeonra merasakan ada sesuatu yg keras dalam saku mantelnya, dia baru ingat akan amplop merah barusan. Ditariknya keluar amplop itu
“Yeonra~ya!” Jeongmin memanggilnya
“de?”
“aku mau mengatakan sesuatu padamu..”
“nee?”
“ini… jujur dari hatiku, aku sedang tidak bercanda.. jadi.. kuharap kau juga mau menjawabnya dengan jawaban yg serius dan benar-benar dari hatimu, arachi?”
Yeonra mengangguk
“na neo johahae”
You're going to know me, love me
If you give your love, there's something to do
Are you really difficult like me?
“mianhae”
---
Deringan ponsel memecahkan keheningan,Minwoo sedikit tersentak dan langsung mengangkat ponselnya sebuah e-mail masuk dari Youngmin. Ia menanyakan apakah Yeonra ada disana? Minwoo segera membalas belum, aku masih menunggu.. masih ada 30 menit lagi sebelum jam 9 tepat
“mianhae… aku… benar-benar bingung bagaimana harus menjawabnya.. hajiman.. aku menyukai orang lain.. sepertinya. Aku tidak yakin dengan perasaanku, yang jelas.. aku menganggapmu tak lebih dari seorang teman”
Jeongmin tersenyum tipis, dia menunduk sebentar lalu menghela nafas panjang dan kembali tersenyum lebar.
“gomawo” katanya singkat “aku sudah tau jawabanmu adalah itu, namun aku selalu penasaran. Penasaran sebelum mendengarnya langsung dari mulutmu.. kau menyukai Minwoo kan? Haha.. aku belum menyerah, aku yakin satu hari nanti kau akan jatuh kepelukanku Yeonra~ya!”
Yeonra terkekeh pelan, dia tau benar bagaimana sahabatnya ini bercanda
“haish” sungutnya
“apa Minwoo tak membuat janji denganmu?”
“sebenarnya Youngmin dan Kwangmin memberikanku amplop ini.. aku belum tau isinya.. menurutmu isinya apa?”
“buka saja”
Noona, jika ada waktu mau bertemu denganku di café chocolate snow? Aku menunggu kedatanganmu.. cepat ya~ terlambat sedikit kau harus membayar semua cangkir kopi yang kuminum^^
-Minwoo
Yeonra membalikkan tubuhnya dan mulai berlari tanpa memperdulikan Jeongmin yang berteriak dan memanggil-manggil namanya
Apa aku masih sempat? Kenapa rasanya aku takut sekali
Minwoo me;irik jam tangannya, jam menunjukkan pukul 8:59 pm satu menit lagi. Minwoo semakin lesu, matanya melirik ke sekeliling ada banyak pasangan yang kencan malam ini bisa jadi dia hanya satu-satunya orang yang duduk sendirian di café ini.
---
Yeonra’s POV
Aku kembali berusaha menghubungi ponsel Minwoo dan hasilnya sama saja, tak diangkat. Dia kemanaa? Tadi saat aku tiba di café bodoh itu dia tak disana, kukira dia sudah pulang ternyata di rumah pun tak ada. Aiiisssh kemana bocah ituu?
Dan disaat seperti ini juga Youngmin dan Kwangmin malah sudah pulang ke rumah eomma, eottohke? Aku benar-benar bingung sekarang.
Ponselku tiba-tiba berdering dan menunjukan sebuah nama yang sejak tadi kutunggu untuk menghubungiku.
“Mi..Minwoo~ya!” teriakku, rasa marah dan semua omelanku terhenti saat suara disana menyambutku dengan nada yang aneh
“noona~ mau bertemu denganku selama 5 menit? Di depan rumah~” katanya di sebrang sana, aku mengintip melalui jendela dan bocah itu berdiri tepat di depan pagar! Aku segera menarik mantel dan berlari keluar. Aku memukulnya.. melampiaskan semua kekesalanku malam ini, dia mengangkat wajahnya, pipinya tampak memerah
“ini sudah sangat malam.. terima kasih sudah mau menemuiku” ucapnya pelan
“YAK! EODISONA?!” teriakku tepat di depan wajahnya
“molla.. aku juga tidak tau darimana aku tadi”
“kau..mabuk?” aku menyentuh kedua pipinya dan menghadapkan wajahnya ke wajahku, memang ada sedikit bau alcohol
“anak kecil sepertiku mana mungkin mabuk~” Minwoo menepis kedua tanganku
“saranghae”
“MWO?” mataku membulat dengan cepat saat kata itu menggetarkan gendang telingaku
“noona tak tau? Aku menyukai noona.. sangaaaaat menyukai noona.. moreuni?”
Aku terdiam tak berani berkata-kata
“aku selalu memikirkan noona selama 2 bulan terakhir seperti orang gila.. moreuni? Dengan begitu aku semakin dan semakin menyukai noona”
Sekarang…
Aku merasa dunia benar-benar tidak adil..
Kenapa ada orang yang menyatakan perasaanku malam ini?
Kenapa keduanya benar-benar membuatku bingung dengan perasaanku sendiri?
“kurasa kau benar-benar mabuk, ayo masuk!” aku menarik tangan Minwoo bermaksud mengajaknya masuk ke dalam rumah.
“jinsimiya… tolong jangan anggap aku adik kecilmu.. aku akan menangis~ apapun jawabanmu jika kau menolakku tolong jangan katakana padaku.. cobalah kencan denganku satu mingguu saja.. jika noona benar-benar tak memiliki rasa denganku.. gwenchana~ aku akan pergi.”
---
Dan esok paginya, Minwoo berubah drastic dia tak berbicara sepatah katapun denganku. Dia menjawab seadanya. Aku semakin bingung harus melakukan apa sekarang.
Hingga siang itu.. sebuah mobil hitam terparkir jelas di depan rumahku, aku berlari mendekat. Saat itu aku memang tak sedang di rumah aku memutuskan untuk mencari udara segar dan bahan makanan untuk 3 hari kedepan. Langkahku terhenti di depan pagar saat Minwoo melangkah keluar dengan sebuah ransel di punggungnya.
“mau kemana?” tanyaku
“aku mau pulang.. maaf sudah merepotkan noona selama ini.. aku pamiit”
Minwoo menundukan badannya dan masuk ke dalam mobil, aku sama sekali tak bereaksi apapun. Aku hanya terdiam melihat kendaraan hitam dimana Minwoo duduk di dalamnya berjalan pergi lalu menghilang di tikungan.
It was freezing, and even if you didn’t say anything
The tears in your dead eyes told me it came to an end
I closed my eyes as you turned away so easily,
and I realized I wasn’t going to see you anymore
It got out of hand until
it was over in the blink of an eye
and in silence tears were shed
aku melangkah masuk ke dalam rumah dan menemukan sesuatu tergeletak di depan pintu masuk, aku merunduk dan memungutnya. Ada selembar kertas diatas kotak itu.
Aku minta maaf jika hari ini aku bersikap dingin,
Aku sebenarnya tak ingin seperti itu.. hanya saja aku tak ingin membuat kenangan indah dengan menyisakan senyuman noona yang indah itu terus terbayang di benakku
Noona..
Mianhae perkataanku yang semalam (jika aku benar-benar mengungkapkan hal aneh) aku memang benar-benar mabuk malam itu. Aku bertemu teman dan sedikit minum dengan mereka. Sungguh.. itu semua di luar kendali.
Ini hadiah natal dariku,
Semoga noona menyukainya’
Sampai jumpa lagi
Ppyong~
Because I was at a loss for words,
Because I was frozen to the ground
I only saw the backside of you
Because I couldn’t show you my true feelings,
So many tears were spilled,
Because I can’t get you
I’m crying and breathing is difficult
Apa aku masih bisa bertemu denganmu lagi?
Itu tidak penting!! Aku ingin bertemu dan memelukmu sekarang!
---
YO!Yo!Yo!
#ngerapbarengBaro
Aduh bingung mau nulis apa.. mungkin Cuma mau bilang FF yang lain menyusul ._.
JANGAN LUPA RCL! JANGAN PELIT KOMEN! WKWKWK BANYAK KOMEN DAN KRITIK DAPET PAHALA DARI BANA (?)
Dewa-dewa.,
Adieu~n
Ppyong~!
By : -elsie97
Dia datang seperti sebuah badai yang meluluh lantahkan semuanya. Kenyataanya aku baru menyadarinya sekarang, kenapa kau begitu tembus pandang hingga aku tak bisa menyadari keberadaanmu meskipun jarak kita sangat dekat? Kau sama sekali tak terlihat.. sudah berapa lama kau menungguku? Apa aku terlalu kejam menyakitimu selama itu.. berhenti tersenyum!! Aku benci senyuman yang membuatku merasa bersalah itu.
Even if you lean your head against me and blankly look at me, you don't know
I spread my arms and say that it feels so cool but you still don't know
Minwoo’s POV
Dinginnya malam menyeruak memasuki kamarku yang sudah diselimuti kegelapan ini. Beberapa butiran salju ikut masuk ke dalam kamarku tertiup angin di luar sana, telapak tanganku yang memutih sesekali berusaha menangkapnya dan membiarkan butiran es ukuran kecil itu mencari diatasnya, perlahan aku menyandarkan kepalaku ke jendela yang ada di sebelahku. Seketika dinginnya cuaca diluar sana terasa seperti langsung menusuk kepalaku. Dingin. Tubuhku menggigil kedinginan namun entah kenapa rasanya sulit untuk meninggalkan tempat ini. Hingga aku membiarkan rasa dingin ini menyiksaku lebih lama,
---
Yeonra-noona duduk di depanku pagi ini, memperhatikan setiap gerak-gerikku dengan matanya yg terkesan tak suka. Ada apa? Apa ada yang salah denganku hari ini? Aku berhenti menyuap sendok nasi goring ke dalam mulutku dan membalas tatapan Yeonra-noona dengan kepala yang sedikit kumiringkan.
“noona, waeyo?” tanyaku akhirnya, Kwangmin dan Youngmin jadi ikut-ikutan menghentikan aktifitas sarapan mereka dan melihat ke arah Yeonra-noona bersamaan. Gadis itu menyandarkan punggungnya kebelakang, kelihatannya semakin tak suka denganku.
“kau nekat mau sekolah hari ini hah?” katanya tepat ke sasaran. Kali ini Kwangmin dan Youngmin melihat ke arahku, mereka malah terheran melihatku memakai seragam sekolah, lalu sedetik kemudian mereka tersenyum seolah meledek.
“Minwoo~ya beruntunglah kau diomeli Noona” kata mereka bersamaan, mata Yeonra-noona membesar begitu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut si kembar ini.
“diamlah” sungutnya
“itu artinya dia sayang padamu… jangan melawannya atau kau akan menyesal hahaha… ah! Hyung, sebaiknya kita berangkat.. aku takut pada harimau betina yang duduk di sebelahku” Kwangmin segera mengenakan tasnya dan berlari keluar, beberapa detik kemudian dia kembali dan menyendok nasi goreng sekali lagi lalu kembali menyusul Youngmin yang sudah berlari kedepan. Kabur dari amukan Yeonra-noona. Aku tersenyum, melihat tingkah mereka. Haha… pipiku terasa hangat, aku melirik ke arah Yeonra-noona. Jantungku langsung berdetak cepat. Kurasa wajahku memerah ketika bertemu pandang dengannya, kalimat yang diucapkan Kwangmin membuat detak jantung dan hatiku semakin gelisah. Astaga… kenapa harus disaat seperti ini.
“heh.. bocah-bocah itu memang selalu membuat keributan di rumah ini” Yeonra-noona mengangka piringnya dan membawa piring itu ke tempat cuci piring, pelan-pelan kutundukan kepalaku menyembunyikan wajahku yang kemungkinan sudah semerah buah tomat. Aiiiisss…
“neo gwenchana?” Tanya Yeonra-noona, dia melihat kearahku, segera kuangkat wajahku dan mengangkut 3 buah piring yang tersisa diatas meja makan dan meletakannya di tempat cucian juga. Tepat saat aku sudah berada di sebelah noona, tangan dinginnya menyentuh keningku dan yah… seluruh system tubuhku semakin tak terkendali. Eottohke?
“badanmu masih hangat… istirahat saja di kamar.. memar-memarnya sudah tidak sesakit tadi malam kan?” tanyanya dengan nada yang lembut, dengan perasaan kacau ini aku coba menganggukan kepalaku. Terasa sangat canggung. “Minwoo~ya, siapa 3 orang yg kemarin malam Kwangmin bicarakan denganmu? Apa kau terlibat sebuah masalah besar?” pertanyaan itu jelas membuatku sedikit kaget, dia mendengarnya? Aku harus menjawabnya bagaimana sekarang. Kenapa jadi semakin sulit..?
“sudahlah bukan urusanku…” Yeonra-noona kembali sibuk dengan aktifitasnya lagi, aku terdiam menatap sebagian wajahnya yang terlihat, noona.. apa kau orang yang aku cari? Namun ada satu pertanyaan yang belakangan ini. Jika noona benar-benar Yeonra-noona yang selama ini ingin aku temui apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Jika bukan.. apa aku akan terus mencarinya dengan tujuan yang tak pasti. Aku sendiri tau noona tak ada hubungannya dengan pencurian lembar jawaban Ujian Nasional – author ga yakin di Seoul ada UN juga, tapi pasti adalah yang setingkat UN jadi anggap aja lembar jawabannya itu sepenting jawaban UN ya? – dan dokumen penting aboji yang 3 bulan lalu dicuri dan berakhir dengan lembar-lembar itu berserakan di kamar mandi kamarku. Tapi.. entah kenapa aku merasa Yeonra-noona bisa sedikit membantuku meski dia sama sekali tak tau bagaimana kejadian sebenarnya. Hajman.. bagaimana jika akhirnya dia juga akan menunjukku sebagai pelaku utama seperti aboji? Tanpa kusadari sepasang mata kini ikut menatapku, membaca ekspresiku dengan pasti saat mataku dan matanya bertemu rasanya seperti ada sebuah ketakutan muncul dalam diriku. Aku terdiam sejenak menatap matanya. Tak lama mata itu tersenyum bersamaan dengan sebuah senyuman yang tertarik dari ujung bibirnya. Satu kata untuk mendeskripsikannya dengan singkat, yeppeo.
“gwenchana.. apapun masalahmu pasti ada jalan keluarnya, entah kau mau atau tidak tapi jika kau butuh bantuanku.. aku akan selalu siap membantumu. Kau anak yang baik, aku tau itu” tangannya mengacak rambutku, dan lagi-lagi dejavu. Entahlah semuanya benar-benar sama dan terasa nyata, noona.. jika ini benar kau, na bogoshipeo
“Minwoo~ya, jika ada sesuatu yang ingin kau ceritakan dan kau tak punya teman untuk menceritakan itu.. katakana padaku. Aku janji akan mendengarkan”
Kalimat itu sukses membuatku tersenyum, benar juga.. satu-satunya cara untuk memastikannya dengan bercerita tentang masa lalu kan?
It was freezing, and even if you didn’t say anything
The tears in your dead eyes told me it came to an end
mungkin kau memang sudah memiliki tumpuanmu sendiri, orang yang lebih pantas untuk bersamamu dan selalu kau fikirkan setiap harinya. Tapi kenapa hatiku selalu memaksaku untuk tak membiarkanmu melangkah berbalik bahkan tak mengizinkanku membiarkanmu menjauh satu langkahpun, hatiku berteriak dan memohon agar kau tetap disini memimpikan mimpi yang sama denganku. Tapi.. mulutku tak mampu mengatakan sepatah katapun, ia diam.
I closed my eyes as you turned away so easily,
and I realized I wasn’t going to see you anymore
Author’s POV
Yeonra masih terlihat focus dengan drama yang tengah ia tonton di ruang tengah, matanya seakan tak berkedip dan memperhatikan setiap kalimat bahkan gerak-gerik dari sang tokoh. Benar saja, drama yang tengah dia tonton merupakan sebuah drama fafortinya dimana Jung Yong Hwa vokalis sebuah Band di Seoul berakting di dalamnya bersama Park Shin Hye. Heartstrings (promo-promo :p) itu judulnya, cerita cinta yang manis dan menjadi impian gadis itu untuk satu hari nanti bertemu dengan namja sekeren Yonghwa dan menjadi kekasihnya lalu bahagia selamanya. The End. Eh, tidak juga.. sebuah cerita khas sebuah drama takkan mungkin sesingkat itu bukan? Yeonra mengetuk-ngetukan jarinya di atas remote pikirannya kembali melayang pada namja yang mungkin sudah terlelap jauh ke dalam mimpinya. Sebenarnya bukan perasaan kuatir yang menghinggapi gadis itu, justru rasa penasaran. Atas apa? Argument bodoh yang mengatakan jika orang sedang sakit pasti akan mengigau. Itu yang ingin Yeonra dengar dari Minwoo. Rasa penasaran itu memuncak hingga akhirnya gadis itu memutuskan merelakan sisa drama Heartstrings yang masih berlangsung dan mengendap-endap ke kamar Minwoo.
Diam-diam Yeonra duduk di sebuah kursi yang diletakan di sebelah kasur, merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya, Yeonra menyingkirkan kursi itu perlahan dan berlutut di lantai dan memangku dagunya dengan kedua tangan. Sebagian wajah Minwoo tertutup oleh selimut. Diam-diam ia turunkan selimut itu dan memerlihatkan wajah namja itu sepenuhnya.
Pipi Yeonra memerah begitu matanya memantulkan sosok yang tengah tertidur didepannya ini. Tapi sejenak perasaan gadis itu berubah, dia membenarkan letak selimut yang sedikit terbuka dan duduk di tepi kasur, wajah itu terlihat sangat lelah, ada juga gurat-gurat kesedihan dari balik ekspresi imutnya ketika tidur. Pelan-pelan tangan Yeonra membelai pipi hangat namja itu, dalam hatinya dia berharap luka lebam di pipi dan bekas luka di ujung bibir Minwoo segera hilang. Secepatnya.
Mata Minwoo tiba-tiba terbuka membuat Yeonra nyaris meloncat dari tepi kasur dan berlari keluar saking malunya sudah meraba pipi orang yang tengah terridur. Minwoo duduk dan bersandar pada bantalnya lalu tersenyum. “waeyo?” suara yang terdengar parau itu bertanya. Yeonra mati gaya, entah apa jawaban atau alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.
“aniyo, aku hanya ingin melihatmu tidur.. itu saja. Kau tau aku mati kebosanan di luar sana” satu kalimat itu sukses membuat Yeonra semakin kehilangan muka. Minwoo tertawa karenanya, Yeonra mengusap tenguknya menyembunyikan rasa malu. Minwoo tersenyum sebuah senyuman manis.
“noona” panggilnya, Yeonra menatap pria yang ada di depannya, suasana kembali hening
“kapan-kapan… bagaimana kalau kita jalan-jalan berdua?” tawar Minwoo, pipi gadis berambut panjang yang ada didepannya perlahan-lahan mulai memerah tanpa sebab yang jelas.
“i.. itu…” kalimatnya terpotong, bukan terpotong sebenarnya tak berani ia lanjutkan. Yeonra membayangkan bagaimana reaksi Minwoo jika pertanyaan bodoh yang memnuhi kepalanya itu terlontar dari mulutnya. Akan semalu apa dia?!
“wae geurae?” Tanya Minwoo, Yeonra semakin yakin akan lebih baik jika ia tak menanyakan hal itu. Pertanyaan yang mempertanyakan apa namja yang ada didepannya ini mengajaknya kencan? Bodoh kan? Karena Yeonra tau Minwoo pasti akan menganggapnya terlalu percaya diri dan berakhir menertawakan Yeonra hingga gadis itu benar-benar kehilangan muka untuk bertatap muka dengan Minwoo. Lucu.. pertanyaan itu terus mendesak keluar seakan Yeonra benar-benar mengharapkan jawaban dari pertanyaan itu adalah iya.
“noona, wae geurae?” Minwoo mengulang pertanyaannya karna tak kunjung mendapat jawaban dari Yeonra. Gadis itu terdiam dan menundukkan kepalanya perlahan, namun saat kepalanya kembali terangkat ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Memamerkan senyuman lebar dan eye smile ciri khasnya.
“anniyo.. lupakan saja, sudahlah. Aku mau memasak makan siang dulu. Kau mau kubuatkan apa?” Tanya Yeonra, Minwoo menjawabnya dengan seulas senyuman di bibirnya ia menjawab aku ingin masakan terenak yang pernah noona buat
Yeonra’s POV
Aku ingin masakan terenak yang pernah noona buat
Oke, kalimat itu sukses membuatku benar-benar gila sekarang. Aiiissss ada apa sebenarnya dengan kerja otakku hari ini. Semuanya berputar-putar dan bodohnya yang selalu muncul di kepalaku hanya bocah itu dan bocah itu. Benar-benar bodoh.. aiisss Yeonra~ya neo michyeotni? Sepertinya ia.. aku benar-benar gila sekarang.. apa mungkin aku menyukai anak itu? Aigoooo…. Kenapa khayalanku malah tersesat kearah sana, aiss.. otakku benar-benar terbalik(?) sekarang. Aku melangkahkan kakiku kea rah dapur dan memikirkan sebuah menu yang tepat hari ini, ketika di dapur aku membuka lemari es dan menemukan banyak bahan makanan yang tersisa. Baguslah.. itu artinya aku tak perlu belanja.
“daging, saus teriyaki, kimchi, bihun, bakso, wortel, tofu…. Aiiisss… banyak bahan makanan benar-benar merepotkan” aku mengomel sendiri di depan kulkas seperti orang gila.
“noona.. kau berbicara pada kulkas?” suara itu… Duk! Aku membentukan kepalaku dengan sengaja ke tangan kiri yang tengah memegang pintu kulkas. Kenapa disaat kegilaanku sudah memuncak dia harus melihatnya??
“anniyo, kau salah dengar tadi aku sedang membaca pesan” sanggahku
“ponselmu… tadi tertinggal dikamarku” aku melihatnya menyodorkan ponsel kearahku, benar juga selain ingin melihatnya mengigau aku juga sempat berinisiatif untuk memotret ekspresinya yang sedang tertidur.
Neo baboya..
Mati saja kau Jo Yeonra,
---
Akhirnya aku meminta bantuan Minwoo untuk memasak menuku hari ini, entah akan enak atau tidak, jujur aku tak tau apa nama masakan ini.. hajimanyo aku akan memanggang daging dan tofu lalu menyiramnya dengan saus teriyaki dan sebagai teman makannya aku berniat membuat sup krim dengan tofu sebagai bahan eksperimenku. Jika enak kau harus memanggilku chef. Jika tak enak paksa aku untuk meloncat dari gedung terdekat sebelum ada korban lain yang berjatuhan setelah memakan masakan eksperimenku,
Jujur awalnya Minwoo juga terlihat bingung mendengar penjelasanku tentang menu makan siang hari ini. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk membantuku memasak dan menyiapkan semuanya. Kurasa dia tak ingin jadi korban pertamaku.
Makan siang hari ini bisa kubilang sebagai acara terbaik dan yah.. aku benar-benar menyukainya. Meski aku yakin untuk masalah pujian tentang masakanku Minwoo tengah mengatakan sebuah kebohongan besar ketika kata enak menyelip di antara pujian itu, aniya maksudku semua pujian yang dia katakana itu pasti berbanding terbalik dengan rasa sebenarnya. Rasanya memang aneh dan mungkin karna anak itu sedang sakit dan kebetulan aku juga sedang lapar-laparnya masakan ini terasa sangat enak.
Pukul 3 sore, aku dan Minwoo memutuskan untuk berjalan-jalan keluar kebetulan aku juga ada janji dengan seseorang sore ini dia tak keberatan jika aku mengajak Minwoo ikut serta. Meski aku tak yakin dia benar-benar setuju Minwoo ikut, dia.. Jeongmin. Lee Jeongmin. Namja yang menjadi bahan gossip fakultas kesenian denganku sebagai yeoja chingu yang berperan dalam gossip itu. Kenapa harus aku dengan Lee Jeongmin yang terkena gossip seperti itu? Kami memang dekat karna dulu kami juga bersekolah di SMA yang sama begitu juga saat SMP. Tapi bukan berarti kami sesuai dengan gossip itu, terkadang aku sering merasa ngeri jika berdiri di sebelahnya. Bayangan-bayangan bodoh seperti berpegangan tangan saling memanggil dengan panggilan chagiya persis seperti itu selalu membuatku ngeri. Masalahnya Jeongmin termasuk anak yang sangat nakal dulu, sebuah mimpi buruk jika memang aku bisa benar-benar menjadi kekasihnya.
Kami janji bertemu di sebuah toko buku di pusat kota Seoul, sepertinya aku sudah terlalu lama membuat bocah itu menungguku. Buktinya sejak tadi dia menelepon dan menanyakan sudah sampai? Dasar tak sabaran.
Minwoo yang duduk di sebelahku terus menundukan kepalanya menyembunyikan wajahnya di balik topi, atau malah tetidur? Entahlah dia terus diam dalam posisi seperti itu sejak 30 menit yang lalu. Aku melemparkan pandanganku ke luar jendela bis mencari sesuatu yang bisa kupandangi di luar sana, tak ada apa-apa yang menarik kecuali baliho-baliho dengan foto wajah artis yang sama bergelantungan di bangunan-bangunan besar dan jalanan yang penuh sesak akan manusia. Aku merasa ada sesuatu yang membentur pundak sebelah kiriku dan ternyata itu kepala Minwoo, dia benar-benar tidur rupanya. Aku tersenyum. Dengan alasan yang tak jelas sama sekali, singkatnya aku tersenyum tanpa tau kenapa aku bisa tersenyum. Rasanya hanya dejavu
“YAK!! Kenapa kau lama sekali!!!” Jeongmin berteriak di telingaku saat aku baru saja tiba, sudah kuduga pasti dimarahi “aku sudah menunggumu selama 1 jam.. kau mau buatku berlumut apa?!” dia masih melanjutkan acara mengomelnya. Minwoo berdiri di belakangku bingung tak mengerti apa yang terjadi disini. Jeongmin mengalihkan pandangannya menatap Minwoo lalu bertanya
“nugu?”
“temanku.. Minwoo. No Min Woo” jawabku singkat
“aaah”
“annyeong haseyo” sapa Minwoo sopan dia membungkukkan tubuhnya sopan, berbanding terbalik dengan Jeongmin yang tak punya rasa sopan dan formalitas sama sekali. Such a bad boy right? ^_^
Apa dia yang menjadi tempatmu bersandar?
Suasana mulai berubah menjadi sangat akrab saat aku melihat dua namja yang saling bertolak belakang ini bercanda bersama, melihat mereka benar-benar seperti menonton duet bodoh. Jujur, aku belum pernah tau kalau Minwoo punya bakat untuk bisa dengan mudah akrab dengan orang asing. Aku kembali memilih-milih buku yang akan kubeli, sayup-sayup aku mendengar tawa gila dari arah mereka berdua. Mungkin satu-satunya cara aman selamat dari rasa malu memang berpura-pura tak mengenal mereka berdua, sekarang aku juga tau Minwoo punya bakat untuk mempermalukan orang lain.
Bisakah aku menggantikannya? Aku benar-benar memohon padamu.. karna jujur aku benar-benar kau ada disini. Di dekatku menemani dan membagi sinarmu untuk menerangi malamku yang benar-benar gelap gulita. Jebal.. bolehkah aku menggantikannya?
Tempat selanjutnya yang akan kami kunjungi adalah sebuah restoran, lucunya Jeongmin berinisiatif untuk membungkus makanannya dan makan di luar restoran, sebenarnya cara itu bisa dibilang cara yang cerdas juga melihat restoran ini sangat ramai. Mungkin karena menjelang akhir pekan. Aku dan Minwoo setuju, kami akhirnya makan di bawah sebuah pohon di taman. Bukan ide buruk juga makan seperti ini. Baru kenal satu hari namun dua namja itu sudah sangat akrab seperti ini pergaulan model laki-laki memang sangat ekstrim
“akh.. aku lupa!” Jeongmin menepuk keningnya, seketika suasana hening
“wae geurae?” tanyaku
“tugas makalahku belum selesai… ehehehe Yeonra~ya”
Aku memukul keala namja itu dengan tasku saat wajah meminta tolong itu mampir di wajahnya, seenaknya saja dia mau memintaku yang membuatkan tugas makalahnya
“aiiiiiiiiiiiiiisssss apo~” runtuknya sambil merapikan rambut anehnya itu, Minwoo cekikikan sendiri melihat pertengkaran ini “Cuma sekali ini saja!” Jeongmin melanjutkan niatnya
“shireo” jawabku singkat, dibalas tatapan tajam dari Jeongmin
“jangan harap kau akan kubelikan eskrim lagi”
“sekarang musim dingin mana hanya orang aneh yang membeli eskrim di musim dingin” balasku tak mau kalah namun Jeongmin belum kehilangan kalimat gertakannya kembali membalas dengan santai
“lalu siapa yang saat hujan salju seminggu yang lalu menawariku eskrim yang akhirnya 2 eskrim dihabiskan sendiri” balasnya dengan jari telunjuk menunjuk ke arahku “aku bahkan tau di dalam freezer mu masih menyimpan banyak persediaan eskrim” matanya menyipit, itu salah satu caranya untuk membuatku kehabisan akal untuk membalas dan lagi-lagi berhasil. Semua tuduhannya benar. Aku memang orang yang aneh,
“jinjjaeyo?” Minwoo semakin memperkeruh suasana dengan menanyakan hal itu. Anak bodoh.
“jinjja aku pernah membuka kulkasnya dan menemukan banyak eskrim” jawab Jeongmin lugas. Sebaiknya aku harus menenggelamkan tubuhku ke danau yang sudah membeku daripada menahan malu dan ditertawakan dua namja super bodoh ini. Suasana menjadi hening sejenak, kami terdiam dan mungkin saling merenungkan bahan pembicaraan yang lainnya. Sedangkan aku. Mataku terus menatap seorang namja yang perlahan-lahan tersenyum manis saat dia sadar tengah diperhatikan oleh sepasang mataku ini. Minwoo. Aku membalas senyumannya, lalu Jeongmin memecah keheningan dengan sangat tiba-tiba dengan mengibas-ngibaskan tangannya di depan mataku
“aah waeyo?” tanyaku setengah berteriak
“kau melamun karna apa? Aneh sekali” sahut namja itu datar
“aniya.. aku tak sedang melamun” sanggahku, mataku mencuri-curi kesempatan untuk kembali menatap Minwoo, rasanya ada sesuatu yang ingin sekali kutau darinya hari ini. Ekspresi wajahnya. Terlihat berbeda dari hari-hari biasanya. Ada apa?
Because I was at a loss for words,
Because I was frozen to the ground
I only saw the backside of you,
---
Author’s POV
Minwoo menutup teleponnya menandakan percakapannya sudah berakhir, dia menatap layar ponselnya kosong, disana termuat sebuah foto yang diambil tadi siang bersama 2 teman barunya, ah bukan.. salah satu diantara mereka merupakan orang dimana Minwoo menyimpan hatinya, Jo Yeon Ra.
Sebuah ketukan terdengar dari pintu, Minwoo segera menoleh dan berlari kecil membuka pintunya, dibalik pintu itu sudah berdiri seorang yeoja dengan senyuman khasnya.
“makan malam dulu” ucapnya, Minwoo membalas senyuman yeoja itu beberapa detik kemudian yeoja bernama Yeonra itu meraih tangan Minwoo dan menatap lurus ke manik matanya
“kau tau? Tadi aku sangat kaget dengan apa yang kamu katakana Minwoo~ya, apapun masalahmu aku akan berusaha membantumu. Apapun itu, begitu juga dengan Jeongmin”
“minwoo~ya ada satu hal yang harus selalu kau ingat..”
“apa itu hyung?”
“kau menyukai Yeonra kan?”
“mworaguyo?”
“kuingatkan padamu..jika kau memang menyukainya, kau harus bertanding melawanku.”
Minwoo terpaku sesaat, dia memang merasakan sebuah kelegaan setelah menceritakan semua masalahnya beberapa jam yang lalu diruang tengah saat Yeonra dan Kwangmin tentang kenapa ada orang-orang yang memukulinya kemarin. Pelakunya sama seperti beberapa hari yang lalu, orang-orang aneh yang sepertinya diperintahkan oleh ayah Minwoo untuk membawanya pulang namun karna Minwoo sama sekali tak mau mereka terpaksa menjalankan cara kasar meski berakhir dengan Minwoo berhasil kabur.
Sekarang bukan itu yang menjadi beban pikirannya, Minwoo sudah terbiasa. Namun kalimat tadi, menyukai? Melawan orang itu? Kalimat it uterus terngiang di telinganya dan membuat pertanyaan-pertanyaan baru tentang perasaan yang dirasakan oleh Minwoo terasa seperti membludak(?) dan akhirnya mengakui sesuatu yang tak pernah ia kira sebelumnya. 3 minggu tinggal di rumah ini.. dekat bersama yeoja yang –bisa jadi adalah yeoja impiannya yang selalu ia cari. Jantungnya kembali bergetar ketika sentuhan tangan Yeonra semakin mengerat di tangannya.
“gwenchana noona.. kajja, na jeongmal pegopdta” rengek Minwoo, disambut anggukan dari kepala Yeonra, mereka berdua bergabung bersama dengan Kwangmin dan Youngmin yang kembali berniat untuk menginap 1 malam lagi.
Malam itu berlalu biasa saja, seperti hari-hari selanjutnya dimana semuanya berubah menjadi biasa saja. Sudah terhitung Minwoo tinggal di rumah Yeonra selama 2 bulan, bukanlah waktu yang sebentar. Kwangmin dan Youngmin juga belakangan ini lebih sering menghabiskan waktu mereka dengan menginap di rumah kakak mereka, sampai akhirnya..
“hyung” panggil Minwoo, seorang namja yang tengah memasang headset di telinganya menyahuti dengan deheman singkat
“kau benar-benar menyukai noona?” Tanya Minwoo. Langsung ke inti pembicaraannya dan tujuannya bertemu dengan Jeongmin. Wajah namja bernama Jeongmin itu tak menunjukan perasaan kaget sama sekali. Wajahnya datar lalu sebuah senyuman terkembang sempurna di bibirnya
“wae? Merasa terancam?” Tanya Jeongmin. Lebih persis seperti sebuah tantangan
“ani..”
“bagaimana denganmu?” potong Jeongmin, Minwoo mendongkakkan kepalanya membalas tatapan sepasang mata yang ada di depannya itu
“aku tak menyukai noona.. sungguh, aku mencintainya”
Jeongmin tersentak, dan terlihat benar-benar kaget mendengar jawaban berani itu, sesaat Minwoo merasa dia berhasil membuat namja itu merasa kalah namun, itu hanya beberapa detik
“apa dia mencintaimu juga?”
“akan kubuktikan pada hyung besok”
“jika kau gagal?” tantang Jeongmin, Minwoo berfikir. Ini menjadi sebuah ajang taruhan
“aku akan pergi.”
---
Aku akan benar-benar pergi jika kau tak menginginkanku. Aku benar-benar berbalik dan pergi.. namun kenapa rasanya sangat berat untuk melangkahkan kakiku barang satu langkah saja, aku tau aku harus pergi. Tapi kenapa hatiku memberontak. Hatiku benar-benar tak ingin meninggalkan cerita yg terlanjur mencapai klimaks ini.
---
“kau sungguh-sungguh akan pergi?” Jeongmin menyeruput teh manisnya, dengan mata masih menatap Minwoo menunggu sebuah jawaban lagi keluar dari mulutnya. Sementara Minwoo masih mempertimbangkan jawabannya, ini benar-benar akan jadi ajang taruhan. Jika ia kalah? Harus pergi? Hatinya menolak itu semua
“ne, aku pergi.. itu perjanjiannya” sahut Minwoo
Jeongmin tersenyum puas lalu mengulurkan tangan kirinya yang kemudian disambut oleh Minwoo, setelah hari itu mereka bertaruh siapa yang akan diterima pernyataan cintanya oleh Yeonra. *Author merasa dirinya laku :p*
Dalam perjalanan pulang perasaan gundah memenuhi diri Minwoo, selama ini dia merasa kalau Yeonra menganggapnya tak lebih dari adik kecil yang harus ia lindungi, kepala namja itu tertunduk dan menatap jalanan becek karena hujan salju yang sudah sedikit mencair tadi, music-musik lembut yang berasal dari beberapa pertokoan hanya mampu mengalihkan pandangan Minwoo sebentar. Hingga muncul sebuah toko hadiah natal, Minwoo menghentikan langkahnya sebentar dan menatap ke dalam jendela toko. Ada sesuatu yang menarik di matanya. Sebuah syal rajutan warna merah dan putih. Sebuah senyuman terkembang di bibir namja itu. Dia pun berlari masuk ke toko sesudah memastikan ia membawa dompet dan uangnya cukup untuk membeli kedua syal itu
“bisa tolong dibungkus?” pinta Minwoo, petugas memilihkan kotak dan kertas kado yang serasi, sambil menunggu mata Minwoo memperhatikan sekelilingnya nyaris semua yang ada disini merupakan sepasang kekasih, kepala Minwoo kembali tertunduk.
Setidaknya aku sudah berikan noona hadiah kenang-kenangan jika aku kalah
Katanya dalam hati,
3 days later
23 December 2011
Salju turun dan semakin lama semakin menumpuk di beberapa dahan pohon. Seoul seakan berubah menjadi sebuah pulau salju malam itu. Seorang gadis dalam kamarnya terlihat sangat sibuk mengobrak-abrik lemari bajunya mencari sebuah baju yang pas untuk dipakai di cuaca sedingin ini.
“namjaa ituuuuuu” sungutnya sembari terus membolak-balik beberapa gantungan baju di dalam lemarinya.
“NOONAAAAA!!!”
Mata Yeonra memutar ketika pintu kamarnya terdobrak, ada Youngmin yang masuk dan membawa sebuah amplop merah pekat. Matanya membulat melihat keadaan kamar kakaknya yang hampir mirip kapal Titanic saat tenggelam dulu
“Noona, wae geurae?” Tanya Youngmin
“aku STRES!!” teriak Yeonra dari balik pintu lemari, Youngmin melangkah masuk dan menghampiri kakaknya yang benar-benar frustasi dengan tumpukan baju ini.
“kau mau kemana?” Tanya Youngmin lagi
“tadi Jeongmin memintaku menemuinya.. dia bilang HARUS pakai baju bagus!! Kalau tidak aku takkan dibantunya membuat tugas akhir semesterku itu… aiiiissshhh geu namjaaa!!!”
Youngmin tertegun sebentar, lalu menarik tangan Yeonra keluar dari kamar menuju ruang tengah. Sudah terlihat Kwangmin disana dan sebuah kotak merah dengan motif polkadot di sebelahnya.
“mwoya?” Tanya Yeonra
“dari kami untuk noona!!” sahut Kwangmin semangat, Yeonra membalas sahutan penuh semangat itu dengan tatapan sinis
“aiiiss jinshimiya!! Ini kami yang membelinya” tambah Youngmin meyakinkan
“jeongmal?”
“jeongmal” jawab keduanya, Yeonra membuka kotak itu dan seulas senyuman mengembang di bibirnya dengan lembut.
“yeppeuni?”
Isi kotak itu adalah dres merah dengan mantel putih panjang yang menutupinya, Yeonra menambahkan pemanis dengan memakai sebuah penutup kepala rajutan warna merah muda senada dengan dress yg ia gunakan. Gadis itu dihadiahi 2 pasang jempol yang terangkat keatas dari Youngmin dan Kwangmin.
“yeppeun~”
Yeonra terkekeh pelan
“benar saja.. yang memakainyapun secantik malaikat” ^^
“noona” Youngmin segera bangkit dari kursinya dan menghampiri Yeonra. Ia menjulurkan amplop merah tadi, tepat saat Yeonra akan membukanya tangan namja berambut pirang itu menahannya
“pertimbangkan dulu sebelum membukanya.. semuanya kelewat kebetulan. Aku mau noona mempertimbangkannya dulu sebelum membacanya” ucap Youngmin, kedua alis Yeonra mengerut
“maksudmu?” tangan Yeonra bermaksud kembali membukanya, Kwangmin yang melihat itu segera menghampiri mereka berdua dan merebut surat yg ada di tangan Yeonra lalu memasukannya ke dalam saku mantel
“baca suratnya di jalan dan pertimbangkan semuanya” ucap Kwangmin dan langsung mendorong Yeonra keluar dari rumah.
---
Yeonra’s POV
Aku berlari kecil menemui namja itu di tempat kami sudah berjanji tadi. Jeonmin-ah mengapa kau sangat merepotkan? Salju turun semakin deras setiap detiknya aku sekarang khawatir akan badai salju malam ini.
Ah! Disana rupanya.. aku mempercepat langkahku dan segera menepuk sebuah pundak yang tengah bersandar di tiang penunjuk jalan di tengah-tengah perempatan MyeongDeong.
“Yeonra~…..ya?” namja itu berbalik dan matanya dengan cepat memerhatikan penampilanku dari ujung kepala sampai kaki. Aku sendiri malah terbengong dan berusaha meyakinkan pada diri sendiri orang yg ada di depanku ini benar Jeongmin. Lee Jeong Min.
“ini kau?” kami mengucapkan kata itu bersamaan, dan suasana menjadi sangat canggung kemudian. Astaga.. kenapa namja ini sangat tampan malam ini. Apa mataku kemasukan salju?
Author’s POV
Guguran salju memang semakin lama semakin menderas, menyurutkan sebuah perasaan berdebar dan perasaan senang yang tadinya memenuhi hati Minwoo, semuanya tergantikan dengan perasaan benci akan semua yang terjadi hari ini. Dan yang paling dia benci jika jarum jam sudah menunjukan pukul 9 tepat dia kalah. Minwoo menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi merah dan menatap kotak kecil berisikan syal putih di atas meja bundar. Senyuman perlahan-lahan terkembang lalu kembali memudar saat dia menyadari orang yang ia tunggu belum datang juga.
Kau benar-benar takkan datang?
Im going to know you, love you
Even if I was like a coward at the beginning
It seems like we can do anything if were together
Yeonra merasakan ada sesuatu yg keras dalam saku mantelnya, dia baru ingat akan amplop merah barusan. Ditariknya keluar amplop itu
“Yeonra~ya!” Jeongmin memanggilnya
“de?”
“aku mau mengatakan sesuatu padamu..”
“nee?”
“ini… jujur dari hatiku, aku sedang tidak bercanda.. jadi.. kuharap kau juga mau menjawabnya dengan jawaban yg serius dan benar-benar dari hatimu, arachi?”
Yeonra mengangguk
“na neo johahae”
You're going to know me, love me
If you give your love, there's something to do
Are you really difficult like me?
“mianhae”
---
Deringan ponsel memecahkan keheningan,Minwoo sedikit tersentak dan langsung mengangkat ponselnya sebuah e-mail masuk dari Youngmin. Ia menanyakan apakah Yeonra ada disana? Minwoo segera membalas belum, aku masih menunggu.. masih ada 30 menit lagi sebelum jam 9 tepat
“mianhae… aku… benar-benar bingung bagaimana harus menjawabnya.. hajiman.. aku menyukai orang lain.. sepertinya. Aku tidak yakin dengan perasaanku, yang jelas.. aku menganggapmu tak lebih dari seorang teman”
Jeongmin tersenyum tipis, dia menunduk sebentar lalu menghela nafas panjang dan kembali tersenyum lebar.
“gomawo” katanya singkat “aku sudah tau jawabanmu adalah itu, namun aku selalu penasaran. Penasaran sebelum mendengarnya langsung dari mulutmu.. kau menyukai Minwoo kan? Haha.. aku belum menyerah, aku yakin satu hari nanti kau akan jatuh kepelukanku Yeonra~ya!”
Yeonra terkekeh pelan, dia tau benar bagaimana sahabatnya ini bercanda
“haish” sungutnya
“apa Minwoo tak membuat janji denganmu?”
“sebenarnya Youngmin dan Kwangmin memberikanku amplop ini.. aku belum tau isinya.. menurutmu isinya apa?”
“buka saja”
Noona, jika ada waktu mau bertemu denganku di café chocolate snow? Aku menunggu kedatanganmu.. cepat ya~ terlambat sedikit kau harus membayar semua cangkir kopi yang kuminum^^
-Minwoo
Yeonra membalikkan tubuhnya dan mulai berlari tanpa memperdulikan Jeongmin yang berteriak dan memanggil-manggil namanya
Apa aku masih sempat? Kenapa rasanya aku takut sekali
Minwoo me;irik jam tangannya, jam menunjukkan pukul 8:59 pm satu menit lagi. Minwoo semakin lesu, matanya melirik ke sekeliling ada banyak pasangan yang kencan malam ini bisa jadi dia hanya satu-satunya orang yang duduk sendirian di café ini.
---
Yeonra’s POV
Aku kembali berusaha menghubungi ponsel Minwoo dan hasilnya sama saja, tak diangkat. Dia kemanaa? Tadi saat aku tiba di café bodoh itu dia tak disana, kukira dia sudah pulang ternyata di rumah pun tak ada. Aiiisssh kemana bocah ituu?
Dan disaat seperti ini juga Youngmin dan Kwangmin malah sudah pulang ke rumah eomma, eottohke? Aku benar-benar bingung sekarang.
Ponselku tiba-tiba berdering dan menunjukan sebuah nama yang sejak tadi kutunggu untuk menghubungiku.
“Mi..Minwoo~ya!” teriakku, rasa marah dan semua omelanku terhenti saat suara disana menyambutku dengan nada yang aneh
“noona~ mau bertemu denganku selama 5 menit? Di depan rumah~” katanya di sebrang sana, aku mengintip melalui jendela dan bocah itu berdiri tepat di depan pagar! Aku segera menarik mantel dan berlari keluar. Aku memukulnya.. melampiaskan semua kekesalanku malam ini, dia mengangkat wajahnya, pipinya tampak memerah
“ini sudah sangat malam.. terima kasih sudah mau menemuiku” ucapnya pelan
“YAK! EODISONA?!” teriakku tepat di depan wajahnya
“molla.. aku juga tidak tau darimana aku tadi”
“kau..mabuk?” aku menyentuh kedua pipinya dan menghadapkan wajahnya ke wajahku, memang ada sedikit bau alcohol
“anak kecil sepertiku mana mungkin mabuk~” Minwoo menepis kedua tanganku
“saranghae”
“MWO?” mataku membulat dengan cepat saat kata itu menggetarkan gendang telingaku
“noona tak tau? Aku menyukai noona.. sangaaaaat menyukai noona.. moreuni?”
Aku terdiam tak berani berkata-kata
“aku selalu memikirkan noona selama 2 bulan terakhir seperti orang gila.. moreuni? Dengan begitu aku semakin dan semakin menyukai noona”
Sekarang…
Aku merasa dunia benar-benar tidak adil..
Kenapa ada orang yang menyatakan perasaanku malam ini?
Kenapa keduanya benar-benar membuatku bingung dengan perasaanku sendiri?
“kurasa kau benar-benar mabuk, ayo masuk!” aku menarik tangan Minwoo bermaksud mengajaknya masuk ke dalam rumah.
“jinsimiya… tolong jangan anggap aku adik kecilmu.. aku akan menangis~ apapun jawabanmu jika kau menolakku tolong jangan katakana padaku.. cobalah kencan denganku satu mingguu saja.. jika noona benar-benar tak memiliki rasa denganku.. gwenchana~ aku akan pergi.”
---
Dan esok paginya, Minwoo berubah drastic dia tak berbicara sepatah katapun denganku. Dia menjawab seadanya. Aku semakin bingung harus melakukan apa sekarang.
Hingga siang itu.. sebuah mobil hitam terparkir jelas di depan rumahku, aku berlari mendekat. Saat itu aku memang tak sedang di rumah aku memutuskan untuk mencari udara segar dan bahan makanan untuk 3 hari kedepan. Langkahku terhenti di depan pagar saat Minwoo melangkah keluar dengan sebuah ransel di punggungnya.
“mau kemana?” tanyaku
“aku mau pulang.. maaf sudah merepotkan noona selama ini.. aku pamiit”
Minwoo menundukan badannya dan masuk ke dalam mobil, aku sama sekali tak bereaksi apapun. Aku hanya terdiam melihat kendaraan hitam dimana Minwoo duduk di dalamnya berjalan pergi lalu menghilang di tikungan.
It was freezing, and even if you didn’t say anything
The tears in your dead eyes told me it came to an end
I closed my eyes as you turned away so easily,
and I realized I wasn’t going to see you anymore
It got out of hand until
it was over in the blink of an eye
and in silence tears were shed
aku melangkah masuk ke dalam rumah dan menemukan sesuatu tergeletak di depan pintu masuk, aku merunduk dan memungutnya. Ada selembar kertas diatas kotak itu.
Aku minta maaf jika hari ini aku bersikap dingin,
Aku sebenarnya tak ingin seperti itu.. hanya saja aku tak ingin membuat kenangan indah dengan menyisakan senyuman noona yang indah itu terus terbayang di benakku
Noona..
Mianhae perkataanku yang semalam (jika aku benar-benar mengungkapkan hal aneh) aku memang benar-benar mabuk malam itu. Aku bertemu teman dan sedikit minum dengan mereka. Sungguh.. itu semua di luar kendali.
Ini hadiah natal dariku,
Semoga noona menyukainya’
Sampai jumpa lagi
Ppyong~
Because I was at a loss for words,
Because I was frozen to the ground
I only saw the backside of you
Because I couldn’t show you my true feelings,
So many tears were spilled,
Because I can’t get you
I’m crying and breathing is difficult
Apa aku masih bisa bertemu denganmu lagi?
Itu tidak penting!! Aku ingin bertemu dan memelukmu sekarang!
---
YO!Yo!Yo!
#ngerapbarengBaro
Aduh bingung mau nulis apa.. mungkin Cuma mau bilang FF yang lain menyusul ._.
JANGAN LUPA RCL! JANGAN PELIT KOMEN! WKWKWK BANYAK KOMEN DAN KRITIK DAPET PAHALA DARI BANA (?)
Dewa-dewa.,
Adieu~n
Ppyong~!
No comments:
Post a Comment