~BAD GIRL~ (02)
by : Yeonra97
sebaiknya jangan terlalu dekat denganku
aku bisa saja menyakitimu
sebaiknya jangan terlalu menyayangiku
aku bisa saja menghancurkanmu
Geun Young’s pov
Pria itu menghampiriku, pria bodoh yang mau saja ditipu oleh ibuku seperti ini, tak terasa bibirku mengembangkan sebuah senyuman membayangkan betapa bodohnya pria ini. Ini sudah pukul 11 malam, sedang apa dia disini? Tangan besarnya menyentuh punggungku hangat, sesaat itu membuat seluruh tubuhku menegang. Seumur hidup baru kali ini aku di perlakukan seperti ini. Aku melirik ke arahnya, kukira dia bocah tengil bernama Cho Kyuhyun itu, ternyata justru Cho Ahjussi yang berdiri tepat di sebelahku.
“Geun Young, sedang apa kau malam-malam seperti ini ada di dapur?” tanyanya dengan suara lembut. Seandainya aku membawa earphoneku mungkin aku tak perlu menahan rasa ingin muntah saat ini. “sebaiknya anda jangan terlalu dekat dengan saya Tuan Cho” ucapku dingin, masih di posisi semula. Tangan itu meraba pundakku lembut dan menepuk-nepuknya pelan. Hangat.
“aku tau percuma saja memintamu melakukan ini.. kau begitu dingin. Hajiman, kau bisa memanggilku Appa dan bisa kau bisa meminta apapun dariku, kau bisa bersandar padaku.” Ucapnya lembut, dia mengambil gelas yang sedang kugenggam dengan erat lalu mencucikannya untukku tepat sebelum dia meninggalkanku seorang diri dalam dinginnya malam. Aku mendesah pelan mengingat untaian kalimat bodohnya tadi. Astaga... Kenapa sesaat tadi aku begitu bodoh dan percaya bahwa dia benar-benar bisa dipercaya? Seharusnya dia tak seperti itu. Semuanya tak boleh seperti itu.
Entah kenapa sejak malam itu pagi datang begitu cepat, dan aku masih saja berkutat dengan selembar kertas kosong yang belum terpikir untuk kecoretkan segaris apapun. Aiish... Kenapa hidupku jadi semerepotkan ini?
“Eonnie... Waktunya sarapan!” Suara jelek itu semakin merusak suasana moodku yang memang belakangan ini semakin kacau. Aku melirik jamku yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi, cih.. Semalam aku hampir tidak tidur sama sekali.
“Eonnie?”
“Aku segera keluar” jawabku cepat sebelum bocah itu membuka pintu kamarku paksa.
Aku duduk di salah satu kursi di meja makan. Pagi ini aku tak melihat bocah sial bernama Kyuhyun itu, syukurlah.. Dia adalah orang yang bisa merusak nafsu makanku pagi ini.
“Geun Young, bangunkan adikmu.. suruh dia bersiap. Sebentar lagi dia harus berangkat ke sekolah” perintah eomma saat baru saja aku akan memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutku, aku melanjutkan kegiatanku. Kemana bocah itu? Bukankah tadi dia memanggilku untuk sarapan
“shireo” jawabku singkat, tanpa perlu meliriknya akupun sudah tau eomma tengah menatapku tajam selagi tuan Cho belum ikut bergabung untuk sarapan “kau pikir dengan mengancamku seperti itu aku akan melakukannya?”
“Neo…” desis eomma seolah mengancamku, keluar juga sifat aslinya. Aku tersenyum sinis lalu meneguk susuku perlahan. Oh ya, masalah kreditur itu... Haruskah eomma tau? Atau akan lebih baik jika dia tau?
“eomma… kreditur itu datang ke Seoul mencari kita” ucapku cepat, karna aku mendengar suara langkah sepatu yang berbenturan dengan lantai marmer. aku takut pemilik kaki itu adalah tuan Cho, dia benar-benar tak boleh tau tentang hal ini.
“MWO? Yak, darimana kau tau hal itu?” Teriak eomma seperti orang tak punya malu, aku memalingkan muka. Pria itu ada disini.
”Selamat pagi” sapa pria itu “ada apa ini? Mana Geun Soo?” Tanyanya,
“Aku akan memanggilnya” ucapku cepat, berusaha lari dari tatapan 'meminta kejelasan' dari eomma, aku tak ingin dia sampai tau kemarin aku bertemu dengan para kreditur bodoh itu. Dan hari ini, entah bagaimana caranya yang jelas aku harus menghubungi appa.
****
Author’s pov
“hyung, kau darimana?” Tanya Kyuhyun begitu melihat Yesung aka Jong Woon mengunci mobilnya di parkiran, pria itu tersenyum tipis sebelum ikut duduk dalam lingkaran meja dimana 2 temannya sudah duduk lebih dulu, lagi-lagi senyuman Yesung lemparkan untuk menjawab pertanyaan dari dua dongsaengnya.
“Yak, aku bertanya tapi kenapa hanya senyuman yang kau jadikan sebagai jawaban?” protes Ryeowook seraya meminum gelas stereofoam berisi kopi panasnya cepat.
“kau kan tau betapa bodohnya hyung kita ini” sahut Kyuhyun disambut jitakan dari Yesung.
“enak saja kau! Yak, magnae.. aku benar-benar penasaran dengan yeoja berdarah dingin itu.. kira-kira siapa namanya?” Tanya Yesung tanpa didului dengan penjelasan, Kyuhyun mengerutkan keningnya seolah bertanya ‘yeoja yang mana?’ sejenak dia tertegun lalu menjentikkan jarinya
“ah! Mungkin yang kau maksud Moon Geun Young- noona.” Jawabnya cepat
“mungkin…” lanjut Kyuhyun sebelum Yesung membuka mulutnya lagi, pria itu kini tersenyum dan menyenggol-nyenggol lengan Yesung, menggodanya.
“aiiisss.. jangan seperti itulah” sela Yesung, mereka bertiga tertawa hebat. Tak lama setelah itu seorang pria berbadan besar yang menggunakan kaus hitam mendatangi mereka dan member sinyal bahwa sebentar lagi syuting dimulai. Yesung melihat sekeliling sebelum bangkit dari duduknya, sekilas ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, jam 12 tepat. Jalanan di Seoul yang biasanya penuh akan kendaraan atau pejalan kaki terlihat sangat lenggang siang ini. Yesung mengukir sebuah janji dalam hatinya untuk menemui seorang yeoja yang menurutnya sangat menarik, yeoja yang orang lain anggap tak memiliki hati sama sekali. Kurasa tak perlu kujelaskan lebih lanjut, karna kalian tau siapa dia.
Selesai melakukan aktifitasnya yang bisa dibilang sangat singkat siang itu, Yesung mengemudikan mobilnya cepat melalui jalanan Seoul yang entah kenapa sangat sepi sore itu. matanya menangkap sosok Yeoja yang tengah duduk menghadap sebuah danau yang hampir membeku di ujung musim gugur hari itu. tak ada yang dilakukannya selain diam dan mematung disana, Yesung mengenali wajahnya. Yesung segera menginjak rem dan turun dari mobilnya, awalnya dia amat ragu untuk mendekat. Tapi, langkahnya semakin lama semakin dekat dengan yeoja itu.
Yesung’s pov
“a!”
Aku berlari kecil untuk memperpendek jarakku dengannya, yeoja itu menatapku dingin. Dengan cepat aku duduk tepat di sebelahnya, secepat itu pula dia menggeser posisi duduknya menjauh dariku. Sudah kuduga..
“kau… yang kemarin kan?” tanyaku mencoba bersikap ramah padanya, siapa tau ini bisa melelehkan hati esnya sedikit, dia menatapku sebentar lalu kembali menatap pemandangan danau yang ada di depan kami.
“nuguseyo?” katanya datar. Aku mengulurkan tanganku, dia menatap tanganku datar
“kau yang kemarin kan? Boleh aku tau siapa namamu? Aku Kim Jong Woon.” Ucapku memperkenalkan diri, dia tersenyum. Tidak, lebih tepat tersenyum sinis. Dia menepis tanganku lalu kembali sibuk dengan kegiatannya tadi
“aigoo… kau benar-benar seperti es” keluhku, mataku dengan cepat meliriknya yang masih mematung dan tak mendengarkan sama sekali. Yeoja ini sangat menggemaskan.
Tiba-tiba saja dia bangkit dan pergi meninggalkan tempat itu, langkahnya sangat cepat. Aku menyusulnya dan berusaha menyamakan langkah. Dia masih menatap ke depan, seperti tak menyadari keberadaanku. Sampai akhirnya kami cukup jauh dari danau tadi. Dia menghentikan langkahnya dan mendesah pelan lalu menatapku tajam.
“sebenarnya kemana tujuanmu? Berhenti berjalan di sampingku. Itu mengganggu” sahutnya dingin, aku memiringkan kepalaku. Menikmati pemandangan yang menurutku sangat indah ini, astaga.. aku benar-benar senang melihat wajahnya sedekat dan sejelas ini.
“apa itu mengganggumu? Sangat mengganggumu? Sayangnya aku memiliki tujuan untuk mengikutimu sampai aku tau namamu” balasku santai seraya menyakukan kedua tanganku ke saku celana dan tersenyum penuh kemenangan, melihat perubahan ekspresinya. Apa perlawananmu sekarang nona?
“begitu pentingkah sebuah nama? Jika tak ada yang penting jangan mengikuti atau memanggilku” ucapnya dan langsung melangkah lagi, haha.. sungguh, ini pertama kalinya aku harus seagresif ini dalam menghadapi wanita. Dia sangat menggemaskan dan menyebalkan dalam waktu yang bersamaan.
“jika kau memberi tau namamu aku berjanji takkan mengganggumu nona” kataku lantang, yang dibalas dengan respon nol. Dia terus melangkah tanpa mempedulikanku. Ish.. kenapa Tuhan menciptakan mahluk seperti dia?
Geun Young’s pov
“jika kau memberi tau namamu aku berjanji takkan mengganggumu nona”
Kenapa kalimat itu terus menggantung di pikiranku? Haruskah aku mereset otakku? Suara itu terus menggangguku malam ini, sebenarnya ada apa dengan hari ini? Kenapa semuanya jadi sangat aneh seperti ini. Dan yang kubisa untuk melawan semuanya hanya mendesah dan mendesah seperti aku benar-benar telah kalah sebelum bertarung. Aku menatap Geun Soo yeoja manja yang tengah bermanja ria dengan ‘Ryeowook-oppa’ nya. Sepertinya tak ada satu tempat di rumah sebesar ini yang berpihak padaku, dan membiarkanku merasakan ketenangan barang 1 detik saja. Dan ternyata aku baru sadar bukan hanya rumah ini yang tak berpihak padaku, tapi otakku juga. Dia terus mengulangi kalimat tadi seperti pemutar music yang diset untuk mengulangi 1 lagu berulang-ulang. Sebenarnya ada apa dengan otakku. Dengan memukulnya pelan-pun tidak dapat membuatnya berhenti menggemakan suara itu ke seluruh jaringan tubuhku.
“hyung..” si Ryeowook itu kembali bersuara, setelah cukup lama diam dan mendengarkan semua cerita karangan Geun Soo dengan perhatian, sebuah suara sayup-sayup dari kejauhan yang semakin mendekat itu juga semakin kukenali. Hingga ketika aku menoleh kea rah ruang TV sosok namja dengan pakaian sederhana tersenyum dan melambaikan tangan pada Ryeowook di sampingnya berdiri si bocah Kyuhyun.
“Geun Young” sebuah tangan besar menepuk pundakku pelan dan berhasil membuat jantungku seperti melompat keluar tubuhku. Aku menoleh cepat, dan Cho ahjussi sudah berdiri di sebelahku. Dia tersenyum dan memberi sinyal untuk mengikutinya. Aku menurut. Itu lebih baik daripada harus bertemu dengan namja yang bernama Kim Jong Woon itu.
“wae?” tanyaku tanpa mempedulikan apa ini bahasa formal atau informal. Cho ahjussi menyunggingkan sebuah senyuman, dan duduk di salah satu kursi yang dilapisi kulit hewan. Sepertinya ini ruang kerjanya karna terdapat banyak rak yang berisikan buku-buku super tebal yang judulnya sulit diingat olehku.
“kau sangat kasar seperti harimau yang baru didatangkan dari hutan ke tempat sirkus” ledeknya diakhiri tawa renyah, aku diam. Tak penting merespon ledekan bodoh itu.
“ada apa mengajakku kemari?” tanyaku langsung ke intinya, Cho ahjussi masih tersenyum hangat. Membuatku risih.
“kira-kira minggu depan aku dan ibumu akan menikah, kau mau menghadirinya kan? Pernikahan sederhana. Disini.” Katanya lembut
“kau mengajakku ke ruang kerjamu hanya untuk mengatakan ini? Heh.. lucu, kukira kau akan mengusirku yang bisa saja membatalkan atau menghancurkan pernikahanmu dengan eomma atau mungkin.. menghancurkan rumahmu dan membakarnya” sahutku pelan dengan suara rendah, Cho ahjussi terkekeh pelan.
“hahahaha.. Geun Young-ah kenapa kau pandai sekali berkata-kata? Sekalipun kau mengatakan hal itu atau sampai melakukan hal semacam itu aku takkan pernah mengusirmu. Karna aku sudah terlanjur menyukaimu…”
“jangan membual” potongku cepat “aku tidak suka kebohongan”
Sejenak aku melihat air mukanya menengang lalu itu kembali mencair saaat sebuah senyuman terpampang di wajahnya lagi.
“aku mencintai ibumu dan juga adikmu Geun Soo, dan.. saat oertama kali melihatmu aku juga sudah menyukaimu, bisakah kau membuka sedikit saja hatimu untukku?”
“sekalipun kau akan menjadi appa-ku, jangan harap aku akan melakukan hal itu. sekalipun nantinya aku akan menyandang nama Cho Geun Young aku bukan bagian dari keluargamu. Aku tetaplah aku. Moon Geun Young” ujarku mengakhiri percakapan dan langsung keluar dari ruangan itu. begitu aku membuka pintu aku disambut oleh tubuh jangkung si Kyuhyun, dan dibelakangnya berdiri Kim Jong Woon. Aku mengabaikan mereka berdua dan melewatinya seperti aku melewati tembok besar, namun tangan besi itu menggenggam tanganku erat dan menarikku hingga aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Cho Kyuhyun, dan wajah penuh amarahnya. Aku mendesis dan memberontak, mencoba melepaskan genggamannya.
“noona, tak bisakah kau sopan pada appa walau sedikit? HAH?” bentaknya, aku tersenyum sinis
“shireo” jawabku singkat, sesaat cengkramannnya merenggang, aku memanfaatkan itu untuk melepaskan genggamannya dan melangkah pergi. Dan masuk ke kamar. Mengacuhkan semua umpatan dari Kyuhyun yang sperti benar-benar tidak terima appanya kuperlakukan seperti itu. toh.. itu kenyataan, semua yang kukatakan itu kenyataan, bukan karanganku.
***
Tok! Tok! Tok!
Seseorang mengetuk pintu kamarku, apa lagi sekarang?
Sebelum membuka pintu itu, aku tertegun sejenak mengira-ngira siapa yang ada dibalik benda yang terbuat dari kayu ini yang langsung menghubungkan aku ke dunia di luar kamarku yang menenangkan ini. Aku diam. Seperti dimakan waktu, akhirnya aku menggerakkan tanganku meraih daun pintu dan membukannya. Tak terdengar decitan pintu terbuka sama sekali. Dan, aku disambut oleh seorang namja yang menatapku dingin. Sedingin es mungkin. Tidak, dia bukan Kyuhyun si bocah tengik itu. dia.. Kim Jong Woon.
Yesung’s pov
Kyu berbincang dengan ayahnya di dalam ruangan itu, aku berulang kali melirik jam tanganku yang sama sekali tak ingin berhenti atau memperlambat caranya menghitung setiap detik yang aku lewatkan di depan pintu ruang kerja Cho ahjussi yang masih saja berbincang dengan Kyu tanpa akhir. Sejenak aku melirik kea rah sebuah pintu yang 5 menit yang lalu itu tertutup dan mengurung seorang yeoja yang ‘tak memiliki hati’ itu menurut Kyu. Bukan aku. Aku yakin yeoja itu bukanlah orang sekejam yang orang lain bayangkan. Benar juga, bagaimana jika aku membuatnya tersenyum malam ini. Aku melangkah pasti mendekati kamar itu dan mengetuk pintunya 3 kali, kuharap suara ketukan itu memantul sampai ke telinganya. Aku terus menunggu dan menunggu. Sesekali aku berlatih untuk membuat ekspresi dingin. Tiba-tiba saja pintu terbuka dan memperlihatkan sosok yeoja berambut panjang, berdiri di ambang pintu. Rambutnya terlihat lembab dan sehelai handuk melilit di lehernya. Dia baru saja mandi?
“ada apa?” tanyanya datar, sedatar ekspresinya
“kenapa kau seperti itu pada Cho ahjussi? Bagaimanapun dia ayah tirimu. Memang bukan ayah kandung. Setidaknya sopanlah padanya” kataku mencoba menasihatinya sedikit, dia tersenyum sinis dan sedikit tertawa kecil dan menatapku dengan sorot mata yang belum pernah kulihat sebelumnya. Sorot mata macam apa ini?
“shireo” jawabnya singkat
“bisa tidak untuk tak mengatakan kata ‘shireo’? itu sangat menganggu” omelku
“shireo”
Dia kembali menjadi sangat menyebalkan dan menggemaskan di saat bersamaan. Anak ini….
“kalau begitu kau harus ikut aku” kataku dan langsung meraih tangannya cepat.
“mwo?” responnya singkat, ketika tanganku menyentuh tangannya. Dia tak memberontak? Ajaib. “aiiisss… apa yang kau lakukan?!” katanya setengah berteriak saat aku mulai menariknya keluar
“I-K-U-T” tegasku, air mukanya menunjukkan sebuah penolakan keras, namun aku mengabaikannya dan tersenyum licik, aku menarik sehelai handuk yang melilit di lehernya dan menggantungkannya di salah satu lemari kecil di sebelah pintu kamarnya lalu aku meraih sebuah mantel yang cukup tebal di sebelah lemari itu tergantung di tembok dan menutup pintu kamarnya. Sekilas aku bisa melihatnya memelototiku. Namun.. selama kau tak memberontak, kau harus mengikuti mauku.
***
Today, i wander in my memory
I’m pasing around on the end of this way
You’re still holding me tightly, even though i can’t see you any more
I’m losing my way again
Kedengarannya bodoh memang, namun kunjungan malam ini aku memilih Seoul Tower. Aku cukup senang karna yeoja itu tak memberontak bahkan melawan sama sekali. Selama perjalananpun dia hanya tidur. Entah sungguhan atau pura-pura. Aku tak peduli dengan hal itu. dia melihat sekeliling tempat yang kurasa dia merasa sangat asing dengan tempat ini. Meskipun dia menyembunyikan itu dengan ekspresi datar dan dinginnya namun aku bisa melihat rasa ingin tau dari sorot matanya.
“kajja, kita langsung ke ruang observasi” ajakku
“yak! Kenapa kau mengajakku ke tempat ini? Membuang waktu” ucapnya ketus
“jujurlah.. kau senang bukan?” godaku, dia mencibirku. Aku tersenyum melihatnya.
“siapa namamu nona? Aku benar-benar penasaran.. jangan sampai aku memanggilmu wonsungi” ancamku dengan nada bercanda. Dia melirikku malas lalu masuk ke dalam lift ketika pintunya terbuka. Bermaksud meninggalkanku heh?
“aiisss.. kau hanya menyebutkan namamu.. atau aku akan terus mengganggumu dan memanggilmu Wonsungi”
“lakukan sesukamu. Aku tak peduli” desisnya.
Aigoo… rasanya otakku berhenti bekerja sekarang.
Baiklah, rencana B.
Aku terus menempelinya dan menanyai namanya terus menerus. Mengganggu setiap kegiatannya di ruang observasi. Sesekali dia berdecak dan meninggalkanku. Aku takkan menyerah nona. Sampai akhirnya dia menghentikan kegiatannya yang tengah melihat-lihat peta kota Seoul.
“aku hanya akan mengatakannya sekali. Jika kau tak dengar maka itu salahmu. Moon Geun Young imnida. Puas?”
I’m praying to the sky i want see you and hold you more
that i want to see you and hold you more
sebuah senyum mengembang di bibirku mewakili rasa puas ketika mendengarnya mengucapkan namanya. Moon GeunYoung. Ternyata memang benar. Moon Geun Young. Haha .. rasanya aku ingin mengulangi nama itu setiap detik dan dimanapun.
It can’t be if it’s not you
i can’t be without you
it’s okay if i’m hurt for a day and a year like this
it’s fine even if my heart’s hurts
yes because i’m just in love with you
***
Author’s pov
Saat itu jam menunjukkan pukul 11 malam, dan Geun Young baru saja tiba di rumahnya. Bersama Yesung tentunya. Di halaman besar rumah itu ibu Geun Young sudah berdiri dan memberi sinyal pada yeoja itu untuk mengikutinya. Yesung tadinya ingin ikut menemani Geun Young, namun dia lebih memilih masuk ke dalam rumah dan menemui Kyu dan Ryeowook yang kelihatannya masih ada disana.
“wae?” Tanya Geun Young tak ingin berbasa-basi. Ibu Moon berbalik dan menampar anaknya hingga anaknya terhuyung nyaris terjatuh ke belakang. Geun Young membulatkan matanya, rasa perih di pipinya seakan menjalar ke seluruh tubuhnya. Itu pertama kali di seumur hidupnya sosok wanita yang ada di hadapannya menampar pipi Geun Young sekeras itu.
“APA YANG KAU PIKIRKAN HAH!!” teriak ibu Geun Young meluapkan emosinya. Geun Young masih diam, seakan belum percaya dengan apa yan terjadi sekarang. Ada apa sebenarnya?
“KAU TAU SIAPA YANG KAU PERLAKUKAN TADI BODOH!! DIA CALON SUAMIKU! KENAPA KAU TAK SOPAN PADANYA SEPERTI ITU? MINTA MAAF PADANYA SEKARANG”
Moon membalas tatapan garang ibunya. “ANDWAE! DIA BUKAN SIAPA-SIAPAKU. LAGIPULA AKU TAK MERASA MELAKUKAN KESALAHAN!” teriak Geun Young tak mau kalah. Ibu Geun Young memasang ancang-ancang untuk memukul anaknya itu sambil menggerutu “dasar anak bodoh”
“PUKUL! PUKUL AKU! JIKA ITU BISA MEMBUAT EOMMA PUAS!” tantang Geun Young membalas tatapan tajam ibunya. Menunjukkan ia tak takut sama sekali, ibunya membatalkan niatnya untuk memukul anaknya barusan dia melangkah pergi meninggalkan Geun Young di luar rumah tanpa berkata-kata lagi. Geun Young melirik punggung ibunya yang semakin lama semakin menjauh, setetes air mata jatuh di pipinya. Geun Young segera menghapusnya dan ikut melangkah masuk ke rumah dan bersikap seperti tak ada apapun yang terjadi tadi. Dia mengabaikan setiap perkataan dan sapaan dari semua orang yang ada di rumah besar itu, dia berhenti melangkahkan kakinya ketika berpapasan dengan Yesung di lorong kecil menuju dapur.
“gwenchanayo?” Tanya Yesung
Geun Young tak menjawab pertanyaan itu dia melawati bahu Yesung menuju dapur, tempat ibunya berada. Dia tak berniat untuk bicara dengan ibunya. Geun Young menghentikan langkahnya ketika sampai di dapur dia melihat ibunya tengah bermesraan dengan Cho ahjussi. Geun Young mendesis pelan lalu berbalik dan menuju kamarnya.
***
Hari ini merupakan hari yang sangat penti dan sangat sakral. Ini hari pernikahan ibu Geun Young dan Cho ahjussi. Sebentar lagi mereka akan bersatu sepenuhnya. Tak ada yang tau sebenarnya dan kenyataan bahwa ibu Geun Young tak begitu mencintai Cho ahjussi selain Geun Young. Dia menatap dua mempelai itu dingin lalu meremas tali tas selempangnya dan berbalik. Dia mendapati adiknya Geun Soo tengah melipat kedua tangannya di depan dada dan menatapnya tajam.
“ini pernikahan eomma. Mau kemana kau?” Tanya adiknya sinis
“bukan urusanmu” jawab Geun Young singkat lalu melewati adiknya dengan cepat keluar dari rumah itu menuju satu tempat.
Geun Young’s pov
Ponselku tiba-tiba bergetar siang ini. Aku menatap layar lcd yang warnanya mulai tidak jelas karna rusak. Geun Soo membantingnya malam kemarin. Aku tak peduli. Nomor siapa ini? Aku mengangkat telepon itu untuk mengobati rasa penasaranku sedikit.
“Geun Young-ah” suara ini…. Apa?
“a..app..appa?” ucapku terbata, seluruh tubuhku bergetar hebat begitu mendengar suara ini “appa!! Appa!! Eodiye?” tanyaku histeris
“appa ada di Seoul. Disini. Kau bisa mengunjungi appa tanpa mengeluarkan biaya banyak sekarang”
Appa? Di Seoul?
“eodiga?”
“appa akan kirimkan alamatnya nanti” telepon terputus
Dan kesanalah tujuanku sekarang. Menemui appa kandungku. Dan aku memilih hari ini untuk mengunjunginya agar eomma tak bisa melacak kepergianku selain melalui informasi dari Geun Soo, jamkanman.. eomma tak pernah percaya pada anak itu semenjak dia berubah.
Aku menatap miris bangunan yang ada di depanku sekarang. Ini tempat appa tinggal? Aku kembali mengecek alamat yang appa kirimkan beberapa hari yang lalu, dan benar, ini tempatnya. Dengan perasaan ragu aku melangkah memasuki gedung apartemen yang using dan tampak seperti habis terbakar ini. Kamar 360. Itu kamar appa, dan benar.. aku disambut sosok hangat yang selalu tersenyum padaku itu ketika aku tiba di depan kamarnya. Appa.. dia terlihat lebih kurus dan pucat.
“kau sakit?” tanyaku, mataku sibuk memperhatikan setiap lekukan ruangan kecil yang appa jadikan kamar,ruang makan,dan ruang tamu ini. Kesan pertamaku adalah.. sangat berantakkan, kasur lipat lusuh masih di tempatnya dengan bentuk tak beraturan, dan bungkus mi instan bertebaran dimana-mana, dan sebuah koper besar terletak di ujung ruangan dekat kamar mandi dengan isi baju yang berserakan juga.
“mianhae.. memang begini keadaannya sayang” celetuk appa, saat aku masuk ke kamar mandi dan mengecek apakah air masih menyala atau sudah diputus.
“gwenchana.. aku bisa membayangkan ini semua sepanjang perjalanan tadi” aku berbohong.
Tiba-tiba pintu berdentum keras.. sayup-sayup aku bisa mendengar orang berteriak-teriak di luar sana.
“appa.. nugunde?”
Appa tak menjawab ia kalang kabut mencari jalan keluar, sementara aku melangkah keluar untuk mencari tau siapa yang mengganggu reuni ini.
“JANGAN DIBUKA!!” teriak appa memperingatkan
“MOON JIK SUNG!!! BUKA PINTU!!” suara ini….
“appa!! Eottohke?”
“kita kabur”
“MOON JIK SUNG!! JIKA PINTU TAK DIBUKA JUGA KAMI AKAN MENDOBRAKNYA” teriak orang itu tak sabaran. Eottohke? Mereka tau dimana appa tinggal?
“appa!! Kita lewat sini” teriakku seraya membuka jendela yang dibawahnya terdapat tangga besi – yang sebenarnya sudah sangat rapuh –
“ppali!!!”
BRAAAKKK!!
Aku menatap dari jendela, pintu menjeblak lebar dan 7 orang kreditur itu menghambur masuk ke dalam, aku berlari menuruni tangga dan menyusul appa yang sudah berada dibawah. Aku melihat sekeliling, hampir setiap jalan keluar ditutupi pagar besi, aku mendengar salah satu dari mereka berteriak
“MEREKA DISANA!!”
Aku panik begitu juga dengan appa. Mataku berputar cepat mencari celah kecil untuk kabur. Dan mataku menangkap jalan kecil di depan sana aku menarik appa dan berlari bersamanya melewati jalan itu. saat tiba di ujung jalan itu tiba-tiba appa mendorongku masuk ke dalam jalan itu lagi dan berlari kabur, cepat sekali. Aku menoleh kebelakang. Aku mendapati orang licik yang menjadi musuh utamaku ketika dia menghina keluargaku. Kim Hyun Shik. Orang yang seenaknya membuat bunga dengan hutang appa. Aku berlari kencang ketika tangan Kim Hyun Shik bermaksud meraihku. Sekarang mereka mengejarku, aku semakin memacu langkahku membuat jarak yang cukup jauh dengan 7 orang namja yang sepertinya begitu mengincarku. Mataku menangkap sebuah belokan di ujung jalan sana, dengan cepat aku menikuk belok masuk ke jalan itu dan… jalan buntu. Seketika kakiku melemas, tas yang membebani pundak kiriku jatuh ke tanah. Tawa puas sempat terdengar ke telingaku, eottohke? Kemana lagi aku harus lari?
Tiba-tiba ponselku berdering dalam saku mantelku tanda telepon masuk. Astaga.. kenapa semuanya jadi rumit.
Aku menoleh perlahan, wajah Kim Hyun Shik si bajingan itu terpantul jelas di mataku sekarang. Aku melirik 5 botol minuman keras kosong yang ada ditanah, aku memungut satu dan… Praang!! Kaca botol yang pecah menciutkan nyali orang-orang berbadan besar itu, aku tersenyum puas.
“jika kalian mendekat satu senti saja dari tempat kalian berdiri.. AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA!!!”
Bisa kulihat mereka terhenyak, aku tersenyum licik dan melangkah mendekati mereka dengan botol kaca yang kugenggam di tangan kiriku. Aku takkan bercanda jika di saat seperti ini.
Langkahku semakin mendekat ke arah mereka, Kim Hyun Shik menatapku dengan tatapan garang. Aku tak melihat ketakutan di matanya sama sekali. Kenapa dia begitu tenang?
Dengan hitungan detik Kim Hyun Shik merebut botol kaca itu dari tanganku dan mengacungkannya di depan wajahku sambil tersenyum licik. Keringat dingin mengalir deras sekarang.
“kau kalah.. melawan sekali lagi kau kubunuh” ancamnya, aku menatapnya dingin
“lakukan. Sudah lama aku ingin pergi meninggalkan dunia ini.”
“mwo?”
Aku tersenyum tipis, mataku menangkap sosok namja dengan nafas terengah-engah di ujung jalan sana. Geu saram…
TBC
Huaaa… mian lama (_ _”) *bow
Dewa ide belakangan ini ga berpihak padaku, mianhae.. jeongmal mianhae~ aku rasa alurnya lumayan ga rapi hari ini, kalo ada kesalahan atau ga rame atau feelnya ga dapet mianhae~ bubuhkan saja kritik dan saran kalian sesuai dengan peraturan RCL kkk~
Oh ya, kalo ada yang ga tau Wonsungi itu artinya monyet kkk~ yeppa keterlaluan yak?? Masa anak orang dipanggil monyet haha
RCL BUT PLEASE NO BASHING!!
Sampai ketemu di part selanjutnya~!
Dewa-dewa.,
Adieu~n
No comments:
Post a Comment