441 (FF one shoot)
Author : Yeon Ra
Ost. miwa – 441
sepanjang waktu telah terlewati semuanya mulai memudar, aku ingin mendapatkanmu lagi
lalu apakah kau sudah lupa bagaimana kita kembali tersenyum?
lalu apakah kau sudah lupa bagaimana kita kembali tersenyum?
Aku bertemu dengannya disini, di tempat yang sama, dan di saat yang sama seperti sekarang yang berbeda hanyalah itu terjadi 3 tahun yang lalu. Aku dan lelaki siswa SMA yang berada di depan rumahku juga sudah menjalin hubungan selama itu, 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar bukan? Itu waktu yang sangat panjang dan akan terasa seperti membuang-buang waktu jika tak bermakna sama sekali, dan itu yang kurasakan sekarang.. 2 tahun kebelakang merupakan waktu berharga yang takkan pernah kutukar dengan apapun tapi.. lewat tahun 2009, Tatsuya pemuda yang berhasil membuatku jatuh untuknya berubah drastis, seakan dia benar-benar melupakan bagaimana kami tertawa dulu dan bersenang-senang dulu. Aku mengerti dan benar-benar tau apa alasannya berubah seperti sekarang, dia akan menghadapi ujian yang akan menentukan akan kemana dia nantinya, akan jadi mahasiswa di universitas bergengsi manakah ia? Aku memang tak seperti Tatsuya, aku hanyalah seseorang yang mencintai musik dan sudah menjadikan musik sebagai bagian dari hidupku. Ribuan lagu sudah kuciptakan dan kuberikan judul masing-masing, walau dari setiap judul itu tak ada yang memiliki arti khusus. Musim panas sudah mengudara di Tokyo sejak seminggu yang lalu, dan yang kulakukan hanya berbaring di lantai kayu rumahku atau memainkan jemariku di atas senar gitar menggumamkan sebuah lagu yang belum pernah terfikirkan dalam benakku. Lagu apa ini? Aku juga tidak tau lagu apa ini, aku membuatnya tanpa memikirkannya dulu, semuanya berjalan sesuai kehendak dan suasana hatiku.
---
“miwa-chan~ tak jadikah kita mempersiapkan obon untuk nanti malam?” Tanya seorang gadis muda, dia masih berkutat dengan gitar miwa di pangkuannya. Ingin belajar gitar katanya? Tapi sudah 3 bulan belajar belum ada kemajuan sama sekali.
“entahlah.. aku belum membeli apapun untuk obon nanti malam, okaa-san juga bilang sebaiknya aku tidak usah melaksanakan obon, biarkan saja setan itu masuk dan mengobrak-abrik isi rumahku” jawab miwa seraya menyeruput es lemonnya, gadis bernama Miharu itu mendengus kesal dan menyambar gelas lemon milik miwa lalu menaruhnya di atas meja
“kau itu bagaimana? Jika roh leluhur tak dapat kembali ke dunia asalnya bagaimana?” katanya setengah berteriak, miwa menyandarkan punggungnya di sandaran sofa hembusan nafasnya meniup sebagian poninya terbang sesaat. “akan kunyanyikan sebuah lagu ballad untuknya, tenang saja” balasnya dengan nada malas
“ck! Kau ini jangan asal bicara~!! Miwa-chan apa kau stress setelah Kanata-kun berubah sedingin itu padamu?” Tanya Miharu, miwa melirik gadis itu sekilas tanpa menjawab dia meraih gelas lemonnya dan meminum seluruh isi gelas itu dalam satu tenggak.
“jangan bicarakan dia sekarang, aku sedang malas membahas manusia itu” jawab miwa datar.
Kita sudah keluar dari ritem, tapi ayo kembali ke ritem seharusnya sekali lagi
Biarkan jantungku berdebar. Aku ingin merasakan cinta
Malam ini Miharu yang mempersiapkan semua persiapan obon. Miwa duduk di depan teras rumahnya yang sejuk menatap senja di sore hari yang terlihat seperti gerakan lambat di film Matrix, setiap perubahan awan dan warna langit miwa tersenyum. Dia membayangkan bahwa hati setiap manusia sama seperti senja dan fajar berubah perlahan-lahan dan akhirnya memberikan keindahan tersendiri yang tidak ada habisnya untuk dikagumi. Ia juga meyakini bahwa hati Tatsuya juga seperti itu, sedang berubah sepertinya perginya matahari dan berganti bulan, perginya kehangatan matahari berganti dengan dinginnya cahaya bulan. Namun, suatu saat nanti pasti kehangatan matahari itu akan kembali seperti terbitnya matahari saat fajar.
“miwa-chaan~ sedang apa kau? Kita makan malam dulu” teriak Miharu dari dalam rumah miwa, Miharu gadis SMA yang keras kepala namun juga sangat lembut, dia membiyayai biaya sekolahnya sendiri dengan penghasilannya dari kerja sambilan di kedai ramen. Kebetulan penghasilannya besar dan sangat mencukupi, untuk tinggal makan dan lainnya ia tinggal di rumah miwa sampai ia lulus dari bangku SMA taun depan. Dan melanjutkan kuliah di sebuah universitas di Kanagawa dan kembali tinggal bersama orang tuanya disana. Bisa dibilang karna Miharu-lah miwa bisa berkenalan dengan Kanata, dan jadi seperti sekarang.
“mulai besok aku akan berangkat untuk study tour ke Hokkaido.. nee-chan bisa jaga diri kan?” celetuk Miharu di tengah makan malam, miwa tersenyum lalu mengangguk.
“sebelum kau datang dan merecoki hidupku aku tinggal seorang diri bukan? Tidak jadi masalah jika kau pergi.. uangnya cukup?” Tanya miwa, sekarang Miharu yang mengangguk
“sekolah membayar sebagian untukku, jadi uangku justru kelebihan haha.. kenapa?”
“baguslah.. itu artinya aku tak perlu mengeluarkan uang” sindir miwa, Miharu memang sering meminjam uang darinya dan sampai sekarang tak pernah ia kembalikan. Miharu merengut, dia menyumpit lauk makanannya kasar, miwa terkekeh pelan melihat teman serumahnya yang tengah merajuk ini.
“nee~ walaupun kau mengamuk dan menghancurkan seisi rumah, bukan berarti aku akan meloloskan semua hutangmu” bisiknya diakhiri tawa khas
“onee-chan!!” teriak Miharu kesal
“haha.. kau kesal? Baguslah..” ledek miwa, Miharu mengerucutkan bibirnya dan memainkan sumpitnya di atas piring, dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa ia sangat kesal dan membenci kelakuan miwa yang seperti tak pernah bisa sehari saja tidak menggodanya.
---
2 jam yang lalu kesunyian mulai menyelimuti rumah kecil dimana miwa tinggal, semenjak Miharu berangkat tak ada lagi suara cempreng yang mengganggu telinganya dan menghancurkan konsentrasi miwa ketika menulis lirik, namun rasa bosan juga mulai menjalari setiap urat nadi dan membuat suasana terasa lebih sepi dari kelihatannya, angim musim panas berhembus melewati kaca jendela dan memberikan rasa sejuk-agak lembab di ruang tengah, suara korden yang diterbangkan angin menemani petikan senar-senar dari jemari miwa. Lagi? Dia melamun sambil memainkan gitar, membayangkan setiap kenangan masa lalunya bersama Kanata dan sesekali tertawa atau tersenyum jika teringat kejadian lucu dan candaan mereka berdua diatas atap rumah ini. Menikmati pesta kembang api sepanjang musim panas, dan membuat janji pergi bersama ke tengah keramaian pesta itu
Ketika kita bertemu untuk menonton kembang api untuk pertama kalinya
Kau menggenggam tanganku sehingga aku takkan tersesat
Aku masih saja belum lupa betapa hangatnya tanganmu saat itu
Aku masih saja belum lupa betapa hangatnya tanganmu saat itu
Sekarang bagaimana kabar Kanata? Tak ada yang tau. Bahkan ia tak pernah menghubungi miwa lagi, selain sebuah pesan singkat yang berisi sebuah ajakan bertemu di pesta kembang api besok malam. Haruskah miwa datang? Entahlah, itu masih menjadi pertimbangannya. Miwa menaruh gitarnya di ambang pintu dimana tadi ia duduk dan melangkah menuju ruang tengah untuk mengambil beberapa lembar kertas dan pulpen. Inspirasi untuk menulis sebuah lagu memang selalu datang tanpa permisi, ia datang lalu pergi begitu saja.
Di ruang tengah ekor mata miwa menangkap sebuah benda yang tak asing, sebuah garpu tala pemberian Tatsuya dimana itu menjadi barang favoritnya dan selalu ia gunakan setiap membuat sebuah lagu. Miwa meraihnya dan mengetukkan garpu tala itu sehingga membuat sebuah bunyi melengking yang lembut, itu nada A. nada yang menjadi nada dasar setiap pembuatan lagu miwa.
“nada A 441 hz.. aku masih saja tidak lupa kata-katamu saat memberikan benda ini padaku, sampai-sampai aku menjadikan 441 sebagai angka favoritku.. aku begitu bodoh, bagaimana bisa menjadikan 441 angka favoritku hanya karna kalimatmu, Kanata beri tau aku kenapa begitu sulit untuk melupakan kenangan bodoh kita selama ini?”
Kau ingat setiap perasaan itu?
Sejak kapan cintaku mulai tak mencukupi untukmu?
Cobalah ingat. Lihat aku. Kita belum terlambat
Jam masih berdetak mengikuti alur waktu yang tak pernah berhenti berputar, miwa menyeruput teh hangatnya. Jam 4 sore, sudah seharusnya ia bersiap jika benar-benar ingin berangkat ke pesta kembang api bersama Kanata, apa tanpa berganti baju dan tak mengeringkan rambut setelah mandi bisa dibilang sudah bersiap? Mungkin. Karna itu yang miwa lakukan, tanpa mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih bagus dan tak mengeringkan rambutnya yang masih basah dia menganggap semuanya sudah siap, bukan siap untuk pergi, namun siap juga untuk berdaim diri di rumah menatap langit yang nanti malam pasti akan diwarnai dengan berbagai macam warna dan bentuk kembang api seorang diri. Kanata bukanlah tipe lelaki yang benar-benar memegang janji miwa tau hal itu, untuk apa memakai pakaian bagus jika akhirnya tidak pergi bukan? Miwa memejamkan kedua matanya merasakan hembusan angin yang membelai wajahnya ia menggumamkan sebuah lagu yang sampai sekarang belum diputuskan apa judulnya.
Kreek
“miwa-chan, tak jadikah kita pergi?”
Miwa membuka kedua matanya, bangun dari semua lamunannya dan mendapati pemuda berbadan tinggi, Kanata. Mungkin jika Miharu ada dirumah orang ini akan langsung digorengnya di minyak panas.
“aku sudah siap.. apa kita benar-benar pergi? Kukira kau cuma akan mengumbar janji seperti biasa” sindir miwa seraya menyeruput tehnya lagi, Kanata menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Baru sekarang ia sadar setajam apa lidah kekasihnya ini
“jangan meledekku. Cepatlah sebentar lagi festival di mulai” ajaknya, miwa meliriknya sebentar lalu menaruh cangkir tehnya di atas meja teras dan berdiri, ia merapikan sweater merah tua yang sedang dipakainya dan mulai memasang sepatu.
“ja.. iko” katanya datar.
“kenapa kau begitu dingin??” Tanya Kanata
“aku marah”
“marah?? Aah.. gomenne aku jarang menghubungimu, bahkan menemuimu aku juga…”
“jangan dibahas.. aku malas mendengarnya” sela miwa, gadis itu masih melangkah lurus di depan Kanata, “kau lupa? Kau sudah berapa kali minta maaf tapi terus saja melakukan kesalahan yang sama? Lebih baik tidak usah minta maaf” lanjutnya
“miwa-chan.. Gomenasai~ hontou ni Gomenasai ne?” Tatsuya memasang wajah memelas, miwa menggembungkan pipinya yang memerah. Ini yang selalu membuatnya merindukan sosok Kanata yang begitu manis, ia tak hanya menjadi seorang kekasih, terkadang Kanata sudah menjadi partner, adik, dan sahabat baginya yang tinggal seorang diri di Tokyo. Sama seperti Miharu, miwa pindah dari Kanagawa ke Tokyo untuk sekolah sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk sekolah musik daripada formal dan menjadi seorang musisi rumahan seperti sekarang.
“untuk apa minta maaf, sudah kubilang tak usah minta maaf”
“nee~ kau benar, baiklah aku takkan minta maaf lagi, iko!” Kanata menggandeng tangan miwa dengan cepat karna matahari mulai kembali ke peraduannya, pesta kembang api hanya tinggal menghitung menitnya saja
Kita sudah keluar dari ritem sekarang, tapi ayo kembali ke ritem sekali lagi
Satukan semua pikiran kita jadi satu, kumainkan 441
Lapangan yang sebelumnya sangat sepi hampir seperti tak berpenghuni malam ini entah sulap apa yang mengubahnya menjadi begitu ramai dan dipenuhi banyak lampu dan hiasan-hiasan khas festival musim panas tahun lalu.
“waah.. ramai sekali.. tetap berpegangan ya? Agar kita tak tersesat” bisik Kanata
“cih.. jika kau tersesat secara otomatis aku akan terbawa tersesat juga, jika ingin tersesat jangan libatkan orang lain” ucap miwa ketus
“aa.. miwa-chan, katakana kau senang bisa kuajak kencan malam ini” goda Kanata sembari menyenggol-nyenggol lengan miwa
“diamlah!” omel miwa
“jangan maraah.. ayo, kita nikmati kesenangan malam ini sampai lupa waktu !!” seru Kanata penuh semangat, miwa melipat kedua tangannya di depan dada, pemuda ini diluar saja terlihat gagah dan dingin. Jika sudah bertemu keramaian sifat kekanakannya akan muncul dan membuatnya tak mengenal malu sama sekali. Kanata menarik miwa masuk lebih dalam kedalam festival itu, sangat ramai disana. Malam itu akhirnya miwa bisa kembali tertawa lepas tanpa ada penghalang sama sekali, siapa lagi jika penyebabnya selain Kanata. Bocah itu tak pernah bisa berhenti bertingkah barang 1 detik ada saja kelakuan anehnya yang benar-benar bodoh.
“orokana? Diamlah…” bisik miwa ketika Kanata benar-benar terlihat seperti orang gila kehabisan obat.
“kembang apinya sudah dimulai!! Cepat!! Cepat!! Ambil barisan paling depan!!!” teriakan dari orang-orang di sekitar menarik ujung bibir Kanata membentuk sebuah senyuman ia member sinyal pada miwa yang dijawab sebuah anggukan, mereka bergandengan melewati kerumunan orang banyak itu dan langsung mendapat barisan paling depan. Pemandangan itu terlihat sangat jelas, miwa menyadari sesuatu yang aneh, dia menoleh dan mendapati Kanata seperti mencari seseorang di belakang. Genggaman tangan terlepas begitu saja dan seperti tak terjadi apapun Kanata menerobos barisan dibelakangnya menghampiri seseorang di belakang sana. Mata miwa mengikuti gerakan Kanata dan mendapati pemuda itu memeluk seorang gadis di belakang. Dengan cepat, jemari miwa mengetik sesuatu diatas keypad ponselnya
“Kanata-kun, apa kau benar-benar ingin pergi ke festival bersamaku atau ada hal lain yang kau incar?”
“apa? Aku sedang membelikanmu minuman.tenanglah”
Apanya yang tenang? Jawaban seperti itu benar-benar mencurigakan. Miwa tak dapat melihat punggung Kanata lagi, entah kemana ia pergi. Miwa menundukan wajahnya, sehancur apa sebenarnya hubungan mereka berdua?
---
"Ketidakhadiran membuat hati semakin dekat"
e-mail yang benar-benar mencurigakan itu membuat miwa sama sekali tak berselera untuk sarapan.
Aku tidak butuh kalimat manis seperti itu. Hanya bersamaku.
Duduk dekat di sebelahku, panggil namaku; itu saja sudah memberikan sedikit kebahagiaan untukku
Kanata kembali membuat janji untuk bertemu dengan miwa di Festival yang sama nanti malam, sampai sekarang ajakan itu belum ia balas miwa masih sibuk berkutat dengan 4 benda favoritnya. Gitar,kertas,pulpen, dan garpu tala. Membuat sebuah lagu hanya sebagian kecil kegiatan yang bisa membuatnya merasa sedikit lebih baik dan melupakan sebagian masalahnya, beberapa bait lirik sudah ia beri nada dan ia beri musik.
Drrt drrt drrrt
Getaran ponsel miwa bersentuhan dengan meja membuat mata miwa dengan cepat melirik ponselnya yang tergeletak di meja.
“kami akan membuat sebuah festival, miwa-chan bisa kau jadi tamu istimewaku?”
“tamu istimewa? Apa maksudmu?”
“tenang saja, aku hanya ingin memamerkan sehebat apa kekasihku jika ada di atas panggung”
“cih.. memamerkan katamu? Katakan saja kau ingin mempermalukan aku”
“tidak. Sama sekali bukan, datanglah, kumohon”
Miwa membereskan semua peralatannya, ia memasukan gitarnya kedalam guitar case dan mengantongi selembar kertas yang berisi lagu yang sudah selesai ia tulis, jemarinya mengetik balasan dari e-mail Kanata yang terakhir barusan
“jemput aku”
---
“ini teman-temanku di ekskul band.. kau bisa mulai membuat instrumental lengkapnya dengan mereka, minna-san perkenalkan ini miwa-chan yang sering kuceritakan” Kanata menggandeng miwa mendekati 6 temannya yang sudah siap dengan alat music masing-masing, miwa tersenyum lalu membungkukkan badannya dalam-dalam.
“hajimemashite” sapa miwa
“hajimemashite”
“kutinggal dulu ya? Aku ada urusan dengan wakil ketua panitia” bisik Kanata. Miwa segera memperkenalkan dirinya dan mengeluarkan selembar kertas tadi dan menunjukkannya.
“lagunya bagus.. kau yang membuatnya?” Tanya salah satu diantara mereka
“ya, aku yang membuatnya” jawab miwa
“kau hebat nona!! Jadilah pacarku!!” seru pemuda pemegang bass, yang disambut jitakan dari 5 temannya.
“ngomong-ngomong sudah berapa lama kau kenal Kanata? Kelihatannya kalian sangat dekat?” Tanya Shin ditengah-tengah latihan
“Kanata, tak menceritakan tentang aku?” Tanya miwa balik
“ceritakan apa” sahut Genta
“eh? Aku.. kekasih Kanata, sudah 3 tahun kami menjalin hubungan, dia tidak cerita?”
Kalimat itu jelas membuat 5 orang pemuda itu menampakkan ekspresi bingung,
“setauku Kanata itu menjalin hubungan dengan Yuki-chan anak kelas 11-B kan? Anak junior itu”
Kali ini miwa yang bingung, apa mereka bercanda? Ternyata tidak. Semuanya benar, jika berbohong apa untungnya? Mereka baru berkenalan hari ini dan ini bukan ulang tahun miwa apa untungnya menngerjai miwa hari ini.
“kalau tidak percaya.. lihat saja nanti saat festival, mereka pasti akan menunjukkan kemesraan mereka yang menjijikan itu” lanjut Shin, 5 temannya mengangguk menyetujui. Dan itu terbukti, yang miwa lihat hari ini memang bukan Kanata yang biasanya, Kanata yang liar dan sangat agresif sangat berbeda dengan semua bayangan Kanata yang selalu muncul di benak miwa. Kanata berubah? Itu sudah jelas, jadi, setahun ia menghilang untuk ini semua? Bisa jadi.
5 menit lagi miwa tampil ke atas panggung, satu per satu kembang api mulai dinyalakan, di belakang panggung Kanata menghampiri miwa yang tengah merapikan penampilannya.
Apa yang kau pikirkan sekarang?
Apa kau selalu memikirkanku?
Jangan tinggalkan. Lihat aku. Kita belum terlambat
“miwa-chan…”
Plak!
Plak!
Kanata meraba pipinya
“selamat ya? Kau sudah dapatkan kekasih barumu.. kau sama sekali tidak terlambat dan tak perlu menangisi perpisahan kita” kata miwa dengan nada dingin
“apa maksudmu?”
“sebenarnya kau belum terlambat untuk memperbaiki hubungan kita, demo.. sepertinya kau memilih jalan pintas dengan mencari gadis lain yang lebih menarik perhatianmu.. kita bertemu di tempat ini kan saat musim panas 3 tahun yang lalu, saat itu aku juga jadi pengisi acara disini, sekarang akan kutanyakan padamu.. kau masih ingin bersamaku atau tidak? Tolong jujur”
“aku.. memang sudah memiliki Yuki-chan… tapi, apa kau akan memaafkanku dan memberikanku kesempatan kedua?” Tanya Kanata
“aku jelas akan memberikanmu kesempatan kedua, tapi ada syaratnya.. biarkan aku katakana satu hal padamu.. aku tak menerima cintamu lagi, apa kau masih ingin mencintaiku dan memperbaiki semuanya, tapi, tak mendapat balasan dariku?” Tanya miwa, matanya menatap manik mata Kanata dan merasuk jauh ke dalam hati pemuda itu, Kanata sama sekali tidak siap dengan semua konsekuensi yang miwa berikan, miwa membelai pipi pemuda itu lembut
“bahagiakan Yuki-chan” katanya pelan, bertepatan dengan saat MC memanggil namanya miwa naik ke atas panggung dan disambut sorak sorai penonton yang sudah tidak asing lagi dengannya. Siul-siulan yang sama sekali tak pernah miwa lupakan dari 3 tahun yang lalu, semuanya seperti nostalgia singkat, namun mendadak hening ketika dentingan garpu tala menggema ke seluruh penjuru aula yang menjadi tempat konser kecil miwa, miwa mulai memetik senar gitarnya perlahan, lagu ini memang sudah ia siapkan untuk sebuah perpisahan, dan perpisahan itu terjadi malam ini.
Jikan ga tatte iroasetatte torimodoshitai yo
Ano toki no egao wasurekakete shimatta no
Ima mou ichido zureta CHUUNINGU awaseru you ni
Nee, motto dokidoki sasete yo ai wo kanjitai
Hajimete itta hanabi daikai haguresou na watashi no te nigitte kureta yo ne
Ano toki no anata no nukumori ima demo wasuretenai yo
Anata wa ano kimochi oboete imasu ka itsukara ai ga tarinaku natte shimatta no
Omoidashite mite watashi wo mite mada ma ni au desho?
Jikan ga tatte iroasetatte torimodoshitai yo
Ano toki no egao wasurekakete shimatta no
Ima mou ichido zureta CHUUNINGU awaseru you ni
Futari no omoi hitotsu ni shite kanadeta 441
Aenai hibi ga ai wo sodateru sonna kireigoto wa iranai tada tonari ni ite yo
Yorisottari namae wo yondari chiisa na shiawase de ii ndayo
Anata wa ima nani wo omotte imasu ka itsumo watashi no koto dake kangaete imasu ka
Hanasanai de ite watashi wo mite mada ma ni au desho?
Jikan ga tatte iroasetatte torimodoshitai yo
Aitakute naita yoru wo koete ikitai
Ima mou ichido zureta CHUUNINGU awaseru you ni
Futari no negai hitotsu ni shite kanadeta 441
Jikan ga tatte iroasetatte torimodoshitai yo
Ano toki no egao wasurekakete shimatta no
Ima mou ichido zureta CHUUNINGU awaseru you ni
Futari no omoi hitotsu ni shite kanadeta 441
“sebenarnya aku tak ingin melepasmu Kanata-kun, tapi, aku tau nanti kau yang akan menderita jangan lupakan kenangan kita jika kau bisa melakukannya. Aku 441-mu selalu bersamamu walau kau tak menyadarinya”
The End
Gimana? Baguskah? System kebut sehari ini.. soalnya inspirasi main dateng sama pergi aja si –“ bubuhkan pendapat kalian yak? Haha makasih~
Dewa-dewa.,
Adieu~n
No comments:
Post a Comment