Monday, March 26, 2012

Unromantic Love Story-04a



-Unromantic Love Story-04-
By : -fairydean

            Jika memang saat ini kau sama sekali tak menginginkanku, tak masalah.. aku akan berusaha untuk mengerti, hajiman. Hatiku terus berharap akan datangnya sebuah hari dimana kau ingin bertemu denganku, jujur.. aku tak suka caramu yang pergi begitu saja seperti ini

            The white starlight, the black darkness
            is pushing me away from far
            When i look at you with my smile
            I always become farther apart

 ---

            Hari-hari tetap harus berlanjut, hidup tak mungkin menunggumu untuk mengatakan hal-hal yang tak terkatakan, hidup juga takkan menunggumu untuk melakukan hal yang belum kau lakukan sebelumnya, jika kau tak berjalan sekarang kau akan tertinggal selamanya. Argumen bodoh yang harus selalu dipatuhi, orang-orang menyebutnya melangkah kedepan dan tak menatap kebelakang. Sebenarnya mereka harus memperbaiki kalimat itu, karena takkan ada masa depan tanpa masa lalu.
           
            Yeonra baru saja menyadari hari-hari di masa lalunya yang sudah lama lewat itu terbuang sia-sia karna kebodohannya sendiri. Dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sehingga tak menyadari bahwa ada sebuah rasa yang terabaikan dan sekarang rasa itu mungkin sudah melangkah pergi, namun menyisakan sesuatu pada hati Yeonra. Kini yang dia rasakan mungkin hanya penyesalan dan perasaan seperti orang bodoh. Dan pagi ini kembali seperti pagi-pagi sebelumnya yang sepi dan hanya dia sendiri yang duduk di meja makan kayu bercat putih dan terdapat pahatan pita disisi-sisinya. Di depannya sudah tersaji 2 potong roti bakar namun sama sekali belum disentuh sejak 5 menit yang lalu. Yeonra menatap keluar dimana guguran salju turun ke bumi secara perlahan, hari ini tanggal 24 december. Malam natal, mata Yeonra mengalihkan pandangannya ke sebuah pohon natal kecil yang kembar Youngmin-Kwangmin belikan semalam. Yeonra menghela nafasnya mungkin malam natal ini dia harus memilih antara pergi ke rumah ibunya merayakan malam natal disana atau tinggal di rumah ini sendirian menanti sosok misterius santa claus datang membawa karung besar berisi hadiah ke rumahnya, bukan hadiah mewah sebenarnya yang diinginkan oleh Yeonra, dia hanya ingin tawa-tawa aneh dan kejadian absurd dirumahnya terulang kembali, dan pelaku utama itu semua – Minwoo tentulah harus kembali.
            Bersamaan dengan itu semua, guguran salju diluar sana semakin deras dan mungkin esok harinya saat Yeonra terbangun dari tidurnya dia sudah terdampar dalam kota yang berwarna putih seluruhnya.
            Dan sekarang Yeonra menyibukkan dirinya dengan aktifitas barunya menjelajah dunia maya lebih sering ketimbang biasanya, dia membuka beberapa web dan sesekali tertawa kecil bila menemukan sesuatu yang lucu, Yeonra menatap keluar jendela dan seakan teringat sesuatu, dia menepuk keningnya dan baru saja ingat dia membeli sebuah pohon natal tapi tidak dengan hias-hiasannya.
            “aiiiiisssss” sungutnya, dengan perasaan malas Yeonra bangkit dari kursinya dan meraih mantel putih –pemberian 2 adik kembarnya malam itu—dan sebuah syal merah yang senada dengan kaus tangan panjangnya. Yeonra mengikat tali sepatunya asal dan segera mengunci pintu rumah dan melangkah keluar, dia merogoh-rogoh saku mantelnya dan menemukan sebuah dompet, gadis itu menghitung beberapa lembar won di dalamnya kemudian tersenyum dan berlari kecil menuju minimarket atau toko apa saja yang menjual hiasan pohon natal. Tak perlu berjalan terlalu jauh dari rumah Yeonra sudah menemukan sebuah toko kecil yang menjual perlengkapan natal, gadis itu tersenyum kemudian melangkah masuk. Langkahnya terhenti sesaat tepat di depan pintu masuk. Waktu terasa benar-benar berhenti setelah bel yang tertempel di pintu itu tak lagi berbunyi, mata Yeonra memantulkan sosok seorang namja yang memakai mantel dengan warna gelap, tanpa syal dan menggunakan sebuah topi rajutan warna merah. Minwoo?

            Yeonra’s POV

            Aku masih mematung di depan pintu masuk saat mataku ini benar-benar memantulkan sosok namja yang tengah memilih-milih sebuah gantungan –yang mungkin—untuk pohon natalnya. Jika penglihatanku tak salah dia adalah Minwoo. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku dan benar… dia Minwoo, astaga jantungku seakan melompat di dalam rongga dada ini ketika bisa melihatnya lagi. Baru beberapa jam yang lalu kami tak bertemu namun rasanya aku benar-benar merindukannya.
            Aku perlahan mengambil langkah diam-diam kearah rak kecil dimana dia juga tengah memilih gantungannya, kami saling diam tak ada yang memulai percakapan. Sebenarnya aku juga yakin Minwoo tak menyadari kedatanganku. Tangannya masih memilih-milih beberapa gantungan, sampai secara tak sengaja kami bermaksud mengambil gantungan sama dan…
Kejadian itu terjadi..
Tangan kami bersentuhan..
Dia menoleh kearahku…
Dan aku benar-benar merasa sangat sulit untuk bernafas. Dan jujur aku merasakan sedikit perasaan takut ketika mata itu juga menatap mataku, mata itu tak tersenyum hanya menatapku datar. Tanpa ekspresi yang berarti. Hanya aku sendiri sepertinya yang merasakan debaran jantung ini, apa dia marah padaku?
            “mianhae” dia berkata dan menyingkirkan tangannya dari gantungan itu dan kembali memilih yang lain. Suasana kembali hening. Dia marah?
            “M…minwoo..Minwoo~ya a..” sebelum aku menyelesaikan kalimat itu, Minwoo hanya menoleh kearahku –masih tak berekspresi—lalu aku mendengar seperti dia membisikkan sesuatu, namun tak terdengar di telingaku, dari gerak bibirnya aku hanya menebak dia mengatakan bogoshipo noona? Aku sebenarnya tak yakin dengan semua itu
            Dia menghela nafas panjang, mungkin karna ekspresi wajahku yang terlihat seperti orang kikuk, lalu melangkah pergi, keluar dari toko itu. Sebenarnya hatiku berteriak untuk mengejarnya keluar sana.. hajiman… aku menundukkan kepalaku mencoba meyakinkan diriku sendiri maksud dari gerak-geriknya tadi, dan akhirnya aku melihat keluar jendela toko. Sosoknya tak terlihat lagi.. aku berlari keluar toko bermaksud menyusulnya.. namun… sepertinya aku terlambat lagi.. Yeonra.. kenapa kau benar-benar seperti orang bodoh? Harusnya tadi kau gunakan sebagai kesempatan untuk minta maaf dan menanyakan kenapa dia pergi..
Sekarang dia menghilang lagi..
Dan mungkin takkan bertemu denganku lagi.
           
            When i call you, when i look for you
            Come to me as the wind
            Hug me in secret
            So i can feel you
            You are always next to me

            Minwoo’s POV

            “M…minwoo..Minwoo~ya a..”
            Dan akhirnya suara itu terus terngiang di telingaku. Aku menundukkan kepalaku menatap jalan yang aku tapaki, tanah yang sedikit basah karena lelehan salju yang terus jatuh dari langit Seoul. Sampai akhirnya langkah kaki ini membawaku ke halaman dimana aku pertama kali bertemu dengannya, pertemuan yang mengawali kisah yang menyebalkan ini. Sungguh aku masih ingat betapa bodohnya aku duduk di depan pagar besi ini dan menunggunya pulang sampai membeku. Aku selalu tersenyum membayangkannya.
            Sampai akhirnya bidadari itu pulang ke rumahnya dan mengajakku masuk kerumahnya dan memberiku sup tomat buatan sendiri, aku kembali tersenyum membayangkan semua itu. Dan sekarang apa yang akan kulakukan selanjutnya? Mungkin Yeonra-noona sudah bersama Jeongmin-hyung orang yang paling pantas bersamanya.
            “Minwoo~ya” aku sedikit tersentak mendengar suara itu, aku menoleh kebelakang dengan semua perasaan ragu dan debaran jantung yang sepertinya semakin menguat ketika aku akhirnya melihat wajahnya lagi, bidadari tempatku bersandar. Noona.
            “apa… apa yang sedang kau lakukan disini? Hmm? Apa kau bermaksud bernostalgia?” tanyanya dengan nada dingin, bukan seperti harapanku dimana semuanya sama seperti dulu saat dia menyuruhku masuk ke dalam rumahnya dan kembali menyantap sup tomat
            “jesongieyo” aku membungkukkan badanku dan berbalik, bermaksud untuk pulang kerumah
            “BOGOSHIPO! JEONGMAL BOGOSHIPO!” teriaknya dibelakangku, mataku membesar dan aku benar-benar membeku di tempat sekarang, entah aku harus menoleh kebelakang dan menatap wajahnya lagi aku melangkah pergi membuatnya menganggapku orang jahat? Aku bingung.
            “kau tak merindukan orang yang selalu kau panggil Yeonra-noona ini? Kau… benar-benar marah sampai kau membenci dan berniat melupakan aku? Begitu?”
            Pertanyaan itu benar-benar membungkam mulutku, entah jawaban macam apa yang harus kukatakan padanya. Semakin aku berusaha memikirkannya aku semakin bingung. Sampai akhirnya sebuah kalimat yang benar-benar belum pernah terpikirkan oleh otakku mengalir melalui mulutku dan kurasa itu berhasil melukai hati noona.
            “maaf.. tapi aku tak pernah merindukan noona sama sekali.. aku Cuma merasa betapa bodohnya aku dulu datang kerumah ini dan berharap menemukan tempat berlindung….” Sebelum kalimat itu selesai Yeonra-noona mengembangkan sebuah senyuman dan melangkah mendekatiku, dia melepaskan syal merah yang terlilit di lehernya dan memakaikannya pada leherku
            “aku sudah terlalu bodoh dan berharap terlalu banyak untuk dirindukanmu Minwoo~ya… aku benar-benar minta maaf jika aku membuat sebuah kesalahan malam itu dan membuatmu marah sampai seperti ini, tapi tolong jika kau tak ingin aku merindukanmu ambilah syal ini.. aku cukup senang dengan syal merah pemberianmu ini dan terimakasih untuk semuanya selama kau tinggal di rumahku.. sekali lagi aku minta maaf jika aku pernah membuat kesalahan besar… aku tak memohon maaf darimu.. itu yang perlu kau ingat” katanya seraya melilitkan syal itu di leherku, kemudian dia tersenyum dan masuk ke dalam rumahnya. Aku yakin dia menangis karena kalimatku yang jahat tadi.. sungguh bukan itu yang ingin aku katakan noona. Aku berani bersumpah untuk hal ini. Aku mengeluarkan satu kotak kecil dari saku mantelku dan memasukkannya kedalam kotak surat yang bertengger di dekat pagar rumahnya dan juga menggantungkah syal merah itu. Sebelum aku pulang aku menatap pintu rumah yang tertutup rapat itu
            Mianhaeyo

---
            Sebenarnya jantungku berhenti berdetak saat kau mengakui bahwa kau merindukanku, kalimat itu akhirnya menghancurkan hatiku juga ketika aku ingat bagaimana aku membalas kalimat yang penuh kejujuran darimu dengan kalimat yang sangat jahat. Aku sudah melukai hatimu bukan? Kuharap kau masih sudi melihat wajahku jika kita bertemu

            My heart is cracked, cut and broken
            At the end of a rough day
            When I am broken into pieces, you would be able to see me

            Esoknya aku berangkat ke sekolah seperti biasa, semuanya kembali seperti semula dimana eomma yang membangunkanku dari mimpi indah dan sarapan di meja makan besar yang menurutku sangat boros karena hanya ada 3 orang yang menempati kursinya masing-masing. Aku diam tak membuka mulut sama sekali terutama saat aboji memasuki ruang makan dengan wajah cerahnya, eomma menyambutnya dan memberikan kecupan selamat pagi seperti keluarga-keluarga idaman di film barat. Aku masih diam, dan hanya menjawab sapaan aboji dengan senyuman tipis
            “Minwoo, apa kau sakit?” Tanya eomma, aku menggelengkan kepalaku dan memberikan senyumanku sebagai perwakilan jawaban dari pertanyaannya tadi
            “semalam kau pulang larut bukan.. aku khawatir kau sakit” aboji bersuara dengan nada bicara yang aneh.. apa ini akhir dunia? Kenapa dia seolah peduli pada anaknya yang satu ini?
            “ani.. na gwenchana” jawabku singkat lalu melahap roti bakarku, aku agak kurang nyaman dengan suasana ini, dimana aku tau bahkan sadar ada dua pasang mata yang memperhatikan gerak-gerikku, namun aku berusaha bersikap itu sama sekali bukan masalah buatku. Anak yang sudah kabur dari rumah selama 2 bulan belakangan.. tunggu dulu…
            “aboji, eomma… apa kalian menelepon polisi saat aku pergi?” tanyaku penasaran, biasanya para orang tua sekaya apapun mereka akan memanggil polisi jika anaknya menghilang. Pertanyaanku tak kunjung mendapat jawaban. Orangtuaku masih sibuk bertukar pandang
            “apa kalian merasa cukup dengan orang-orang suruhan yang selalu tak berhasil membawaku pulang?” tanyaku, dan ekspresi aboji seketika berubah, menjadi sepucat piring tempat roti bakarnya terhidang
            “apa kalian merasa sedikit lega ketika aku pergi karena pembuat masalah sudah pergi?” tanyaku dengan nada yang menuntut sebuah jawaban.
            “bukan begitu Minwoo…… kami hanya…”
            “atau kalian tau kemana aku pergi hari itu?”
Pertanyaan yang terlontar dari mulutku itu seperti menjadi sebuah skakmat bagi aboji dan eomma mereka berdua tak bersuara sama sekali, mereka berdua justru terlihat tegang, aku tersenyum sarkatis dan langsung menggendong tasku
            “sepertinya memang kalian menyembunyikan sesuatu.. aku tak tau itu apa.. tapi aku yakin itu bukanlah hal baik bukan?” kataku dingin lalu melangkah pergi, eomma segera bangkit dari duduknya dan menghampiriku
            “eomma akan menceritakan semuanya ketika kau pulang sekolah” katanya, kedua tangannya yang hangat itu menyentuh pundakku, dengan cepat aku menepisnya
            “itu jika aku pulang ke rumah” kataku lebih dingin dari kalimat sebelumnya lalu pergi dari ruangan itu. Setibanya di kelas dan seperti biasa pasangan kembar itu menyambutku di depan pintu kelas dengan ekspresi cerah mereka namun agak sedikit berbeda untuk Youngmin hari ini, dia terlihat lebih… murung? Entahlah, mungkin hanya perasaanku, begitu melihatku mendekat dia tersenyum dan menyapaku.
            “kau duduk denganku atau hyung?” Tanya Kwangmin tiba-tiba, aku mengerutkan keningku dan melirik kearah Youngmin yang hanya menatapku dan tak memberi komentar apapun
            “kau duduk dimana? Pelajaran pertama matematika, kurasa lebih baik duduk di depan” ucapku diakhiri senyuman, Kwangmin menunjukkan kursinya yang terletak ketiga dari depan “bagaimana denganmu Youngmin-hyung?” tanyaku, Youngmin tak menjawab namun jari telunjuknya menunjuk kursi dibelakang Kwangmin
            “bagaimana?” Tanya Kwangmin lagi
            “kurasa dengan Youngmin-hyung” jawabku dengan perasaan canggung, Kwangmin tersenyum dan berlari keluar kelas menemui Seojoo gadis paling pintar di kelas ini dan menawarkan untuk duduk disampingnya, Seojoo tentu setuju. kudengar dia menyukai Kwangmin. Aku meletakan tasku di meja Youngmin, si pemilik meja memperhatikan Kwangmin dan ketika adik kembarnya itu keluar kelas bersama dengan Seojoo dia menghampiriku, kemudian duduk di kursi kosong sebelahku. Suasana hening.
            “kudengar semalam kau ke rumah noona?” Tanya Youngmin memecah keheningan, dalam hati aku bertanya darimana dia tau hal itu?
            “bagaimana kau tau?” tanyaku balik, Youngmin tersenyum tipis kemudian menoleh kearahku dengan tatapan dingin
            “kau merindukannya?”
            Pertanyaan itu membungkam mulutku, dan ketika Youngmin melihat perubahan ekspresi dari wajahku dia tersenyum sinis lalu terkekeh pelan
            “kau lucu.. merindukannya tapi membuatnya menyesal merindukanmu” ucap Youngmin, aku menghela nafas panjang, tau akan maksud kalimatnya itu.
            “aku bodoh” kalimat singkat itu membuat ekspresi Youngmin kembali mendatar dia menghembuskan nafasnya lalu bersandar pada sandaran kursinya
            “kau memang bodoh… dan yang lebih bodoh lagi adalah kau meninggalkan barang yang seharusnya Noona kembalikan…. Kau kira aku tak tau?”

---

            Apa kita ditakdirkan untuk seperti ini? Kita berdampingan tapi berpura-pura tak saling kenal satu sama lain? Seperti air dan minyak.. mereka sama-sama cair namun selalu terpisah.. apa kau dan aku juga begitu?

            Author’s POV

            Yeonra menaikan resleting mantelnya sampai ke puncak, dia berlari di tempat dan menggosokkan kedua tangannya mencari kehangatan. Menunggu dua adiknya pulang itu sangat merepotkan apalagi di cuaca seperti ini, ingin rasanya dia berlari masuk ke sekolah itu dan menghangatkan diri di ruangan yang pastinya sudah terpasang pemanas ruangan. Yeonra melirik jam tangannya dan jarum terus berputar menghitung detik-detik beku yang dialami gadis itu,
            “tau begini lebih baik aku membuat 1001 alasan untuk bermalas-malasan di rumah” gerutunya, hari ini dia akan menghabiskan malamnya bersama keluarga kecilnya karena dia juga mendapat kabar dari ibunya bahwa ayahnya mengambil cuti beberapa hari. Kebetulan besok juga sudah masuk liburan natal dan tahun baru. Yeonra kembali membuat scenario kegiatan malas-malasannya di kamar yang pernah ia tempati sampai usia menginjak 18 tahun itu. Namun semua itu dibuyarkan oleh suara bel tanda pulang sekolah dan suara yang sangat ribut dari arah bangunan besar di belakangnya. 5 menit kemudian para siswa dengan seragam musim dinginnya lalu lalang di depan Yeonra, gadis itu diam dan mengingat masa-masa SMA nya yang bodoh bersama Jeongmin dulu,
            “dulu jika hari terakhir sekolah begini aku dan Jeongmin membeli arak beras dan menghangatkan diri di kedainya” lirih Yeonra.
Lamunan Yeonra terhenti seketika saat dua adik kembar –yang super kurang ajar itu—mengagetkannya dari belakang, tak lama setelah itu saat Yeonra sibuk mengomel dan memukul kepala mereka berkali-kali, Minwoo datang. Suasana mendadak hening.
            YoungKwang bertukar pandang dan mengembangkan sebuah senyum—pertanda hal tak baik. Kwangmin tersenyum lebar dan merangkul Minwoo
            “malam ini kami mengadakan pesta makan malam.. Minwoo~ya, kau kuundang secara sangat-sangat-sangat special.. kau bisa datang kan?” ajak Kwangmin, Minwoo menatap gadis yang ada didepannya. Segaris senyuman muncul di bibirnya membuat hati Minwoo benar-benar meleleh kala itu.
            “Annyeong haseyo” katanya sopan lalu membungkukkan tubuhnya sedikit
            “bocah ini…” Youngmin menggerutu—lagi
“sebaiknya kita segera berangkat ke super market.. eomma mungkin mengomel di rumah.. kajja” ajak Yeonra mendahului yang lain masuk ke dalam mobil, Youngmin melirik Minwoo sebentar lalu mengikuti noonanya masuk ke dalam mobil
“kau mau datang?” Tanya Kwangmin, Minwoo tersenyum tipis
“mungkin”
“baiklah.. aku pergi dulu” pamit Kwangmin, dia yang paling terakhir masuk ke dalam mobil, lalu kendaraan itu mulai bergerak meninggalkan gerbang sekolah. Minwoo masih mematung disana, dia menggelengkan kepalanya seraya mengacak-acak rambut cepak itu
“aku benar-benar gila sekarang”

---
Mengetahui keadaan rumahnya yang sepi Minwoo perlahan mengambil langkah mengendap masuk dan berniat kabur ke kamarnya namun. Langkahnya terhenti saat melihat ibunya mengobrol dengan seorang namja yang menggunakan penutup kepala warna merah, dia menganggukkan kepalanya.
“nugu?” kata Minwoo pelan.
Ibu Minwoo mengalihkan pandangannya dan menatap anak kesayangannya itu, wanita itu tersenyum lalu menyambut Minwoo sementara mata Minwoo membesar saat namja yang sejak tadi mengobrol dengan ibunya menoleh. Jeongmin?

“jadi…?” Minwoo mengulangi pertanyaanya untuk ke-tiga kalinya, Jeongmin masih diam dan bersandar di pagar besi yang membatasi sebuah teras kamar Minwoo dan halaman belakang yang sudah ditutupi salju tebal. Dingin.. namun namja itu seakan merasa nyaman dengan udara di luar sana, Minwoo menyusul keluar dan sama-sama bersandar dipagar yang sama
“Hyung.. jawab aku” katanya
“apa diam ini bukan jawaban?”
“tentu saja bukan”
“biasanya orang bisa dengan mudah menebak jawaban yang akan keluar dari mulutku ketika aku diam” ucap Jeongmin matanya menatap lurus kedepan
“aku bukan orang yang seperti itu” bantah Minwoo tanpa berfikir lagi, Jeongmin menggariskan senyuman di bibirnya
“dia tak menyukaiku.. kau yang menang”
“mwo?” kedua alis Minwoo mengerut “mworaguyo?”
“kau tadi secara tak langsung menanyakan hubunganku dan Yeonra kan? Kami berteman.. tak lebih… cih… aku kalah oleh anak SMA” Jeongmin berlagak tak terima namun air mukanya tak mampu menipu Minwoo, namja itu tersenyum.
“aku tak peduli lagi.. aku… sudah kembali ke kehidupanku meski rasanya aneh, tapi lebih baik begini” ujar Minwoo
“Yeonra berubah semenjak kau datang.. dan dia kembali berubah saat kau pergi” ucap Jeongmin, Minwoo sebenarnya berniat menanyakan apa maksudnya namun dia diam menunggu orang yang pernah menantangnya ini melanjutkan kalimatnya “ketika kau datang dia lebih banyak bicara dibanding sebelumnya, dan saat kau pergi dia tak pernah bicara pada siapapun lagi… bocah hebat.. kau bisa membuat perubahan besar pada Yeonra” sambungnya diakhiri kekehan pelan
Minwoo masih diam, membeku lebih tepatnya
“hajiman…” Jeongmin menggantungkan kalimatnya “aku tak suka dia menjadi pendiam seperti itu.. jujur.. kau harus kembali padanya”
“andwae…… aku sudah terlanjur membuatnya membenciku” ungkap Minwoo, Jeongmin tertawa karena kalimat itu, dia menepuk keningnya dengan tawa yang masih meledak-ledak
“kau.. phuahahahaha aku seperti dalam drama saja.. astaga hahahahaha kau… maaf, tapi itu kalimat terbodoh yang pernah kudengar.. Minwoo~ya Yeonra bukan orang yang bisa dengan mudah membenci orang yang benar-benar ia sukai. Percaya padaku”

In front of a twinkling candle
I will promise to you that I will only look at you for the rest of my life

“jadi.. apa yang membawa hyung kemari? Lagipula dari mana hyung tau alamat rumahku?” Tanya Minwoo, Jeongmin tersenyum polos
“apa yang tak Lee Jeongmin ini ketahui? Aku jelas tau semuanya” katanya berbangga, Minwoo tertawa karena kalimat itu. Jeongmin menepuk pundak Minwoo dan tersenyum kearah namja itu
 “malam ini aku akan datang ke makan malam di rumah Yeonra, kau ikut? Yah.. mungkin kita bisa kesana bersama” tawar Jeongmin, Minwoo terdiam sejenak mempertimbangkan ia akan datang atau tidak

 Minwoo’s pov

 “jika kau mau datang, bersiaplah.. kita beli kado natal untuk adik-adik yeoja aneh itu”
 “hyung, kau mau membelikan mereka kado?? Sebaiknya tak perlu… aku kenal adik noona, mereka tak butuh barang atau hadiah, yang mereka mau biasanya makanan”
 “katakan saja kalau kau ingin aku belikan makanan juga”
 “hahahaha.. kenapa kau tau apa yang kupikirkan?”
 Aku tersenyum melihatnya tertawa setelah lawakan garingku tadi, lalu mengajaknya masuk ke dalam kamar. Tadi juga Kwangmin sudah mengajakku jadi apa salahnya datang? Tapi… aku tak yakin noona akan suka dengan kedatanganku ini.
 “kau jadi ikut tak?” Tanya Jeongmin, sepertinya dia berniat segera berangkat ke tempat pesta itu. Aku tersenyum lalu menggeleng padanya
 “wae? Ada yang menunggumu disana” katanya, membuat rona-rona merah di pipiku kembali bersemu
 “aku.. ada yang ingin kubicarakan dengan aboji malam ini.. mianhae” jawabku segera, Jeongmin kemudian tersenyum “oh ya, darimana hyung tau alamat rumahku?” aku kembali bertanya
 “kau pikir untuk apa aku punya nomor ponselmu di kontakku? Aku menanyakan pada operator tentang data lengkapmu tuan No haha… aku hebat bukan?”
 Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.
 Orang ini sepertinya akan melakukan apa saja asal bisa bertemu dengan orang yang dicarinya.
 “geurae..”
 “kau tak titip salam untuk Yeonra?” Jeongmin-hyung bertanya lagi, dan jawabanku sama saja, sebuah senyuman dan gelengan kepala. Namja itu membalas senyumanku kemudian keluar dari kamarku, samar-samar aku mendengarnya berpamitan pada eomma. Aku duduk diatas kasurku, diam dan sesekali menatap gugruan salju diluar sana.

 “kenapa eomma sama sekali tidak memanggil polisi ketika aku menghilang dulu? Apa kalian sudah tau kemana aku pergi sebelumnya?”

 “jika kami mencarimu dengan bantuan polisi akan menjamin kau kembali dan tak pernah kabur seperti itu lagi? Tanpa harus memanggil polisi pun kau kembali dengan sendirinya bukan?”

 “kalian sesungguhnya bahagia aku tak ada disini kan? Kalian senang aku menghilang kan?”

 “bukan seperti itu Minwoo-ya.. dengarkan eomma, kami mencarimu.. karena kami khawatir jika menggunakan bantuan polisi muncul kabar-kabar yang tidak mengenakan sayang.. bukan kami bermaksud..”

 “arrasseo.. apapun jawaban kalian aku hanya harus percaya bukan? Arrasseo.. aku takkan membahas ini lagi”

 “apa yang membuatmu bertanya seperti ini pada kami?”

 Aku tak menjawab pertanyaan appa tadi dan langsung masuk ke kamarku dengan bonus bantingan pintu, entah kenapa aku malah sangat marah ketika appa bertanya seperti itu padaku. Aku berbaring di kasur dan menerawang ke atas langit-langit kamarku, pikiranku kosong sekarang, ponselku bergetar mendadakan sebuah e-mail masuk dari Kwangmin, dia mengirimiku foto pesta di rumahnya dan satu foto yang membuatku tersenyum ketika melihatnya, tanganku bergerak cepat dan langsung menjadikan foto itu wallpaper di ponselku, foto itu memperlihatkan Yeonra noona tengah mengobrol dengan Youngmin sebenarnya aku tak yakin karena orng yang ada di sebelahnya tak begitu terlihat, dia sangat cantik disitu. Aku menyesal tak datang. Tapi jika saja aku datang apakah noona akan senang? Kurasa tidak. Mungkin…?


            ­­­----

 Author’s pov

 Yak!! Hyung….” Kwangmin kembali mengomel pada kakaknya yang mendorong sepeda itu menjauh darinya
 “waee?” balas Youngmin tak mau kalah
 “ itu.. baru saja aku akan menggunakannya.. hyuung~ kau pakai yang lain sana!!” perintah Kwangmin lalu meraih salah satu stang sepeda itu.
 “mwohaeee???!” protes Youngmin “kau.. siapkan saja kameranya!!” perintah Youngmin balik
 “kenapa harus aku???”

 Kamera..ya kamera.. sebelum liburan musim dingin dimulai sepertinya guru kelas seni kedua bocah kembar ini sama sekali tak mau membiarkan murid-muridnya tenang-tenang sampai akhirnya beliau memberikan mereka tugas, yaitu membuat sebuah film. Ya, film.. menggunakan kamera dan peralatan sebagainya. Dalam kelas itu terbagi menjadi beberapa kelompok dan tersisalah Kwangmin,Youngmin, dan Minwoo hanya bertiga dalam satu kelompok. Sedangkan teman-teman mereka lainnya kelompoknya sudah pas berjumlah 8-9 orang. Bukan hal buruk memang, karena guru mereka mengizinkan –hanya mengizinkan kelompok mereka—untuk menggunakan bantuan orang luar. Akhirnya kembar ini mengatur nasakahnya sampai selesai, dengan bantuan Jeongmin dan Yeonra tentunya. Seterah selesai mereka baru ingat akan pemain-pemainnya, setelah naskah itu di print Youngmin mengirimkan naskah itu pada Minwoo untuk dihafalkan sebagai tokoh utama dalam cerita ini.

 “Youngmin-ah!!! Kenapa peranku seperti ini?!” protes Minwoo dalam sambungan telepon mereka ketika Minwoo –tentunya sudah membaca isi naskah drama itu.
 “eiii~ tenanglah.. itu belum seberapa, hari selasa kita melakukan pengambilan gambar aku akan menjemputmu arra?”
 “aiiiss.. wae?”
 “jangan melawan! Aku yg tertua di kelompok ini jadi kau harus menurut padaku”
 “Youngmin-ah~~”
 Youngmin memutuskan sambungan telepon itu dengan tawa setan khasnya,merasa rencana –dibalik pengambilan gambar ini—berhasil.

 “jadi.. siapa pemain yeojanya?” Tanya Minwoo saat Youngmin tiba di rumahnya, Minwoo langsung duduk di tempat boncengan, Youngmin hanya diam dan mengulas sebuah senyuman yang sangat-sangat-sangat mencurigakan
 “Youngmin-ah~” rajuk Minwoo
 “rajukanmu seperti yeoja.. geumane?!” perintah Youngmin lalu mulai mengayuh sepedanya menuju lokasi pertama.
 “di scene ini aku tak perlu berkata-kata kan? Cuma diam dan memasang ekspresi memelas ke kamera?” Tanya Minwoo yg kembali membukan lembaran-lembaran naskah.
 “geurae… tapi.. bukan memelas juga pabo?! Biasa saja”
 “lalu.. aku harus bagaimana?? Aku sudah berlatih depan kaca supaya nilai kita bagus” omel Minwoo
 “kau baca naskahnya lagi, Cuma ekspresi sedih”
 “memelas dan ekspresi sedih sama saja?!”
 “BEDA”
 “SA~MA!”
 “aiis”

---

 Youngmin tiba di sebuah tepi sungai yg dihiasi rumput ilalang yg tinggi dan berwarna kecoklatan, Minwoo melihat ke sekeliling lalu tak sengaja melihat kea rah Kwangmin yg sibuk dengan kameranya.

 “aku disini Cuma sendirian? Mana pemeran yeojanya?” Tanya Minwoo
 “dia kan muncul diakhir.. lagipula dia juga sedang mengambil gambar di tempat lain supaya menghemat waktu kita” jawab Youngmin, dia memegang naskah juga membacanya sebentar lalu mengarahkan Minwoo untuk memulai darimana dan bagaimana. Pengambilan gambar tidak semudah yg mereka bayangkan karena udara dingin dan juga Minwoo yg harus melepas sebagian mantel tebalnya karena factor kostum mengakibatnya bersin-bersin dan NG bertebaran di mana-mana. Setelah pengambilan gambar selesai Minwoo berharap lokasi selanjutnya berada di sebuah ruangan tertutup yg penuh dengan penghangat ruangan sebelum flu menyerangnya.



             Kira-kira segitu dulu untuk hari ini(?) haha~ aku baru selesai ngetik sampai sini sodara-sodara ._.v mian kalo keterlaluan sekali ini ngaretnya .-.vv doakan saja semoga bagian 4.bnya segera selesai dan tamatlah(?) ff ini wkwkw.. ikay, itu aja.. ^^/ annyeong~~

Ppyong~!a mungkin.atang apakah noona akan senang? kurasa disitu. aku  dengan Youngmin sebenarnya aku tak yakin karena orng yang ada

Friday, March 16, 2012

B1A4 - Baby, I'm Sorry [Rom,Han,Eng]

Romanization

huh gaji ma gaji ma
tto ttokgateun maldeurui banbok
bulleodo bulleodo bulleodo
dabi eomneun mearineun ajikdo
angmong gateun bam
hollo nama jamdeureo ga
memalla beorin nae nunmul daeshin
ganyeorin bitjulgiman yeah.
shimjangi deo apa onda
nunmuri deo malla onda

beorin maeumeun ssaeng
barameun hweng
mugeoun du nunui geuneureun kweng
jichineun nae mam soge tto
eodumman chago
nunmulman morachineun pado

[GC/JY] I just want to be alone
uriui chueok ijen modu jiwoya doeni babe
[GC/JY] I just want to be alone
babocheoreom neoman chatge doel geol

Baby I’m sorry, We got the better
ijen bonaelge love together
modeun ge byeonhaetjiman oh neoneun eobtjiman
every night every night yoooooou

Baby I’m sorry, We got the better
ijen jalhalge love together
modeun ge byeonhaetjiman oh neoneun eobtjiman
every night every night yoooooou

ijen gwaenchanketji hamyeonseo
chingudeureul bulleotjiman
wae ni yaegiman hago inneun geonji
naega mwo haneun geonji
jeongmal ige matneun geonji I don’t know

ijeo bogetdago dajimhan ge eoje… eoje
keunsori ppangppang chin geon mwonde
ttangman tangtang chimyeo uri saenggak
hago inneun geonji
huhoe dwae ango shipeo gureum gateun neoreul
japgo shipeo nabi gateun neoreul
neomu geuriwojyeo hana gatdeon dureul

[GC/JY] I just want to be alone
uriui chueok ijen modu jiwoya doeni babe
[GC/JY] I just want to be alone
seupgwancheoreom neoman chatge doel geol

Baby I’m sorry, We got the better
ijen bonaelge love together
modeun ge byeonhaetjiman oh neoneun eobtjiman
every night every night yoooooou (swit!)

neol itgo dancing party time (hey)
neol dugo dancing party tonight (ho)

dan dan dan dan dan
dan dan dan dan dan
dan dancing party time Let’s go!!

Baby I’m sorry, We got the better
ijen bonaelge love together
modeun ge byeonhaetjiman oh neoneun eobtjiman
every night every night yoooooou

Baby I’m sorry, We got the better
ijen jalhalge love together
baby jeo meolli geureoke meolli
gaji ma lonely love tonight

baby in a city light (Ahh~~Baby~)
in in in a city love light
in a city light
in in in a city love light
( baby jeo meolli geureoke meolli
gaji ma lonely love tonight)
in a city light
in in in a city love light
in a city in a city
in a city love light

Korean/Hangul

huh 가지 마 가지 마
또 똑같은 말들의 반복
불러도 불러도 불러도
답이 없는 메아리는 아직도
악몽 같은 밤
홀로 남아 잠들어 가
메말라 버린 내 눈물 대신
가녀린 빗줄기만 yeah
심장이 더 아파 온다
눈물이 더 말라 온다

버린 마음은 쌩
바람은 휑
무거운 두 눈의 그늘은 퀭
지치는 내 맘 속에 또
어둠만 차고
눈물만 몰아치는 파도

I just want to be alone
우리의 추억 이젠 모두 지워야 되니 babe
I just want to be alone
바보처럼 너만 찾게 될 걸

Baby I’m sorry, We got the better
이젠 보낼게 love together
모든 게 변했지만 oh 너는 없지만
every night every night yoooooou

Baby I’m sorry, We got the better
이젠 잘할게 love together
모든 게 변했지만 oh 너는 없지만
every night every night yoooooou

이젠 괜찮겠지 하면서
친구들을 불렀지만
왜 니 얘기만 하고 있는 건지
내가 뭐 하는 건지
정말 이게 맞는 건지 I don’t know

잊어 보겠다고 다짐한 게 어제… 어제
큰소리 빵빵 친 건 뭔데
땅만 탕탕 치며 우리 생각
하고 있는 건지
후회 돼 안고 싶어 구름 같은 너를
잡고 싶어 나비 같은 너를
너무 그리워져 하나 같던 둘을

I just want to be alone
우리의 추억 이젠 모두 지워야 되니 babe
I just want to be alone
습관처럼 너만 찾게 될 걸

Baby I’m sorry, We got the better
이젠 보낼게 love together
모든 게 변했지만 oh 너는 없지만
every night every night yoooooou (쉿!)

널 잊고 dancing party time (hey)
널 두고 dancing party tonight (ho)

dan dan dan dan dan
dan dan dan dan dan
dan dancing party time Let’s go!!

Baby I’m sorry, We got the better
이젠 보낼게 love together
모든 게 변했지만 oh 너는 없지만
every night every night yooooou

Baby I’m sorry, We got the better
이젠 잘할게 love together
baby 저 멀리 그렇게 멀리
가지 마 lonely love tonight

baby in a city light
in in in a city love light
in a city light
in in in a city love light
(baby 저 멀리 그렇게 멀리
가지 마 lonely love tonight)
in a city light
in in in a city love light
in a city in a city
in a city love light

English

Huh don’t go, don’t go
Repeating the same words
I call, call, call out to you
But it’s still an answer-less echo
This nightmare of a night
I remain alone and fall asleep
In place of my dried up tears
Are thin lines of rain yeah
My heart is hurting more
My tears are drying more

My left-behind heart is empty
The wind blows coldly
The shadows drag under my heavy eyes
Again in my exhausted heart,
Darkness fills up
Waves of tears surge up

I just want to be alone
Do I need to erase all of our memories now babe
I just want to be alone
Like a fool, I only look for you

Baby I’m sorry, We got the better
Now I’ll let you go, love together
Though everything changed but oh though you’re not here
Every night every night you

Baby I’m sorry, We got the better
Now I’ll be good – love together
Though everything changed but oh though you’re not here
Every night every night you

I tell myself that everything will be okay now
And I called up my friends but
Why am I only talking about you?
What am I doing?
Is this really the right thing to do? I don’t know

It was yesterday when I determined that I’d forget you
I made a big and loud determination
But I only pound the floor as I think about us
I regret it,
I want to hold you, who is like a cloud
I want to catch you, who is like a butterfly
I long for it so much, us two that was like one

I just want to be alone
Do I need to erase all of our memories now babe
I just want to be alone
Like a habit, I only look for you

Baby I’m sorry, We got the better
Now I’ll let you go, love together
Though everything changed but oh though you’re not here
Every night every night you

I forget you and dancing party time (hey)
I leave you and dancing party tonight (ho)

Dan dan dan dan dan
Dan dan dan dan dan
Dan dancing party time Let`s go!!

Baby I’m sorry, We got the better
Now I’ll let you go, love together
Though everything changed but oh though you’re not here
Every night every night you

Baby I’m sorry, We got the better
I’ll be good now – love together
Baby, far away, far far away,
Don’t go – lonely love tonight

baby in a city light
in in in a city love light
in a city light
in in in a city love light
(Baby, far away, far far away,
Don’t go – lonely love tonight)
in a city light
in in in a city love light
in a city in a city
in a city love light

Kor: music daum
Rom: thelapn + Kat
Eng: pop!gasa
info: music.daum.net






Saturday, March 03, 2012

Girls Day Minah (민아) Profile

Yallu~~! hello everyone~ ^^/ Dean is here and want to give you profile from member Girls day called   민아 (Minah), You'll Love this girl ^^ she's so funny >< and really cute >< and has a really nice voice!! okay, check this out~!




Twitter: @girls_day_minah Cyworld: cyworld.com/AHMINBANG
Name: 방민아 (Bang Minah)
Position: Lead Vocal
Agency: Dream Tea Entertainment
Birthdate: May 13, 1993
Family: Father, Mother, (Older) Sister, Puppy
Education: Young-Gwang Kindergarten – Sung-Gee Elementary – North Inchon Girls Middle School – Jin-Sun Girls High School
Blood type: O
Height: 165 cm
Hobbies: Watching Movies and making facial expression,dancing, Listening to Music
Skills: Acting Cute, Piano, dancing, singing, impersonating Lena Park
What she likes: Eyeglasses (Nerdy glasses), Hats, something tasty (foods) and animals.
What she dislikes: Getting nag at and weighting scale
Personality: Hmmm… Seems easy going but more timid than most

How she became a member: While attending Vocal Training School, the principal founded a company so I came with him. So in reality, amongst the members, I’m the most senior. Something only I know.
Ideal Type: Someone who has sense and listens
Role Model: Beyonce, Lee Hyori, Kim Dong Ryul l
Jinx: Whenever I go to the broadcast center, stomach really hurts
Favorite Music: It’s changes with time but currently listening to “white people music” (in white)
Place often visited: Dance room

Usual Fashion: Casual, Vintage…?
Friendly Entertainer: Becoming friends with Rainbow’s JaeKyoung unnie.
Favorite Food: As long as it is hot (spicy).
Favorite Color: Red

Favorite Number: 3
Favorite Movie: Notebook

Favorite Motto: You get what you put into it.

Song Covers:
- 임정희 – Happy People (Click Here)
- Karina – Slow Motion (Click Here)
- Kim Bum Soo – Bogoshipda (Click Here)
- Navi – I love you (Click Here)
- SNSD – Gee (Click Here)
- JYP – I have a girl (Click Here)
- Keyshia Cole – Love (Click Here) (Click Here)
- Ann – One Sided Love (Click Here)
- Beyonce – Irreplaceable (Click Here & Here)
- Park Jeong Eun – U Just (Click Here)
- JYP – 나 돌아가 (Click Here)

Music Video:
Girl’s Day – Tilt My Head (갸우뚱 )
Girl’s Day – How do I look (나어때)
Girl’s Day – Nothing Lasts Forever (잘해줘봐야)
Argo Soundtrack – Cracked Moon (갈라진 달)
Jungle Fish 2 Soundtrack – Just Once

Album:
Girl’s Day Mini Album – Girl’s Day Party #1
Girl’s Day – Summer Special Edition
Girl’s Day Digital Single – Girl’s Day Party #2
Argo Original Soundtrack (OST)
Jungle Fish 2 Original Soundtrack (OST)

Appearances:
MBC Bouquet Variety Show
Kukitv Bling Bling Girl’s Day
KBS Star Golden Bell with Jihae
MBC Wonderwoman
KBS Star Making Survival (Cf Audition)
MBC Cham Story
Upcoming Korean Dance Movie ‘Performer’
Photoshoot Magazine:
Esquire Magazine
Maxim Korea Magazine

Fun facts:
She loves Selca!
She loves to wear lensless glasses
She said she loves singing and acting
She has an angelic smile
She’s a kkab girl version of Jo Kwon
She likes to dance to part of ‘Change by Hyuna’ song
She can poop in under 30 seconds (which means, she’s healthy!)

okaay~ now Picture spaaamm >////< my Beautiful Minaaa~



still beautiful even no make up on *blush*





okaay~ lets meet again next time ^^

ppyong~!


Wednesday, February 22, 2012

Past

-Past-

Kau mungkin tak menyadarinya.. sejak pertama kali mataku bertemu dan menatap matamu ada sesuatu yang aneh melanda jiwaku, semuanya berubah dan aku merasakan sebuah dejavu.
Mata itu sepertinya sudah biasa menatap hangat mataku, aku mengenalnya.. sangat mengenalnya, kau masa laluku.

Part 1: First Sight
    “apa ini pertemuan pertama kita?”

Tik.. tik.. tik….
Rintikan hujan perlahan mulai turun dari langit Seoul, angin yang berhembus kencang membuat sebagian dedaunan pohon yang masih hijau terbang dan menyapu jalanan. Pertanda badai memang sudah diumumkan melalui stasiun televisi dalam acara ‘ramalan cuaca’nya. Dan siaran radio malam ini kembali menyiarkan tentang perkembangan cuaca dan kondisi di Jeolla yg kabarnya sudah diterjang badai terlebih dahulu. Sejak 1 minggu yang lalu memang bukanlah awal musim panas yg baik oleh banyaknya badai.
Dalam kegelapan malam, terdengar suara deru mesin motor yg sepertinya semakin dekat lalu berhenti disebuah rumah berlantai dua, dari atas motor besar itu turun seorang namja, dia mematikan mesin motornya dan suara hembusan angin yg menembus pepohonan kembali mendominasi. Dia melepaskan helmnya dan meletakkannya di atas jok lalu menengadahkan kepalanya. Sejenak ia terdiam dan menatap langit hitam diatasnya, tetesan air hujan turun dan membasahi pipinya. Ia tersenyum tipis lalu melangkah memasuki rumahnya.

Telepon di rumahnya berdering pertanda ada banyak voice mail yg tertinggal di dalamnya. Namja itu menekan sebuah tombol dan mulai terdengar suara seorang wanita paruh baya di sebrang sana.
“Jinyoung-ah ini eomma.. kau masih di kampus nak? Atau sengaja tak ingin mengangkat telepon dari eomma? Eomma hanya ingin mengingatkanmu untuk makan tepat waktu, jangan sampai kau sakit lagi seperti waktu itu arrasseo? Hubungi eomma jika kau sudah sampai hm?”
….
“hyung! Aku Chanshik.. kau tau baru saja seorang yeoja dengan wajah malaikat datang dan terssenyum padaku, aaah… rasanya dunia berhenti untukku, hyung! Kalau kau sudah pulang hubungi aku ok?”

Namja yg bernama Jinyoung itu segera menekan tombol lain dan voice mail tak lagi berbunyi, suasana rumah sangat hening lalu disusul oleh suara hujan deras dari luar sana, Jinyoung menatap keluar jendela dengan tatapan kosong terlihat motornya di depan sana yg tersirami hujan. Dalam hati ia bersyukur itu artinya dia tak perlu repot-repot mencuci motornya esok pagi.
Jinyoung melangkah dan mencari saklar lampu, sebenarnya ia sudah terbiasa diam dalam gelap, namun berbeda dengan malam ini rasanya ia takut dengan kegelapan ni.
Klik..
Ruangan kini terang benerang, Jinyoung melirik kearah kulkasnya di dekat meja makan lalu mendekatinya dan membuka, menatap isinya yg sebagian besar hanyalah left lovers (makanan sisa) dan makanan instan. Jinyoung menutup pintu kulkasnya dan beralih mengambil segelas air dari dapur. Di luar sana hujan turun semakin deras dan memberikan kesan dingin.

Disisi lain masih dari balik derasnya hujan itu seorang gadis berlarian di pinggir jalan dan melindungi kepalanya dari serangan hujan menggunakan tasnya meski itu sama sekali tidak membantu, hujan tetap berhasil membuatnya basah kuyup dari kepala sampai ujung kakinya. namun ia tetap berlari menembus badai itu, hingga langkahnya terhenti di depan sebuah bangunan besar yg diatasnya tertulis ‘International Hospital Cheumdong’ gadis berambut panjang itu menepuk-nepukkan jaketnya yg sudah basah kuyup itu, tak lama dari pintu masuk keluar seorang wanita paruh baya dengan jas warna putih polos, matanya membulat begitu melihat gadis itu.
“Ji-eun!” pekiknya, yg diteraki malah tersenyum tak bersalah.

---

“ada apa kau kemari nak? Bukankah eomma sudah bilang sebaiknya kau diam saja di apartement hm?” wanita tadi memberikan sehelai handuk warna biru muda, Ji-eun menerimanya dengan seulas senyuman hangat.
“na bogoshipo eomma-ya.. tak boleh kah anakmu yg cantik ini mengunjungi eomma?” rajuknya, wanita itu tersenyum lalu mengacak rambut anak semata wayangnya.
“eomma…. Kalau bisa aku ingin seperti dulu lagi melihat eomma praktik, bolehkah?” Tanya Ji-eun tiba-tiba, ibunya terdiam sejenak lalu mengembangkan seulas senyuman hangat diakhiri anggukan. Kini keduanya sama-sama tersenyum senang.

---

Dulu ketika Ji-eun masih duduk di kelas 3 SMP dia sering membantu ibunya menjaga seorang pasien ‘istimewa’nya. Sebenarnya tidak terlalu istimewa, pasien itu hanya salah satu korban kecelakaan bus pariwisata saat akan mengunjungi Daegu. Keadaannya bisa dibilang sangat kritis namun justru itulah yang membuatnya special di mata ibu Soojung, dia mampu melewati masa kritisnya dalam 2 malam dengan pendarahan parah di kepalanya. Menurutnya itu merupakan sebuah keajaiban dan menjadikannya special, dan Ji-eun selalu datang dan menjenguk namja itu meski tak mengenalnya sama sekali. Meskipun diam-diam dan sering kali berpura-pura menjadi salah seorang suster jika ada kerabat namja itu datang.

---

Ji-eun’s pov

Aku membuka folder bertuliskan tanggal 2 hari yang lalu dan munculah sederet foto-foto seorang namja yang belakangan ini menjadi pembicaraan orang kampus. Dia seniorku, Jung Jinyoung. Kenapa aku menyimpan banyak fotonya? Jujur, aku sama sekali tidak tertarik dengan namja ini. Sama sekali tidak. Tapi sahabatku iya, dia dan teman-teman 1 geng anehnya itu—mereka menyebut diri mereka fans dan kumpulan mereka adalah fandom—memaksaku mengumpulkan foto senior –yang katanya—bermulut pedas ini. Karena dia tau aku memiliki hobi fotografi, dan ya jujur saja aku suka sensasi ketika memotret namja ini diam-diam. Aku selalu ingat bagaimana debaran jantungku dan ketika aku menahan nafasku dan menekan tombol klik untuk mengambil fotonya. Aku suka dan selalu ingat bagaimana rasanya.
Mendadak tubuhku membeku ketika jariku sibuk memutar-mutar scroll ke bawah dan akhirnya menemukan sebuah foto yang sengaja kusembunyikan di folder ini. Foto Jinyoung-ku yang pertama. Di foto ini dia terlihat biasa saja, namun entah kenapa aku sangat menyukai foto ini. Di foto ini terlihat dia tengah memarkirkan sepedanya di parkiran sepeda.

Pagi itu aku sudah benar-benar terlambat namun entah kenapa langkahku sejenak berhenti ketika melihat namja yang Bo Eun maksud benar-benar berada di depan mataku. Dia Jung Jinyoung itu.. tanganku meraih kamera yang tergantung di leherku dan menaruhnya di depan mataku, tangan kiriku yang berada di dekat lensa bergerak memutar lensa itu hingga menemukan fokusnya. Aku menahan nafasku lalu..
Klik!

Jinyoung menengadahkan kepalanya dan melihat kearahku. Dua mata dingin itu menatapku tajam, dia melangkah mendekatiku, oke, seharusnya aku kabur disaat seperti ini namun tidak. Aku tidak mengambil 1 langkah-pun untuk kabur darinya. Aku masih diam mematung disana.
Tanpa kusadari Jinyoung sudah berdiri di depanku dan memegang kameraku, senyuman sarkatis itu hanya terekam di mataku.

“kau… stalker?” tanyanya, kepalaku terangkat sedikit.
“eh?” responku singkat
“stalker?” ulangnya
“mwo? Anieyo… seutalko anindeyo” jawabku seadaanya
“jeongmallo.. lalu kenapa ada fotoku di kameramu.. bahkan.. aah… ada lebih dari satu, kau tak mungkin beralasan ‘tak sengaja memotretku’ ahgaesshi” aiiishh.. dia bahkan menemukan foto-foto dari 3 hari yang lalu saat Bo Eun menemaniku memfotonya.
“aa..aaa… anieyo.. aku bisa jelas…”
Jinyoung melirik jam tangannya sejenak matanya membulat dan berlari meninggalkanku begitu saja. Aku masih mematung disana seperti orang bodoh dan akhirnya aku kembali melihat kameraku, memastikan orang yang bicara denganku tadi memang benar Jung Jinyoung. Astaga.. untunglah dia tidak menghapus hasil tangkapan yang berharga – untuk Bo Eun—ini.

---
Lamunanku terhenti saat ponselku bergetar di atas meja menandakan e-mail masuk dari Bo Eun, dan… tebakanku tak sia-sia memang e-mail masuk dari Bo Eun aku membukanya dan lag-lagi yeoja stress itu menagih foto dariku seperti rentenir. Akhirnya besok aku setuju untuk memberikannya flashdiskku yg berisi foto-foto Jinyoung itu padanya. Sebenarnya aku bisa saja menolak untuk membantu Bo Eun, toh dia membayarku dengan harga murah.. lagipula, dia tak menjanjikan untuk membantuku membuat tugas dan lain sebagainya, karena memang kami berbeda jurusan.aku mengambil jurusan fotografi—tentu saja, sedangkan Bo Eun mengambil jurusan music, kami berkuliah di sebuah kampus seni yang bisa dibilang sangat terkenal di Seoul. Salah satu kampus bergengsi lah.. namun menurutku nama kampus bergengsi itu tak pantas, hampir semua mahasiswanya sama saja dengan di universitas manapun.

Bahkan saat aku akan beranjak tidur, aku kembali melirik kearah sebuah foto yang tergeletak di atas meja kecil dekat kasurku, lewat terangnya lampu tidurku aku masih bisa melihat jelas foto apa itu. Foto seorang namja yang kuambil sekitar 2 tahun yang lalu, namja yang tengah berdiri di balkon rumah sakit tempat eomma bekerja, saat itu entah kenapa tanganku bergerak dengan sendirinya dan memotretnya. Dan sampai sekarang aku masih penasaran siapa namja itu sebenarnya.

---

Pintu kamar itu terbuka perlahan dari baliknya berdiri seorang gadis SMA dengan seragam lengkapnya, ditangannya terdapat 1 buket bunga lili putih segar, di rumah sakit ini dia bukan akan menjenguk teman, kerabat, atau ibunya yang tengah sakit. Melainkan seorang namja yang bahkan tak ia kenal sama sekali. Salah satu pasien ibunya, namja yang ia namai..

“yeou—bahasa korea dari fox/rubah—!! Aku datang lagi” sapanya bersemangat, namun namja yang ia panggil yeou itu tak bereaksi sama sekali, ia masih diam di tempat dengan kedua mata yang tertutup. Gadis itu membuka bungkusan plastik dari buket yang ia bawa lalu menyusun bunga lili tadi kedalam sebuah vas.
“aku akan mengisikan air dulu, ne?” katanya lalu beranjak menuju sebuah kamar mandi di ujung ruangan itu.

‘My Love, Sunshine, Can you promise me?
Can you always be by my side like this moment?’
Gadis itu bersenandung riang.. namun sejenak ia diam membeku begitu mendengar suara pintu yang terbuka diluar sana. Suara seorang wanita paruh baya terdengar lagi seperti tengah berbincang panjang dengan ibunya. Gadis itu masih terdiam di kamar mandi membeku dan memasang telinganya mendengar setiap kata yang bisa didengar olehnya, ketika langit mulai gelap dan tak terdengar suara lagi.. gadis itu perlahan keluar dari kamar mandi dan mengawasi daerah di sekitarnya, diluar sangat gelap. Dia menekan saklar lampu dan kini ruangan itu terisi cahaya terang. Dia tersenyum lalu menghampiri namja tadi dan meletakan vas bunga yang sudah terisi air dan bunga lili di dalamnya. Dia tersenyum sembari menatap keluar jendela. Diluar sana sudah sangat gelap.

“kau dengar tadi eomma-mu bilang dia merindukan suara tawamu Yeou.. dia merindukanmu, aku memang belum pernah bertemu denganmu.. mendengar suaramu.. hajiman, aku yakin kau adalah orang yang menyenangkan, geuchi?” gadis itu terdiam sejenak, dia segera meraih tasnya dan mengobrak-abrik isinya, dia menemukan secarik kertas yang dipenuhi coretan dan agak lusuh. Dia tersenyum lalu meletakannya di atas kasur Yeou.
“itu lagu buatanku.. mau dengar?....... tak menjawab? Baiklah.. kuanggap itu sebagai jawaban iya”

Through that soft touch
My heart is wrapped by the melody
My heart is beating
My love is heading for you

Through the beautiful stars
My sweet emotion
 I can only show you my shy smile
This feeling is a first for me

My Love, Sunshine, Can you promise me?
Can you always be by my side like this moment?
Hold my hand tightly
Let's be together forever, My Love

----

KRRIIIIINNNNGGGGG!!!! KRRIIINNNGGGG!!! KRRR…

Aigoo.. aku merasa seperti seluruh tubuhku benar-benar tak bisa digerakan sepenuhnya, aku membuka mataku perlahan melihat pada angka berapa jarum jam weker-ku ini yang selalu setia membangunkanku setiap pagi menunjuk.
“AKU TERLAMBAT!!!”

“Ji-eun sarapan dulu” eomma berteriak dari dalam ruang makan saat aku akan memasang kedua sepatuku
“andwae eomma.. aku sudah sangat terlambat, aku bisa makan di kampus.. aku berangkat. Saranghae eomma”
Aku bergegas berlari menuju halte bus, sekarang aku benar-benar menyesal menolak anjuran eomma untuk membeli sepeda. Yah.. penyesalan memang selalu datang terakhir, selain menyesal karena urusan sepeda sekarang aku juga menyesal mengambil kuliah tambahan di pagi buta seperti ini. Jangan tertawa.. jam 7.15 menurutku adalah pagi buta karena biasanya aku berangkat ke kampus seitar pukul 9 setelah malam harinya bergadang mengurusi Jung Jinyoung itu.
 Beruntung aku tak tertinggal bis disaat penting seperti ini, aku segera naik ke dalam dan benar dugaanku tak mendapatkan tempat duduk, bis mulai berjalan dan aku terpaksa berdiri dan mengatur nafasku. Tak lama kemudian bis kembali berhenti pintu bis terbuka, kurasa seorang namja baru saja naik. Aku tak begitu memperhatikan keadaan sekitarku, kini aku sibuk mengatur kameraku agar tidak terbentur dengan buku dan perlengkapan lainnya, tas kameraku hilang dan aku malas membeli yang baru. Baiklah itu tak penting. Selesai mengatur tempat untuk kamera akupun memperhatikan pemandangan Seoul dari kaca bis, meskipun aku melewati jalan ini setiap hari namun tetap saja bagiku kota ini indah sekali.

Saat jam istirahat aku berjanji pada Bo Eun untuk menyerahkan beberapa foto Jinyoung, semalam aku benar-benar menyortir foto yang sudah kuperbaiki dan yang belum. Aku lupa memisahkannya dan semalam aku bergadang hanya untuk menyortir foto namja itu dari computer ke flashdisk ini.
Jam istirahat yang seharusnya kuhabiskan di kafetaria hari ini menjadi pengecualian saat yeoja yang selalu menguncir dua rambutnya – Bo eun menyuruhku menyerahkan foto Jinyoung pada jam istirahat. Oke, aku menunggunya disini sedangkan dia mungkin tengah melahap makan siangnya di kafetaria bersama teman-teman fandom¬nya itu. Aku membaringkan kepalaku diatas meja dan menghadap keluar jendela perpustakaan berharap bisa mendapatkan sedikit hiburan visual diluar sana namun bukan itu yang kudapatkan. Ternyata di sebelahku juga ada seorang namja memakai jaket biru sedang tertidur, chakkaman…
Tiba-tiba seorang yeoja datang dan menaruh sebuah keranjang penuh berisi coklat, keranjang yang terlihat sangat mencolok dengan berbagai pita warna pink di sekelilingnya itu benar-benar menyilaukan mataku. Aku bangkit dari posisiku dan segera mengeluarkan novel dari dalam tasku lalu pura-pura membacanya, ketika yeoja itu tengah tersenyum manis sambil menuliskan sesuatu diatas kertas dengan warna yang senada dengan keranjang coklatnya tadi.

“semoga kau suka oppa” bisiknya lalu melangkah pergi. Namja yang tertidur di sebelahku itu memang… Jinyoung.

“kau sangat tenar rupanya… Bo eun memang luar biasa” bisikku pada diri sendiri. Tiba-tiba Jinyoung terbangun dan menatap keranjang pink di depannya dengan tatapan tak suka, dia beralih melihatku
“bukan aku.. aku baru saja tiba” kataku membantah apapun yang tengah dia pikirkan.
Jinyoung melihat secarik kertas yang terletak di sebelah keranjang itu lalu membacanya sebentar. Dia menaruh kertas itu kembali lalu melangkah pergi meninggalkan perpustakaan tanpa membawa keranjang itu bersamanya.

“oppa!” panggilku, aku menyampirkan tasku, membawa keranjang itu dan mengejarnya keluar. Dia berbalik dan menatapku datar
“kau tak membawanya..?” tanyaku seraya menyodorkan keranjang tadi
“aku tak suka coklat, untukmu” katanya singkat
“oppa… setidaknya kau harus membawa ini bersamamu” kataku bersikeras, Jinyoung menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
“kenapa kau begitu berisik nona?” tanyanya
“eh?”
“untukmu” sepertinya dia tak ingin menghabiskan waktunya denganku, dia kembali berbalik dan melangkah pergi. Aku menatap keranjang berisi coklat ini lekat-lekat, yeoja itu pasti menghabiskan banyak waktu untuk membuatnya, dan namja itu tak menghargai usahanya sama sekali. Tepat saat aku berniat mengejar Jinyoung, Bo eun meneleponku dan mengajakku bertemu di kedai es krim depan kampus. Yah setidaknya aku bisa meminta Bo eun mentraktir semangkuk es krim jika pertemuan disana. ^^

“MWOO? JINYOUNG”
Baiklah kesalahan apa yang kau pelajari hari ini Ji-eun? Jangan menceritakan semua pengalamanmu pada 3 yeoja temanmu yang sangat tergila-gila pada namja bernama Jinyoung itu. Aku tersenyum kaku dan langsung menyodorkan flash disk pada Bo eun, gadis berkuncir dua itu tersenyum senang lalu memberikanku amplop yang berisi uang 15000 won. Aku tersenyum senang lalu memasukan amplop itu kedalam tas.
“hajiman.. jinha Ji-eun kau bertemu Jinyoung di perpustakaan tadi?” dia Eun bin salah satu teman Bo eun yg sama tergila-gilanya pada Jinyoung. Dia selalu memakai kacamata yg sebenarnya tidak minus dan bahkan bukan kacamata baca, itu hanya kacamata gaya yg ketinggalan jaman.
“apa keranjang coklat yg tadi kalian makan isinya itu bukanlah bukti yg cukup?” tanyaku, mereka bertiga mengangguk, satu lagi yang disebelah kirinya Bo eun, dia Shinyoung. Dia tak terlalu tergila-gila pada Jinyoung, namun dia yang sering menolongku ketika aku nyaris ketauan lagi oleh Jinyoung, dia juga yg sering meng-uplaod hasil ‘tangkapan’ku dan mendesain blog kami. Ah.. bukan kami.. aku tak termasuk di dalam kumpulan orang aneh ini.

Baiklah, kebanyakan teman yeoja-ku termasuk kedalam kelompok aneh Fans Jung Jinyoung itu, satu-satunya tempat dimana aku bisa tenang dan tak perlu mendengar pujian-pujian dari namja itu memang disini.. di atap kampus, aku sering menghabiskan soreku disini. Eomma bekerja pada sebuah rumah sakit besar dan ternama, beliau biasa pulang diatas jam 11 malam dan aku rasa percuma saja pulang lebih awal ke rumah. Tak ada yang menungguku disana. Aku anak semata wayang, dan di kampus ini aku memiliki seorang kakak sepupu yang mengambil jurusan seni. Shinwoo namanya. Hmm.. kurasa aku sudah cukup banayk bercerita tentang diriku sendiri.. aku menghela nafasku dan merasakan lembutnya angin di wajahku. Mataku melihat ke sekeliling dan tak sengaja melihat Jinyoung di tangga menuju tempat yang sama denganku, eh?? Mau apa dia kesini?

Aku diam di tempat, berpura-pura tak menyadari keberadaannya, ketika dia sampai diatas keliatannya dia kaget melihat ada manusia disini. Dia bermaksud berbalik namun dia terdiam sejenak dan akhirnya mengambil tempat kosong disampingku.
Deg..
Deg..
Deg..
Tuhaan.. rasanya jantungku ingin berhenti berfungsi, tanganku gatal rasanya ingin segera meraih kameraku dan memfotonya dari jarak sedekat ini,

“coklat yg tadi kau makan semua?” tiba-tiba dia berkata seperti itu, aku terdiam mencerna maksud kalimatnya dan..
“aaaah… ani.. kuberikan pada temanku, aku tak begitu suka coklat” jawabku, sedikit aneh dia amsih mengingat kejadian di 9 jam yang lalu itu.
“geurae… apa yang kau lakukan disini? Menunggu mata kuliah?” tanyanya, aku menggeleng
“anieyo, mencari ketenangan..” jawabku santai
“aku mengganggu?” sekilas aku melihatnya menoleh ke arahku
“ani.. kau tak mengganggu sama sekali” bantahku, perlahan mataku meliriknya perlahan, Jinyoung menatap kedepan dengan seulas senyuman hangat.. entah kenapa aku mengenalnya.. aku pernah melihatnya di satu tempat entah dimana.
“maaf… boleh aku memotretmu?”

---

Author’s pov

Malam kembali datang dan gadis itu masih duduk di samping kasur yeou, temannya berbagi cerita dan pengalamannya di sekolah tadi. Dia tersenyum dan menatap lembut wajah yeou-nya yang terkena snar bulan purnama malam itu.
“yeou..kapan kau bangun?”
Ji-eun masih diam mematung bahkan mungkin membeku melihat layar desktop komputernya, tak ada yang special jika orang lain melihatnya disana hanya terdapat foto seorang namja memakai kemeja warna biru muda tengah tersenyum dan menghadap ke kamera. Namja itu Jinyoung. Entah apa yang ada di pikiran Ji-eun hingga menjadikan foto itu sebagai wallpaper desktopnya.
“aku sepertinya pernah melihat senyuman ini.. dimana ya..” ji-eun memiringkan wajahnya sejenak, dia menggelengkan kepalanya dan mengganti wallpaper desktopnya ke foto sebelumnya. Foto yg sama dengan bingkai di sebelah kasurnya, ji-eun membuka aplikasi Word lalu melanjutkan tugasnya.

Dalam sebuah pagi yang mendung kedua mata itu akhirnya terbuka secara perlahan, dari pandangannya yang masih sangat kabur itu dia melirik sebuah vas berisikan bunga lili putih yang aroma segarnya tertiup angin dan memenuhi kamarnya.
“jadi yang semalam itu.. mimpiku… apa aku dalam kenyataan atau aku masih bermimpi?”  hatinya berbisik

“hyuuung… kau kenapa bengong terus seperti itu hah?” chanshik kembali membuka mulutnya ketika jinyoung kembali membisu dan focus menatap layar televisinya.
“kau mau aku bicara apalagi?” Tanya Jinyoung malas, tangannya meraih remot dan memindahkan channelnya lagi
“hyung, tak biasanya kau diam seperti ini… hyuuung~” namja itu menggunakan kartu asnya.
“aiiisshh.. berhenti melakukan awgyo bodoh itu” jinyoung melemparkan bantal ke wajah Chanshik
“aiish.. hyung tergoda kan? Hahahaha”
“berhenti tertawa itu tak lucu”
“bahkan wajah hyung memerah kyaahaahahaah”
“kau… aiiisss bocah ini…”
“mianhae hyung haha kau sangat lucu”
“geurae.. bagaimana yeoja yg kau sebut bidadari waktu itu? Secantik apa dia memangnya?”
“geu yeoja ga? Hmmm…. Molla hyung, mungkin saat kau melihatnya kau akan menganggapnya biasa saja”
“hmm.. dia first love-mu?”
“aiis anieyo”

Ketika suara pintu bergeser kembali terdengar mata itu kembali menutup, masih berpura-pura tertidur. Dari balik pintu itu muncul kepala seorang gadis dengan seragam SMAnya yg sama seperti kemarin kini di tangannya dia mengenggam sebuah kotak bekal berisi bekal makan siangnya. Dia perlahan masuk ke dalam kamar itu.

“hmm.. kau berpura-pura tertidur yeou-ah” katanya dengan senyuman nakal. “ireona!” perintahnya dengan suara lantang, namun kedua mata itu masih tetap tertutup, gadis itu mengeluarkan sebuah bulu angsa lalu menggerak-gerakkan bulu angsa itu di dekat hidung namja yg dipanggilnya yeou itu.
“hatchi!”
“hahahahha~ sudah kuduga~ kau sudah sadar kan yeou-ah” katanya bangga
“yeou?” namja itu bertanya “kau siapa? Kenapa memanggilku.. aku……” kalimat itu terhenti ketika kedua mata namja itu akhirnya menatap wajah dari suara yang selalu dia dengar beberapa hari yang lalu itu.
“ah, ya.. siapa namamu? Mianhae.. selama ini aku memanggilmu yeou..”
Namja itu tak menghiraukan segala yang dikatakan gadis itu, dia tenggelam dalam apa yang terdapat di depan matanya
“ani.. gwenchana.. kau boleh memanggilku yeou” katanya. Awalnya gadis itu terlihat bingung namun dia kembali tersenyum lalu menawarkan bekal yang dibawanya tadi
“oh ya siapa namamu? Maksudku aku harus memanggilmu siapa?”
“teman-temanku menanggilku Liji kau boleh memanggilku liji” sahut gadis itu
Paginya entah kenapa itu pagi dimana pertama kalinya Jinyoung bangun sepagi dan seawal itu dia melirik jam di dekat kasurnya, dia tersenyum dan langsung beranjak ke kamar mandi.

Pagi ini, Ji-eun dan kameranya kembali mengintai dan memotret semua kegiatan Jinyoung, hari ini slah satu hari terlancar untuk mendapatkan banyak foto Jinyoung tanpa ketauan sama sekali. Ji-eun tersenyum ketika melihat semua hasilnya di kamera kesayangannya itu
“Ji-eun –ah apa yang membuatmu tersenyum sendiri seperti itu?”
“eh?” Ji-eun mengangkat kepalanya dan tanpa ia sadari di depannya telah duduk Shinwoo kakak sepupunya “oppa~ haha anieyo” ji-eun mematikan kameranya
“kau masih hobi memotret rupanya?” ujar Shinwoo
“hehe.. ne oppa… fotografi sudah seperti hidupku”
“arrasseo.. apa yang kau foto sampai tersenyum sendiri seperti itu? Oppa boleh tau?”
“anieyo..”

Ji-eun’s pov

Aku cukup kaget ketika oppa sampai bertanya seperti itu padaku, dalam lorong di kampus aku kembali melihat hasil fotoku tadi, dan entah kenapa rasanya aku sangat senang bisa mendapatkan foto sebanyak ini dengan sangat mudah, tak sengaja aku melihat sesuatu di UKS dan tak lama kemudian salah satu temanku dari fakutas fotografi juga keluar dari sana.
“sunwoo-ya, wae geurae?” tanyaku pada sunwoo –temanku itu yang baru saja keluar dari UKS
“aniya, gwenchana.. ohya, tadi Bo eun memintamu membawakannya obat maag”
“eh, maagnya kambuh?” tanyaku panic
“ani.. dia Cuma bilang begitu”
Aku mengangguk tanda mengerti, sunwoo pergi meninggalkan tempat itu, perlahan aku melangkah masuk ke dalam UKS, aku tersenyum dan member salam pada penjaganya(?) dan menanyakan obat maag, dia masuk kedalam ruangans empit berisi obat-obatan itu dan mataku tiba-tiba tertarik melihat ke atas kasur di UKS, seorang namja berbaring disana, aku mendekatinya dan saat aku melihat wajahnya otakku tiba-tiba berputar dan deretan kejadian di masa lalu yang sudah lama tak pernah kuingat lagi berputar di balik mataku seperti sebuah film. Semuanya terasa seperti dejavu.

“ahgaessi”
“ne!”

aku keluar dari UKS dengan obat maag di tanganku dan fikiran yang kembali melayang ke masa lalu yang sudah aku lupakan dan buang jauh-jauh. Kenapa semuanya benar-benar seperti dejavu?

“eomma.eomma… kapan eomma pulang?”
“ji-eun.. mianhae.. eomma sedang mengurus seorang pasien kecelakaan nak, kau sudah liat beritanya di tivi kan? Eomma harus tinggal di rumah sakit lebih lama.. shinwoo-oppa ada disana?”
“ada eomma..”
“jadi anak baik ya.. tinggal dengan shinwoo-oppa dulu, ne? saranghae”
“nadoo”



Ottheyo? ._.
Sepertinya aku comeback bukan dengan FF yang ditunggu-tunggu .____. Mianhaeyo~ FF yg lain masih dalam tahap di proses –meski pada stuck semua—yah mungkin sambil menunggu FF yg lain aku akan post FF ini dulu .__. Coba-coba pake alur maju-mundur dan jadinya sangat abstrak seperti ini hahaha ;w; yah, castnya itu Lee Ji-eun (IU) sama Jinyoung ._. gatau kenapa rasanya ingin pake cast ini aja, ada beberapa member B1A4 juga di dalemnya, dan yah.. dengan di postnya FF ini berarti YMT di cancel == mianhae .__. Aku ga ada ide apa-apa untuk FF itu, mungkin Silent reader akan bertebaran disini jadi… yah biarlah~
Mohon RCLnya m(_ _)m
Dan tolong jangan di copas tanpa seizinku ;A;
Ppyong~!

-dean