"Maaf.. Kepalaku tiba-tiba pusing" ucap Justin, dia melepaskan tangan Rachel yang melingkar di punggungnya lalu berjalan memasuki mobil sambil memegangi dadanya dan terbatuk berkali-kali.
"Kau baik-baik saja Justin?" Tanya Rachel gadis itu tampak sangat kuatir
Justin membuka kaca jendela mobilnya dia mengembangkan sebuah senyuman yang sangat manis dari wajahnya yang semakin pucat itu.
"Aku pulang dulu ya?" Kata Justin
"Iya... Hati-hati di jalan" jawab Rachel, gadis itu sebenarnya masih ingin di dekat Justin. Kenny masuk ke mobil dan mulai menyalakan mesinnya, dan roda mobil itu mulai berputar melewati Rachel yang mematung disana.
"kita ke rumah sakit dulu atau langsung ke lokasi?" Tanya Kenny dia menatap Justin yang duduk bersandar di jok belakang melalui spion
"Ke lokasi.. Aku mau melakukan sesuatu sebelum shooting video klip itu" jawab Justin, dia menolehkan kepalanya ada sebuah handy cam disana. Dia mengangkatnya sambil tersenyum manis
"Kenny, tolong mampir ke toko bunga dulu nanti aku ingin memesan bunga" kata Justin lagi, Kenny tak menyahut dia terus mengemudikan mobilnya itu.
Sementara Kenny memesankan bunga sesuai seperti yang Justin katakan Justin menulis sesuatu di sebuah kertas sambil tersenyum, wajahnya terlihat sangat tampan saat seperti itu sesekali dia menengadahkan kepalanya ke atas seperti mencari ide untuk untaian kalimat selanjutnya, kemudian kembali menuliskannya di selembar kertas berwarna biru laut itu.
"Selesai" katanya sembali membubuhkan titik tanda surat itu selesai ia tulis dia meraih amplop yang berada di depannya lalu menuliskan nama seseorang menggunakan tulisan sambung yang sangat rapi.
"parfait" katanya lagi sambil menatap amplop yang sudah selesai ia tulis nama penerimanya. Dia memberikannya pada sang florist untuk di sisipkan ke bucket bunga yang Justin pesan. Bunga itu sungguh indah
"Ingat jangan kirimkan sampai aku kembali kemari dan menitipkan satu surat lagi" kata Justin sambil tersenyum
"Surat apa lagi tuan? Apa surat ini belum cukup?" Tanya Florist itu penasaran
"Cukuup.. Tapi kau harus mengantarkannya dengan satu benda lagi, oke?" Justin mengedipkan sebelah matanya. Dia mengangguk pada Kenny tak lama setelah itu dia meninggalkan toko bunga itu dengan perasaan lega.
_____________
Rachel termenung di tengah perjalanannya menuju kantor penerbit masih terekam jelas di ingatannya saat Justin ambruk tadi, dan senyuman manis yang ditunjukkan Justin sesaat sebelum ia pergi, Rachel memegang dadanya
"Kenapa rasanya aku takkan pernah merasakan detak jantung ini?" Batinnya bertanya
"Kau kenapa Chel?" Tanya Chase dari balik jok kemudi
"Tak ada.. Tolong jangan dibahas"
Esok paginya datang sebuah paket yang ditunjukan untuk Rachel, gadis itu membawa masuk bungkusan kecil berbau enak itu. Sepertinya isinya makanan, ada surat kecil terselip di balik kotaknyaa yang berwarna bunga tulip berwarna ungu muda yang masih kuncup itu
Selamat pagi Cantik! Sudah sarapan? Jika belum kuharap kue èclair ini cukup untuk mengisi perutmu ^^ seperti namanya èclair artinya flash sekilas, kuharap kue kecil ini bisa langsung mengenyangkan perutmu dengan cepat.. Kuharap kita bisa semakin mengenal
Sincerely,
admirateur secret
Rachel tersenyum membaca surat kecil yang menemani kue èclair ini.. Baunya sungguh enak, begitu juga dengan rasanya Rachel langsung menyukainya.
"Orang yang baik.. Dia bahkan tau aku sedang lapar" puji Rachel sambil menatap kertas berwarna putih terang itu.
__________________
"Yak!! Cut!! Bagus Justin!!" Puji Peter sutradara di video klip baru Justin, Justin tersenyum lalu keluar dari set dan memeluk si Sutradara
"Thanks Pette, sangat sulit akting menangis" ujar Justin
"Tapi tadi kau begitu menghayati lagunya, dan aktingmu pasti berhasil membuat penggemarmu diluar sana semakin histeris" tambahnya, Justin memerah malu.
"Ah kau! Masa melihatku menangis mereka Hiteris" lanjut Justin dia memukul pundak Peter pelan
"Aku serius, istirahatlah, nanti kita lanjutkan untuk scene berikutnya" Justin mengangguk lalu berlalu menuju ruang ganti, ia disambut ibunya disana tak hanya disaambut ibunya Justin juga mendapat bonus pelukan hangat dari ibu yang sangat ia sayangi ini.
"Kau hebat! Mom semakin bangga denganmu" katanya sambil membelai pipi lembut Justin
"Thanks mom, tanpamu aku takkan seperti ini" balas Justin dia mencium kening ibunya beberapa detik setelah dia menyelesaikan kalimat tadi
"Maaf, Just.. Mungkin mama tak bisa menemanimu lebih lama.. Pekerjaan mama sekarang membuat mama harus ke Belgia untuk waktu yang lama.. Kaau tidak apa-apa kan?" Tanya ibu Justin, Justin tersenyum kemudian mengangguk
Justin's pov
Kulewati bukit ini dengan perasaan senang dan terus mengarahkan kamera handy cam-ku ke berbagai arah, Caitlin hanya tersenyum melihatku yang begitu antusias.
"Kau sedang apa si Just?" Tanyanya lembut, aku tersenyum dan menatapnya sekilas kemudian menyorot wajahnya menggunakan handy cam yang ada di tanganku
"Caitlin Victoria Beadless, maukah kau menjadi istriku??" Tanyaku sambil tersenyum, Caitlin tersenyum juga dia mendorongku pelan
"Apa yang kau bicarakan?" Katanya ketus
"Jawab saja!" Kataku dengan pandangan masih menuju layar handy cam
"Baiklah aku mau Justin Drew Bieber" ah, Gadis ini memberikan penekanan pada setiap susunan huruf di namaku, terdengar aneh tapi cukup membuatku tergelitik untuk tertawa keras
"Kau sungguh-sungguh?" Tanyaku, kini pandanganku mengarah pada wajahnya yang cantik itu
"Tidak! kau mau aku dibunuh Tyler" katanya, aku tersenyum lalu mematikan handy cam itu dan menarik tangannya melintasi padang rumput di atas bukit itu sambil tertawa dan bercanda sungguh menyenangkan bisa membuatnya tersenyum seperti ini
________________
Kembali kutuliskan beberapa kalimat di atas sebuah kertas berwarna biru laut sambil tersenyum, ternyata itu menarik perhatian Caitlin, dia mendekatiku dan ikut melihat apa yang kutulis
"Untuk siapa itu?" Tanyanya
"Seseorang, yang jelas bukan orang yang sedang kau pikirkan" jawabku
"Jadi bukan untuk Rachel?" Dia bertanya padaku, aku hanya tersenyum
_________________
Author's pov
Sore hari saat Rachel baru saja kembali dari kantor penerbit dia tampak manis mengenakan kaus warna putih, jaket warna biru, jeans panjang, dan sneakers. Menyadari Rachel sudah datang dia menolehkan kepalanya dan tersenyum. Rachel membalas senyuman Justin dengan senyumn sekaligus tatapan bingung
"Kemana semua supramu?" Ledek Rachel sejak kembali ke Atlanta tak pernah dilihatnya lagi sepatu supra
"Aku bosan memakai supra, begini saja sudah keren" katanya, Rachel terkekeh pelan sementara Justin menatapnya lembut
"Temani aku ya" kata Justin
"Eh? kemana??" Tanya Rachel
"Eeemmm... Kemana yaa???"
"Jika tak tau atau belum memutuskan tempat tujuannya lebih baik aku masuk" ancam Rachel
"Baiklah.. Baiklah.. Kau yang pilih tempat tujuannya"
Rachel menatap Justin bingung, memang sikapnya sore ini sungguhlah aneh
"Apa maksudmu?? Kau kan yang mengajak? Mengapa aku yang disuruh memilih?" Tanya Rachel gadis itu melihat kedua tangannya di depan dadanya. Justin tersenyum manis kemudian merangkulnya dan mengajaknya masuk ke dalam mobil
"Baiklah nona manis, aku punya tempat spesial dan pasti kau akan menyukainya" katanya lagi dia membukakan pintu mobil sportnya kemudian mempersilahkan Rachel masuk. Rachel menggelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil itu.
"Terimakasih pangeran tampan" balasnya, Justin tertawa kecil lalu berlari kecil dan masuk ke mobil melalui pintu jok supir
"Kita makan dulu ya?" Tawar Justin, Rachel hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju
"Tadi pagi kau dapat kiriman kue èclair ya?" Tanya Justin tiba-tiba
"Ya.. Kau yang kirim ya?"
"Bukaan.. Tadi pagi juga aku makan kue itu, mungkin kita jodoh" sahut Justin, Rachel membulatkan matanya lalu memukul pundak Justin pelan
"Ish.. Cuma tebakan beruntung" ucap Rachel
"Kalau sungguhan kita jodoh bagaimana?" Goda Justin
"Aiiihh... Kau mau yaa berjodoh denganku???" Balas Rachel dia mendekatkan wajahnya ke arah Justin, Justin memundurkan wajahnya
"Aiisshh... neomu (tidak juga) aku bahkan tak pernah berfikir menjadikanmu kekasihku" bantah Justin, wajahnya masih merah padam
"Lihat wajahmu... Kau pasti sedang berbohong" tuduh Rachel, gadis ini malah mentertawakan Justin
"Ya ya ya.. Terserah kau"
"Aiih.. Prince, jangan maraah"
________________
"Model video klip??? hee? Aku bahkan tak bisa akting" protes Rachel saat Justin mengutarakan maksudnya mengajaknya makan malam
"Ayoolah.. Hanya 1 scene, lagipula kau cuma muncul beberapa saat jika sudah jadi" mohon Justin, Rachel tersenyum kecut dia bersandar di sandaran dingin kursinya
"Sebenarnya aku tak mau.. Tapi baiklah," lanjut Rachel, senyum lega kembali mengembang di bibir Justin
"Tapiiiii....." Katanya lagi, Justin segera menghapus senyumannya dan menunggu Rachel melanjutkan kata-katanya
"Cuma 1 scene itu janjimu!" Justin mengangguk mantap
Hari pengambilan gambar dimulai, Rachel didudukan di sebuah kursi kayu yang dibuat sedikit rapuh, gadis itu diminta memegang sebuah kembang api kecil. Rachel tampak sangat cantik dengan dress di atas lutut berwarna biru muda, rambut sebahunya di gerai begitu saja, ada sebuah jepitan. Jepitan pemberian Justin 2 tahun yang lalu yang masih sangat bagus karena tak pernah dipakainya.
Justin mulai masuk ke set, dia juga tampak sangat tampan dengan jas warna hitam, kemeja biru muda, dan dasi panjang berwarna biru dongker. Kelihatannya Justin juga sudah memegang sebuah kembang api kecil. Musik dari lagu Justin mulai diputar, lampu-lampu mulai di redupkan, akting diantara Justin dan Rachel juga ikut dimulai, di scene awal ini, menceritakan Justin yang mengobrol dengan Rachel sambil memainkan kembang api itu. Di bagian Reff, senyuman yang terus mengembang di wajah Rachel perlahan mulai menghilang begitu Justin menyanyikan bagian reff lagu itu padanya, dan beranjak pergi sebelumnya Justin membisikan kata yang sudah dia ucapkan di pertigaan Jalan beberapa hari yang lalu
Saranghae
Itulah kata yang Justin ucapkan lagi. Seiring dengan berakhirnya lagu yang diputar melalui kaset itu Justin berjalan keluar dari set dengan kepala tertunduk. Lampu dinyalakan, Rachel berdiri dari kursinya dan memberikan standing applause untuk Justin lawan mainnya di video itu. Justin tersenyum dan memeluk Rachel sebagai ucapan terima kasih
"Lagu yang bagus.. Aku menyukainya" ujar Rachel
"Thanks" ucap Justin tepat di telinga Rachel, suara lembutnya menggetarkan gendang telinga Rachel dan juga jantungnya di saat yang bersamaan. Justin melepaskan pelukannya.
"Aku tau selama seminggu ini kau mendapat kiriman bunga tulip berwarna putih setiap pagi" ucap Justin sambil tersenyum, dia menyakukan kedua tangannya ke saku celana
"Bagaimana kau bisa tau hal itu?" Tanya Rachel
"Kau mungkin takkan tau dimana dan kapan saatnya cinta akan menjemputmu" katanya sambil tersenyum. Senyumannya berhasil melelehkan hati Rachel yang sudah lama membeku.
"Dan mungkin di akhir minggu inilah cinta akan menjemputmu dengan sangat romantis" katanya lagi seraya menundukan setengah badannya layaknya pangeran. Jantung Rachel berdetak dengan cepatnya dan wajahnya memerah. Justin tersenyum lalu berlalu menghilang dari pandangan Rachel
"Aku tau..aku tau.. Karena itu semua dariku untukmu" lirih Justin saat keluar dari studio
________________
Selama satu minggu itu, Rachel kehilangan kontak dengan Justin dan hanya kiriman bunga tulip yang masih kuncup yang selalu menyambutnya di pagi hari. Tak hanya bunga favorit Rachel, ada juga surat kecil dari pengirim yang sama. Sang Admirateur secret dan juga Cody pemuda yang selalu menemani Rachel.
"Bagaimana dengan kabarmu?? Baik kan?" Tanya Rachel, yak, Cody tak sesehat dulu lagi, jantungnya lemah, katanya ini bawaan dari keluarga ibunya. Cody mengangguk, keadaan baik hari ini.
"Kabarku baik.. Tapi belum ada pendonor sama sekali.. Sungguh menyebalkan" gerutu Cody dia meletakan dagunya diatas meja yang terbuat dari besi itu
"Haha, kau ini.. Pasti nanti ada, bersabarlah"
Sementara itu,
"Baiklah ini yang terakhir" ucap Justin dia menyalakan laptopnya
______________
Rachel's pov
3 minggu tanpa kabar dari sosok yang begitu kurindukan, penasaran siapa dia? Dia Justin, Justin Drew Bieber. Kemana bocah ini?? Dia tak pernah memberikanku kabar lagi. Aku membantingkan tubuhku ke atas punggung sofa dan menyalakan Tv berharap bisa melihat wajahnya barang dari benda mati yang bisa memantulkan cahaya dan mengeluarkan bunyi ini. Tapi nihil, tak ada acara yang memuat berita tentang Justin atau mengundang Justin untuk tampil di acara mereka, jika saja Justin menghadapi sebuah tur paling tidak adalah acara yang meliput tur megahnya itu. Tapi ini... Kemana dia??
Sebenarnya aku penasaran dengan 3 hal yang kutanyakan padanya, yang hari itu belum sempat dia jawab. Aku sungguh penasaran, kuputar mataku menatap jam yang berdetik di ujung tembok bercat hijau ini. Jam setengah 4 sore,
Ting tong
Bel berdenting,
"Siapa?" Tanyaku masih dari tempatku duduk, tak ada jawaban, kuputuskan untuk melangkah mendekati pintu depan. Perlahan kuputar kenop pintu, dan.... Tuhan mengabulkan doaku, Justin ada di balik pintu itu, aku meloncat memeluknya memeluk tubuh tinggi dan hangat itu. Dia menyambut pelukanku, ya, aku mengaku aku begitu merindukannya.
________________
Ting tong
Aiissshh... Siapa itu? Menganggu momen spesialku dengan Justin saja, aku berpandangan dengan Justin kami sama-sama berdiri dan menuju pintu depan, aku yang membuka pintunya. Tak ada seorangpun di balik pintu itu.
"Cih.. Kurang kerjaan" kataku geram, aku mendelik, Justin melongok ke luar dan melihat sekeliling aku yakin dia tak menemukan siapapun diluar sana.
"Tunggu" katanya cepat saat melihatku melangkah memasuki rumah, dia mengangkat sebuah bucket bunga dan kotak kecil bersampul ungu muda.
"Eh?" Komentarku singkat
"Untukmu?" Tanyanya, aku mengangguk, sebenarnya aku sedikit ragu.. Tapi jika da bucket bunga tulip segar dan masih kuncup ini pasti dari admirateur secret
"Dari siapa?" Tanya Justin kelihatannya dia begitu penasaran
"Entahlah"
"Jika tak tau siapa pengirimnya buang saja" katanya lagi
"Hee?! Tak sopan!! Walaupun aku tak tau siapa pengirimnya tapi aku yakin dia punya maksud baik dibalik semua hadiahnya.." Kataku ketus, tanpa terasa kuberjalan meninggalkan Justin dan berjalan menuju kamarku.
Kuletakan bucket bunga itu di atas kasurku, dan mulai membuka kotak bersampul ungu muda dan diberi hiasan pita merah muda, manis sekali.
"Waaah" ucapku, sebuah mantel putih lengkap dengan syal berwarna ungu menjadi kadonya. Aku tersenyum menatap mantel yang sangat bagus itu. Pengirimnya sungguh baik hati.. dia bahkan tau apa yang selalu kuidam-idamkan, ya, mantel ini sering kulihat dalam perjalanan pulang. Aku menabung untuk membelinya, satu lagi impian kecilku terwujud.
Author's pov
Malam hari,pukul 7 malam yang sepi dan suara guntur saling bersautan dibalik awan hitam yang siap menjatuhkan milyaran tetesan air yang dikandungnya. Rachel dan Justin menikmati malam itu dengan canda tawa, mereka sangat akrab. Hujam tiba-tiba turun dengan derasnya, dengan cekatan Justin membuka jaketnya dan menjadikannya payung, tak mereka temukan halte atau semacamnya di sekitar jalanan itu akhirnya box telepon mereka jadikan tempat berteduh, Rachel melihat Justin yang basah kuyup, pemuda itu tersenyum.
"Kau tidak apa-apa Justin?" Tanya Rachel, gadis itu melihat Justin menggigil kedinginan, Rachel melepaskan jaketnya kemudian dia pakaikan di badan Justin
"Aku tau kau kedinginan jangan menolak.." Katanya lembut, Justin mendekati Rachel yang bersandar di sudut box telepon itu. Dan menatapnya lembut
"Chel.. Aku tau sebenarnya sudah sangat terlambat mengatakan hal ini, tapi aku.. Mencintaimu, aku ingin kau jadi kekasihku" kata Justin, suara terdengar begitu pelan, tapi kalimat itu sampai di telinga Rachel, gadis itu tersenyum menatap Justin kemudian membelai pipi Justin lembut, menyapu bulir-bulir air yang menetes di pipinya yang putih.
"Kau tau Justin? Aku sangat menunggu kalimat itu mulutmu.. Aku mau jadi kekasihmu"
Sayangnya itu hanya khayalan Justin, dia masih terdiam dan menatap Rachel yang berdiri di sebelahnya.
"Chel, aku punya permintaan.."
"Apa?"
Justin, mendekati Rachel dan mengecup kening gadis itu. Masih terasa bibirnya yang dingin menyentuh kening Rachel dengan singkat itu. Justin tersenyum menatap Rachel yang terlihat bingung,
"Terima kasih untuk hari ini, aku senang.. Aku harus pulang, kau tunggu disini sampai hujan reda" ucap Justin, tanpa banyak bicara lagi. Justin berlari melintasi hujan, meninggalkan Rachel yang masih memegangi keningnya tak percaya apa yang baru saja terjadi barusan.
__________________
Cody memasuki sebuah ruangan, ada perasaan senang dan sedih memenuhi hatinya, dengan perasaan ragu dia melangkahkan kakinya masuk. Menemui orang yang terbaring lemah di dalam ruangan itu. Di dapatinya wanita paruh baya yang duduk di sebelah orang itu.
"Cody, kau datang?" Katanya seraya mendekati Cody
"Iya tante.. Apa ini semua sungguhan? Dia benar-benar akan melakukan itu untukku?" Wanita itu mengangguk penuh keyakinan. Cody melirik orang yang terbaring itu. Alat bantu pernafasan itu menempel di wajahnya, dan matanya tertutup seperti takkan pernah terbuka lagi, Cody mengambil tempat duduk tepat di sebelahnya, diliriknya mesin pendeteksi detak janutng tepat di sebelahnya, jantungnya masih berdetak.
"Thank you very much" lirih Cody tepat di telinga orang itu.
__________________
Rachel mengangkat sebuah telepon di pagi yang cerah dan matahari bersinar dengan teriknya siang itu. Telepon dari Chase, yang mengajaknya makan siang nanti pukul 12, bel rumah Rachel kembali berdenting. Rachel membuka pintunya, tak ada siapapun di balik pintu itu. Tapi sekeping Cd satu kado berbentuk kotak bersampul ungu tua dan 2 buah amplop tergeletak di atas lantai, Rachel memungutnya kemudian membawanya masuk.
Dibukanya amplop berwarna biru muda yang diatasnya bertuliskan namanya menggunakan tulisan sambung yang sangat rapi.
Tertulis
Bonjour gadis cantik,
Kita bertemu, ah bukan berbincang melalui surat ini lagi... Bagaimana kabarmu hari ini? Kuharap sangat baik, aku ingin bertemu denganmu. Dan menatap wajahmu dari dekat. Tapii... Kau menemukan 1 keping CD kado dan 1 amplop lagi bukan? Jangan dibuka! Kecuali jika kau sudah pulang dari pertemuan kita.. Pegang janjimu.. Aku memperhatikaan
Kita bertemu di Malbeurne Street jam 08:00 a.m
Admirateur secret
Rachel menatap lembaran itu terus menerus. Tak lama dia berlari memasuki kamarnya, dan membawa mantel dan sepatu kets kemudian memakainya. Bel rumah berdenting lagi, Rachel sibuk mengikat rambutnya. Akhirnya dia akan bertemu si pengagum rahasianya itu. Dengan langkah cepat Rachel menuju pin depan dan menghiraukan pegawai pos yang berdiri di balik pintunya.
Rachel berlari menuju tempat janji dengan perasaan kacau, terselip perasaan takut walaupun jam masih menunjukkan pukul 07:30 a.m tapi tetap saja perasaan takut terlambat menghantui Rachel.
_______________
Jam 09:00 akhirnya dia tiba di tempat janji, macet di jalan membuatnya terlambat, tak ditemukannya siapapun di jalanan itu kecuali orang yang berlalu lalang di jalanan dan sibuk dengan urusan masing-masing tak satupun orang kelihatan sedang menunggu disana. Rachel melewati sebuah gang sempit, ada sesuatu yang menarik perhatiannya dia melangkah masuk, memasuki gang itu dan melihat sebuah Grafiti dengan tulisan Only for You
Dia ingat Justin yang membuatnya, dia bilang ini untuk video klipnya kelak. Rachel mendekati tembok itu dan merabanya.
"Bagus sekali" pujinya, senyuman manis tersungging di bibirnya. singkat cerita sudah 3 jam Rachel menunggu disana, namun tak kunjung datang orang yang dimaksud.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang, Rachel menoleh, ada Selena disana matanya bengkak seperti habis menangis. Tanpa berbicara banyaak Selena menarik Rachel meninggalkan tempat itu dan membawanya ke mobil.
"Kita mau kemana Sel?" Tanya Rachel, Selena diam dia menatap jalanan serius, sesekali airmata kembali menetes dari pelupuk matanya.
Sebuah bangunan tua bercat putih dengan tulisan Santa Maria Hospital, ya.. Ini rumah sakit. Rachel semakin bingung dibuatnya, Selena terus menarik tangan Rachel ke satu tempat. Mereka sampai di satu lorong, Selena menutupi mulutnya menggunakan kedua tangannya. Airmata kembali menetes di pipinya semakin lama semakin deras. Rachel menenangkannya
"Sebenarnya ada apa Sel?" Tanyanya lembut
"Masuklah.. Kau akan tau sendiri.. Aku mau pulang" kataanya seraya meinggalkan Rachel di pintu masuk ruangan itu. Rachel memutar kenop pintu ruangan itu, dan melangkah masuk ada Mom Pattie, Ryan dan Caitlin disana, ada Chase dan Cody juga. Mereka tanpak tertunduk. Mom Pattie masih terisak, tak lama dia melangkah pergi melewaati Rachel,Ryan mengejarnya.
"Ada apa ini?" Tanya Rachel, yang membuat semua orang yang ada disana terkejut, termasuk Cody. Dia menatap Rachel tak percaya
"Chel" lirihnya dia mendekati Rachel, "Rachel, kau takkan kuat melihat ini.. Kumohon keluar" katanya pelan seraya mendorong Rachel keluar dari ruangan itu.
"Apa? Maksudmu apa?? Apa yang terjadi??" Berontak Rachhel dia melepaskan genggaaman Cody di bahunya lalu melangkah masuk. Dilihatnya sesosok pemuda tampan yang terngah terbaring di atas kasur, wajahnya sungguh tampan dan sangat manis, tapi matanya tertutup dan wajahnya pucat pasi.
"Just?" Lirih Rachel dia menghampiri pemuda yang bernama Justin itu kemudian meraih tangannya dingin sekali.
"Kenapa dengannya??" Tanya Rachel, dia melihat ke segala arah meminta penjelasan. Chase memeluk Rachel dari belakang kemudian menariknya mundur, Tapi Rachel memberontak.
"Katakan padaku!! Apa yang tejadi!!" Teriak Rachel,
"Justin sudah pergi Chel, tadi pagi.. Dia begitu semangat katanya dia ingin bertemu denganmu.. Padahal kondisinya semalam sangatlah buruk, dia tetap memaksa akan pergi. Taapi.. Justin terjatuh dan megeluh dadanya sakit, aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya.. Ini salahkuu.." Caitlin kembali terisak Chaz segera memeluk gadis itu dan menenangkanya.
"Bukan salahmu.. Kita semua tidak tau, Justin memiliki Kanker paru-paru yang sudah mencapai stadium akhir, tak ada yang tau" lirih Chaz, mata Rachel juga ikut berkaca-kaca. Tapi hatinya memberontak! Hatinya tak percaya ini semua terjadi!! Rachel tertawa pelan
"Akting kalian bagus.. Bagus sekali.. Kalian pantaas membuat sebuah film!! Dan kau Justin! Tolong jangan diam saja!! Aku tau kau pura-pura!! Bangun kau tak sedang memerankan Jason McCann?! Kau tidak mati!!" Seru Rachel dia menunjuk Justin, tapi?? Justin tak bergeming tubuhnya kaku tak bergerak sama sekali
"Cheel.. Kumohon.." Chase memeluk Rachel dari belakang, berusaha menenangkan gadis itu. Rachel memberontak, tak lama Rachel merasa seluruh tubuhnya melemas dia pingsan!
____________
Seorang gadis memakai pakaian serba hitam terus menatap lurus memandaang pemandangan di sebrang danau. Dengan tatapan kosong, Cody berdiri di belakangnya dan membelai kepalanya lembut.
"Aku masih tak percaya Cody, dia pasti berakting" ucap Rachel, suaranya bergetar, Cody duduk di sebelahnya
"Semua ini terjadi Chel, awalnya aku juga tak percaya tapi dia benar-benar pergi Chel" katanya pelan, beberapa gadis melintas menggunakan pakaian serba ungu wajah mereka tertekuk, Rachel tau betul hati mereka hancur mengatahui idola mereka Justin Bieber! Meninggal karena kanker paru-paru stadium akhir yang entah sudah berapa lama ia derita. Mungkin saja sebenarnya Justin juga tak mengetahui hal itu.
"Tapi.. Dia tak pernah mengeluh sakit didadanya.. Dia baik-baik saja saat besamku tawa lepas juga selalu mampir di mulutnya, dia baik-baik saja..." Lirih Rachel lagi, airmata kembali menetes
"Setauku dia merahasiakannya, dia pernah berkata padaku tentang penyakitnya secara tidak langsung tapi aku yakin dia menyembunyikan semuanya karena tak ingin membuat siapapun kuatir padanya.. Aku yakin itu, dan satu lagi.." Cody menggantungkan kata-katanya. Rachel menatap mata hijau Cody
"Dia mencintaimu dengan sepenuh hatinya, dia mengatakan itu padaku.. Dia cerita, sangat sulit mengungkapkan perasaan itu padamu.. Selalu saaja kata-kata itu tercekat di tenggorokannya saat melihat wajahmu" jelas Cody, kata-katanya membuat kenangan indah Dating Couple Justin dan dia kembali terekam, airmata menetes lagi Rachel memeluk Cody erat sangat erat dia memendamkan kepalanya ke pundak Cody
"Aku juga mencintainya.. Aku salah besar sudah membiarkan perasaan itu hilang sendirinya dan kini semua terlambat! Aku menyia-nyiakannya! Aku.... Wanita bodoh"
Cody membelai rambut Rachel lembut,
"Akan kutuliskan sebuah pesan untuk kekasihku kelak di grafiti ini.. Kau berbalik Chel, jangan melihat" seru Justn, dengaan wajah cemberut Rachel membalikkan badannya
"Cody," panggil Rachel diaa melepaskan pelukan Cody
"Bawa aku ke jalan Mellbourne"
_______________
"Kau mencari apa?" Tanya Cody begitu sampai di jalan mellbourne. Rachel memacu langkahnya menuju gang dimana Justin membuat grafiti itu. Rachel mencari-cari dan melihat di setiap bagian grafiti itu dengan teliti. Dia sadar sesuatu background itu membentuk sebuah tulisan. Rachel memundurkan langkahnya.
"C-D" Rachel mengeja tulisan yang menjadi background grafiti itu. Dia berlari menemui Cody kemudian mengajak pemuda itu untuk membawanya pulang kerumah.
Begitu sampai dirumahnya, Rachel mengobrak-abrik isi lemari dimana hadiah-hadiah dari admirateur secret itu disimpan. Dan membukaa semua kado yang pernah dilarangnya untuk dibuka. Tak ada hal menarik diantaraa kado-kado kecil itu. Tersisa yang besar. Rachel membawanya keluar dan membukanya. Betapa terkejutnya Rachel begitu melihaat isinya.. Apa isinya?? Boneka Justin dengan wajah kartun,dan sepatu supra warna ungu yang selalu Justin pakai ketika konser, Rachel menutupi mulutnya menggunakan sebelah tangan, jadi? Selama ini yang mengiriminya bunga tulip setiap pagi, dan lain-lain itu... Justin? Ditemukannya sebuah surat yang menempel pada sepatu supra itu. Rachel membukanyaa perlahan tertulis
Halooo!!! Ahahahaha ketauan semuanya!! Selamat yaa.. Aku akan meniupkan terompet kemenangaan untukmu!! Akhirnya kau berhasil menemukanku, aku, Justin Bieber a.k.a Richard Gospellben. Cowo cinta pertamamu.. Penasaran apa maksud perkataanku?? Kau bisa menemukannya di kado terakhirku.. Kepingan CD
Rachel meninggalkan surat itu dan berlari menuju ruang tengah, Cody yang masih bingung terdiam di ruangan itu menatap setiap kado yang telah Rachel buka.
Rachel meraih kepingan CD itu dan membuka satu hadiah bersampul ungu tua. Dan sebelumnya dia membaca surat yang belum ia buka itu
Tertulis
Haloo.. Ini kado terakhirku, album terbaruku.. Aku tau kau menunggunya, kau bilang suaraku merdu bukan? Hehe.. Semoga kau suka jangan lupa untuk membayangkan aku ketika kau mendengarkan lagunya ^^
Rachel membuka sampulnya dan menemukan sebuah kaset yang masih sangat baru. Terdapat gambar Justin memakai kemeja kotak-kotak warna hitam,dan putih, celana jeans panjang, dia memangku gitar dan memakai kacamata, senyumannya sungguh menawan "JUSTIN BIEBER - THE LAST SONG"
Rachel beraalih ke kepingan CD yang dia letakan di bawah kaset itu. Dia memasukannya ke dalam player sesaat setelah TV sudah dinyalakan.
"Eheeem" terdengar suara berdehem, Rachel melangkah mundur kemudian terduduk di kursi
"Halooo!!!!!!!!" Muncul wajah tampan Justin dari video itu dia tampak begitu ceria, senyumannya benar-benar membius. Rachel terdiam
"Ini aku.. Penganggummu gadis manis, penganggum yang pernah menyamar menjadi seorang pemuda asal belanda bernama Richard Gospellben saking inginnya menjadi kekasihmu.. Aku juga orang yang kau lihat jatuh pingsan di stasiun Shibuya, Jepang.. Ingaaat??" Katanya dengan senyuman yang terus mengembang
"Aku, namaku Justin Drew Bieber.. Entah kenapa dari sepanjang hidupku yang pendek ini bisa bertemu anugrah Tuhan sepertimu. Gadis sempurna sepertimu, sebenarnya kita sering bertemu, karena kau dan aku sama-sama mengelilingi dunia. Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa tau jika itu adalah kamu? Karena laptop! Laptopmu pernah tertinggal di mobilku, maaf sudah membongkar dan melihat-liht fotomu, saat itu sejak saat itu aku yakin kau adalah gadis yang selalu kulihat di hampir setiap negara yang kupijak, aku sungguh menyukaimu luar dan dalam.. Tapi semenjak aku tau, aku mengidap Kanker paru-paru aku yakin, akhir dari cerita ini pasti akan penuh dengan air mata dan aku harap ketika kau melihat ini.. Kau tidak sedang menangis" begitu mendengar kalimat itu Rachel sesegera mungkin menghapus airmata yang memabasahi pipinya.
Justin tersenyum
"Oke, aku mau meluruskan semua.. Aku mencintaimu, Aishiteru, J'et Aime, I Love You, Saranghae.. Cuma dengan 5 bahasa itu saja aku bisa mengungkapkan perasaanku, tapi percayalah aku benar-benar mencintaimu dengan seluruh hatiku.. Aku tak tau harus bagaimana lagi untuk membuatmu tau perasaanku, bahkan aku sampai meminta bantuan pada Super Junior, dan Kyu pernah mengusulkan untuk memasukan kita ke acara WGM atau We Got Married.. Haha, aku ini bodoh ya?? Mengucapkan kalimat I Love You saja tidak bisa.. Haha.. Bodoh!bodoh! Kenapa aku membuat video ini? Karena aku takut sampai hari terakhir aku menghirup oksigenpun aku tak sempat mengatakan 3 kata itu I - L O V E - Y O U.. Dan aku mengarang masalah Pneumothorax itu karena tak ingin membuat semua orang kuatir dan akhirnya aku merepotkan semuanya, jadi aku berbohong mengidap Pneumothorax. Tuhan menghukumku, selama aku berbohong mengidap penyakit itu.. Tuhan terus menyiksaku dengan perih di dada ini yang begitu menyiksa"
"Kau ingat saat kita terjebak di perbatasan Belgia dan Belanda?? Saat itu aku sakit demam tinggi selama seminggu penuh bukan? Maaf, sudah merepotkanmu *membungkuk* aku benar-benar menyusahkan kan saat itu? Tapi kau begitu baik dan mengurusku.. Eem, ingat Dating Couple kita? Ingat saat aku menumpahkaan ice cream ke baju kita berdua? Oh atau saat aku meneriakkan namamu dari atas menara eiffel? Haha aku terlihat seperti orang bodoh pasti dimatamu, tapi itulah cinta, dia bisa membuat siapa saja gila dan tak tau malu seperti aku.. Haha"
Justin terbatuk, dan menetes darah dari sudut bibirnya, Rachel tak kuat melihatnya dia menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan airmata sudah membanjiri pipinya. Justin tersenyum kemudian melap darah yang ada di tangan dan bibirnya
"Haha.. Tadi aku minum sirup rasa strawberry disaat batuk, jadi dahaknya berwarna merah.. Haha oke, kau pernah menanyakan aku 3 pertanyaan bukan? Akan kujawab semuanya
1. Jika seekor burung terbang tinggi dilaangit bersama pasangannya lalu tiba-tiba salah satu burung terjatuh dan mati.. Sehancur apakah hati teman burung itu melihat temannya tewas? Kau ingat pertanyaan itu kan?
Saat mendengar pertanyaan itu aku merasa seperti kau tau tentang penyakit ini.. Tapi tidak, aku yakin kau tidak tau.. Aku tak bisa menjawab pertanyaan ini sampai kapanpun karena setiap aku memikirkan jawabannya selalu terbayang olehku dirimu yang tak berdaya terbaring di pangkuanku"
Justin terbatuk lagi, kelihatannya penyakit itu memaksanya untuk berhenti mengoceh
"2... kapan terakhir kali aku mencintai seorang gadis?
Haha.. Aku selalu tertawa jika ingat pertanyaan ini, kapan ya? Hmmm.. Saat aku bertemu denganmu, jangan bilang aku playboy karena aku juga pernah berpacaraan dengan Selena. Dia gadis baik, tapi aku tak mencintainya, aku berpacaran dengannya karena dia mencintaiku. Bukan karena aku mencintainya,"
Justin terdiam, terlihat di video itu dia bersandar di kursi dimana ia duduk dan menutup matanya. Rachel menerka bahwa pusinglah yang Justin rasakan saat itu dan tebakannya benar
"Maaf.. Kepalaku pusing tadi.. Apa wajahku pucat?? Kurasa tidak, eeem.. Baiklah 3, kenapa aku mencintaimu?
Karena aku benar-benar ingin jadi pendamping hidupmu.. Itulah jawabanku, sudah kubilang kan dalam novel abal-abal yang kubuat ataas nama Richard itu 'Kau takkan pernah tau kapan dan dimana cinta akan menjemputmu, dan jika cinta menjemputmu kau takkan bisa memberikan perlawanan apapun, Cinta itu seperti layaknya sebuah magnet yang kuat siapapun bisa tertarik' dan itu yang kurasakan My Vlinder.. Oh ya, aku lupa.. Kau pasti penasaran apa arti dari kalimat di halam terakhir buku itu ya?? Biar kuberitau kau gadis malang
Baiklaaah
'de vlinder is mooi en mooie dingen in mijn leven en vlinders die met succes zijn smelt mijn hart met een flick van sayap schoonheid genaamd Rachel Amanda' artinya! 'kupu-kupu adalah hal-hal indah dan indah dalam hidupku dan kupu-kupu yang telah berhasil meluluhkan hatiku dengan jentikan kecantikan Sayap bernama Rachel Amanda' jaaddiii... Tak apakan jika aku memanggilmu dengan sebutan Vlinder? Alias kupu-kupu"
Pandangan Rachel semakin buram akibat airmata yang terus mengalir dipipinya
"Yaaaakkkk!!!! Berhenti menangis!!" Ucap Justin, disaat yang sama pemuda itu juga menangis tapi dia langsung menghapus airmata yang menetes di pipinya itu dengan cepat
"Aku punya satu permintaan?? Cody akan menjalani oprasi pencangkokan jantung, kau tau kan kenapa? Dan aku memberikan jantungku padanya, karena aku tau dia mencintaimu.. Dia begitu mencintaimu.. Jadi.... Menikahlah dengan Cody"
○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ °
"Papa! Papa!!! Cepat sedikit!!!"
Riuh suara anak kecil memenuhi rumah kecil di negara Australia itu tepatnya di kota Sydney, itu rumah Rachel dan Cody, Rachel Amanda Simpson itulah namanya sekarang. Menikah dengan Cody Robert Simpson pada tanggal 01 Maret 2013, dan memiliki 2 anak yang sangat lucu, yang paling kecil yang sejak tadi meneriaki ayah dan ibunya dari luar kamar bernama Prinses Tulp Simpson dalam bahasa Belanda artinya 'Putri bunga tulip' dan oh.. Siapa itu???
"Aaahh!!! Mamaaa!!! Ka Vlinder nakal!!!" Teriak Prinses yang membuat Rachel mengalah dan keluaar dari kamar, dilihatnyaa anak kecil berambut coklat keemasan berwajah persisi sekaali dengan Justin, tingkah nakalnya juga mirip
"Vlinder!! Kau apakan adikmu?" Hardik Rachel yang membuat sang kakak yang bersembunyi di tangga itu turun dan mengembalikan boneka barbie milik adiknya
"Tak ada" katanya datar
Namanya Justin Vlinder Blauwe Simpson, nama yang panjang 2 nama tengah nya itu berarti kupu-kupu biru. Jika dirumah anak ini di sapa Justin
"Ayo,ayo berangkat" ujar Cody yang sudah siap dengan pakaiannya 2 anak itu berlarian keluar rumah
"Kalian beli makanan dulu sana, mama mau menyiapkan pakaian selama di Goal Coast"
Rachel kembali masuk ke rumah dinyalakannya TV lalu memasukan DVD yang menjadi bagian dari album yang bersampul pemuda tampan bernama Justin Bieber itu mulai terdengar lagu pertama berjudul Only for You

Only for You~
I don’t need anyone else, it’s only you
When you ask again, it’s only you
Even if you already have another love
I can’t forget you, I can’t turn back around
Oh ~
The moment my eyes began to burn
The moment my heart was captured by you
I have no regret, I chose you
That’s right, it’s you
Oh whatever anyone anyone says, it doesn’t matter to me
Oh whoever whoever curses me, I’ll only look at you
Even when I’m born again, it’s still only you
Tic Toc Tic Toc ... Even as time goes by
Oh when you tell me you love me
When you tell me thousands and millions of times
Even when my heart sets on fire, my dry lips wear out
Even when I’m born again, it’s still only you
Tic Toc Tic Toc ... Even as time goes by
Oh oh only for you Oh oh only for you
Oh oh only for you Oh oh only for you
Oh oh only for you Oh oh only for you
Oh oh only for you~
It’s you
I don’t need any words. it’s just you
“ It’s too late “ , but for me it’s just you
I know our love is wrong
I can’t give up, I can’t let you go
Ah Ah
My lips, cold as can be, are even more blue
I cry out to find to find your warmth
I call, even though I call for you
And there’s no reply, I’ll wait for you
Oh whatever anyone anyone says, it doesn’t matter to me
Oh whoever whoever curses me, I’ll only look at you
Even when I’m born again, it’s still only you
Tic Toc Tic Toc ... Even as time goes by
Oh when you tell me you love me
When you tell me thousands and millions of times
Even when my heart sets on fire, my dry lips wear out
Even when I’m born again, it’s still only you
Tic Toc Tic Toc ... Even as time goes by
Oh oh only for you~
For me, it’s you, it’s you
Why don’t you know, why don’t you know?
For me, it’s you, it’s you
Oh whatever anyone anyone says, it doesn’t matter to me
Oh whoever whoever curses me, I’ll only look at you
Even when I’m born again, it’s still only you
Tic Toc Tic Toc ... Even as time goes by
Oh when you tell me you love me
When you tell me thousands and millions of times
Even when my heart sets on fire, my dry lips wear out
Even when I’m born again, it’s still only you
Tic Toc Tic Toc ... Even as time goes by
Only for You~
Suaranyaa tetap terdengar lembut, singkat cerita.
"Mama, lagu siapa ini suaranya bagus sekali?" Komentar Justin, begitu mendengar ibunya memutar lagu favoritnya masih dari penyanyi yang sama
"Mantan pacar mama" jawab Rachel asal
"Aiishh.. Masa lalu" timpal Cody
"Papa cemburu!!" Seru Prinses
"Mama, pinjam Hp mama! Aku mau lihat Papa Justin!" Ucap Prinses dan Justin bersamaan, Rachel memberikan iPhonenya pada 2 anak itu, mereka tampak asik menonton video klip yang sudah dilupaakaan banyak orang itu, dimana dia menjadi model videoklipnya..
Tomorrow by Justin Bieber
When it’s tomorrow, we agree not to meet again
Sitting in the shop at the end of the road, I ordered a cup of missing you
When it’s tomorrow, we can only let love pass by
Before daybreak, two persons’ smiling faces become a yellowed photograph
Around me Loneliness is spreading
Vision is being blurred by tears
I left “I love you” at the bottom of my heart and put them on the tip of my lips
When it’s tomorrow, you will leave my side
When it’s tomorrow, I will wish upon a shooting star alone
Just like the ending of a movie
Our ending fulfilled the prediction of tears
Broken promises all over the ground, the yesterday that cannot be pieced together again
But I still look forward to the appearance of a miracle, oh no
Your shadow is drifting further and further away.
Love is still lingering in my room
Before the memory becomes real, in a moment
It felt like you were in front of my eyes
Around me loneliness is spreading
This vision is being blurred by tears
A sentence “I love you”, I left it deep in the bottom of my heart and put it on the tip of my lips
When it’s tomorrow, you will leave my side
When it’s tomorrow, I will wish upon a shooting star alone
Just like the ending of a movie
Our ending fulfilled the prediction of tears
Broken promises all over the ground, the yesterday that cannot be pieced together again
But I still look forward to the appearance of a miracle, oh no
Your shadow is drifting further and further away.
Without you, love starts to hibernate
Loneliness will occupy every day
I stand under the streetlight, on the side of the cold street
That place where we once embraced
Is the roof under which we once seek shelter from the rain together, oh
When it’s tomorrow, you will leave my side
When it’s tomorrow, I will wish upon a shooting star alone
Just like the ending of a movie
Our ending fulfilled the prediction of tears
Broken promises all over the ground, the yesterday that cannot be pieced together again
But I keep looking forward to the appearance of a miracle, oh no
I still reminisce the past when we were in love
I’m still waiting for you to come back to my side
Tears are falling on the side of my cold pillow
I hit pause on time until you appear again
I cannot stand each of the days without you, oh no
I love you, it will not change
I’ll be loving you till eternity
THE END
○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ ° ○ °
No comments:
Post a Comment