Saturday, October 29, 2011

BAD GIRL (3)

BAD GIRL  (3)
Author : Yeon97

“ini pernikahan eomma, mau kemana kau?” Tanya Geun Soo dingin, gadis yang berdiri di depannya tersenyum sinis dan membenahi letak tali tasnya
“bukan urusanmu”

Geun Soo menghela nafasnya dan menghampiri sebuah meja dimana beberapa gelas minuman dingin mulai dihidangkan, disana ada Kyuhyun yang sibuk menuang arak beras ke dalam gelasnya. Geun Soo bersandar di meja itu dan mengambil gelas yang sudah terisi penuh arak beras dan meminumnya cepat. Kyuhyun berdecak pelan dan merebut gelas itu dari tangan Geun Soo

“aisss… oppa” gerutunya
“ini gelasku” sahut Kyu “mana yeoja yang selalu kau pangiil eonnie itu?”
“kau mencarinya?”
“ani… hanya bertanya”
“dia pergi, entah kemana.. toh aku juga tidak peduli”
“aigooo…. Baru pertama kali aku melihat ada sepasang adik kakak yang saling tak mempedulikan satu sama lain seperti ini”
“berbahagialah jika ini pertama kalinya kau tau ada adik kakak seperti kami”
“yak! Itu bukan hal yang bisa kau banggakan bodoh” Kyu menjitak kepala Geun Soo. Ingatannya seperti berputar dengan sendirinya mengingat tentang satu kejadian tadi malam. Dimana dia menemukan selembar kertas di atas meja rias di kamar Geun Young

“aku pergi sebentar”
“oppa!!”

Kyuhyun’s pov

Entah kenapa fikiranku melayang dan langsung teringat ke alamat itu. ya, alamat yang akhirnya kutemukan di dalam tong sampah tadi. Tanpa sempat membiarkan otakku berputar lebih keras mencoba untuk memikirkan kemungkinan yeoja itu kesana. Ke tempat itu, perasaan yang memnuhi dadaku seperti tidak merelakannya untuk pergi dari rumah. Sama sekali tidak boleh. Andwae!

Aku berlari, memacu langkahku lebih cepat dan lebih cepat lagi. Rasa apa ini? Rasa ingin melindungi? Wae? Dia bukan siapa-siapaku, dia bahkan sudah melecehkan aboji. Wae?
semakin sering aku bertanya pada diriku sendiri semakin deras perasaan yang mengalir memenuhi tubuhku, aku semakin mempercepat langkahku, mengikuti jalan yang ditunjukan oleh luapan emosi yang terus berkecamuk dalam diriku seperti badai yang belum ingin berhenti. sayup-sayup terdengar suara pecahan kaca, aku memperlambat langkahku dan akhirnya berhenti di sebuah mulut gang yang lumayan besar dan dipagari oleh pagar kawat yang tinggi di gang tersebut.

Ada seorang wanita disana. dia dikerumuni sekitar 6 orang namja bertubuh kekar dan menyeramkan. aku masih terdiam di tempatku berdiri, saat yeoja tu melangkah mendekat ke salah satu diantara mereka dia menyeringai dan tangan kirinya mengacungkan botol wine yang sudah pecah bagian bawahnya. Noona...
Aku melihat jelas bagaimana orang yang – sepertinya sedang ia ancam – merebut paksa botol itu dan mengancungkannya tepat di wajah Geun Young-noona, aku masih sibuk memikirkan rencana apa yang sebaiknya kujalankan. Menyelamatkannya seorang dirikah? Atau memanggil bantuan? Salah satu diantara 5 orang yang berdiri di belakang namja yang masih sibuk mengancam Geun Young-noona tak sengaja melihatku. Astaga… sekarang aku harus bagaimana?
“kau kalah.. melawan sekali lagi kau kubunuh” ancam namja itu tajam dan tegas
“lakukan. Sudah lama aku ingin pergi meninggalkan dunia ini.”
“mwo?” responku begitu jawaban Geun Young-noona sampai ke telingaku.
Orang yang tadi melihatku memberi sebuah sinyal pada namja tadi, tiba-tiba dia melemparkan botol wine tadi ke sebelah kirinya dan berjalan pergi, aku menangkap matanya yang sekilas melirikku tajam. Jujur, saat itu tubuhku bergidik ngeri saat matanya bertemu dengan mataku. Dia bukan orang biasa.

            Dengan perasaan ragu aku menghampiri Geun Young-noona yang sejak tadi hanya menekukkan kepalanya, refleks tanganku meraba pundaknya. Yeoja itu menegang sejenak lalu kurasakan tubuhnya bergetar hebat. Tetesan air mata terus meluncur dari kedua kelopak matanya.

“noona, gwenchanayo?” tanyaku lembut, tangannya menepis tanganku yang berusaha menyeka air matanya. Matanya menatapku tajam, seriangaian nakal tersungging di bibirnya
“kenapa kau bisa ada disini?”
Aku terdiam menatap wajahnya, entah ekspresi macam apa ini. Ada emosi dan air mata yang sepertinya mendesak untuk keluar, naluriku memaksa seluruh sistem syarafku untuk bergerak dan memeluknya namun aku yakin dia takkan mau.
 “LUPAKAN!!” Geun Young-noona membalikkan tubuhnya, aku mengambil satu langkah di depannya mencegahnya pergi lagi. Berat rasanya melihat punggungnya menjauh bahkan hanya satu senti, sesaat aku bisa mendengar hatiku berbisik ‘jangan pergi’
“hajima” kataku singkat, Geun Young-noona melewatiku seperti ia melewati sebuah tembok tinggi. Dia memungut tasnya lalu berhenti tepat di sebelahku, dia menarik bahuku sehingga kami saling berhadapan
“apa yang membawamu kemari? Kenapa kau tak bersenang-senang bersama eomma di rumah saja? Kau mengganggu urusanku” ucapnya dingin
“aku kesini untuk membawamu pulang” jawabku singkat
“pulang? Kemana? Aku bahkan tak punya tempat tujuan untuk pulang? Kau mau membawaku pulang ke…..”
“pulang ke rumahku” potongku, Geun Young-noona tertawa mengejek lalu pergi. Entah dorongan darimana tapi kakiku dengan cepat melangkah mengikutinya, tidak peduli kemana dia pergi aku harus ada bersamanya. Itu kalimat yang memenuhi otakku sekarang. Entahlah… menurutku hari ini adalah hari teraneh yang pernah kualami.

A day feels like a year.
My heart continues to sink because it only looks for your trace for days.
When I forcefully swallow a bite of food,
it feels like a grain of sand.
The day without you has stopped.
Just like this now.

Tak peduli seberapa jauh dia melangkah meninggalkan aku, rasanya aku ingin selalu dekat dengannya, hasrat yang bodoh memang. Berkali-kali dia mengusir dan mengatai bahwa aku orang aneh, tak tau malu, atau apalah. Yang bisa kulakukan hanya tersenyum. Aku adikmu kan? Bukan, maksudku aku calon adikmu kan? Adik yang akan selalu kau marahi dan kau pelototi dengan mata besarmu yang menyeramkan itu? kau akan seperti itu kan? Perlahan-lahan tanpa menolaknya sama sekali aku mengakui aku menyukaimu. Sama seperti appa menyukaimu.

“Kyuhyunnie, cepat atau lambat dia akan menjadi noonamu”
“wae appa? Aku tak pernah menyukainya sama sekali, jujur dia itu manusia yang tak memiliki hati” appa tersenyum mendengar ucapanku dia duduk di sebelahku dan menepuk-nepuk pundak kiriku hangat. Sosok seperti inilah yang mungkin akan selalu aku rindukan,
“kau akan menyukainya, anggaplah semua perkataanya itu hanya candaan dari kakak pada adiknya”

“pulanglah” kata itu membangunkanku dari lamunan singkat tadi, kepalaku menoleh ke arah sumber suara itu, Geun Young-noona menatapku dengan tatapan dingin menandakan ia tak suka aku terus menempelinya sejak 3 jam yang lalu.
“shireo” jawabku singkat, meniru gaya bicaranya yang tanpa dicernanya menggunakan hati terlebih dahulu.
“heh.. neo baboya?” ejeknya
“aniyo.. noona baboya” balasku. Dia terkekeh pelan, eh.. tadi itu bukannya dia tertawa mengejekku kan? Bukan tawa yang artinya jelek kan? Dia tertawa karna ada yang lucu kan?
“noona, barusan kau tertawa”
“seperti yang kau lihat” katanya singkat
Senyuman mengembang di wajahku, aku melihat sekeliling. Sangat ramai. Aiiiisssss, sekarang aku merasa sedikit ngeri mengingat aku keluar dari rumah tanpa menggunakan penyamaran sama sekali, sekarang bagaimana? Aku melirik yeoja berdarah dingin yang masih berdiri di sebelahku, pandangannya lurus ke depan sesekali melihat ke sekelilingnya kecuali menatapku, lalu kembali diam. Sampai kapan kau mau berdiam seperti ini Cho Kyuhyun.

“noona” panggilku, dia tak merespon panggilanku sama sekali. “kau mau pergi kemana? Biar kutemani” tawarku
“itu bukan urusanmu”
Dia bersiap melangkah pergi, tanganku dengan cepat mencegahnya, matanya menatapku dingin telingaku bisa mendengarnya berbisik “lepas”
“jika Oh ahjumma bertanya padaku kemana kau pergi, aku harus jawab apa?” nada bicaraku menegas, tapi dia sama sekali tak menunjukkan respon sedikitpun selain melepaskan genggamanku paksa lalu berkata
“kau tidak mengenalnya sama sekali, mengancamku dengan cara seperti itu sama saja seperti kau mengumbar sebuah lelucon. Dia bukan orang seperti itu” katanya seraya kembali melangkah meninggalkan aku. Aiiisss.. aku berlari kecil mengejarnya, sekilas aku bisa melihatnya mendesah pelan, tidak peduli kau mengamuk bahkan ingin membunuhku hari ini aku harus berhasil membawamu pulang.

Dia benar-benar mendiamkan aku, aku memang sudah menduga akan seperti ini. Tapi aku benar-benar tak menyangka dia akan benar-benar mendiamkan aku bahkan menciptakan sebuah jarak diantara kami berdua. Geun Young-noona sampai kapan kau mau seperti ini? Geun Young-noona berjalan di depanku seperti dia benar-benar tau akan kemana dia pergi, semantara disini aku yang terlihat seperti anak kecil yang tersesat di tengah kota. Kau bodoh Kyuhyun-ah. Kenapa tak menyeret yeoja itu langsung pulang, kau benar-benar menggadaikan harga dirimu sekarang.
“sampai kapan kau akan terus mengikutiku ya, baboya?” Tanya Geun Young-noona, sungguh aku tak sadar dia berhenti melangkah dan berbalik menghadapku sekarang.
“sampai kau mau pulang denganku” jawabku mantap, atau jawaban yang sangat polos
“heh, aku takkan pernah mau pulang ke rumah itu. Sekalipun kau menyeretku”
“wae?” selaku cepat “kau takut bertemu nae aboji?” air wajahnya berubah seketika. Dia sedikit menundukan wajahnya seulas senyuman yang tak kuketahui namanya mengembang di bibirnya dengan manis.
“aku membenci orang itu. Setiap kali melihat wajahnya…. aku merasa ingin menghancurkannya dengan tanganku sendiri.” Ucapnya diakhiri senyuman sinis yang… jujur, itu membuatku bergidik ngeri melihatnya.

Geun Young’s pov

“aku membenci orang itu. Setiap kali melihat wajahnya…. aku merasa ingin menghancurkannya dengan tanganku sendiri.” Ucapku sinis. Bisikan setan itu kembali terngiang di kepalaku, kalimat yang tadi appa katakana padaku, tentang siapa sebenarnya para penagih hutang yang selalu mengejar-ngejarnya itu. Dia berhutang modal pada sebuah perusahaan dan perusahaan itu meminta modal balik dari appa dengan bunga yang sangat besar. Perusahaan itu milik keluarga Cho, aku tau di Seoul banyak orang yang memiliki marga Cho. Hajiman, masih segar diingatanku appa mengatakan dia pernah bertemu anak dari keluarga Cho itu. Dia bilang anak dari keluarga Cho itu seorang penyanyi. Yah, aku tak yakin anak itu adalah namja yang berdiri di depanku. Aku bahkan tak yakin appa berkata jujur atau hanya bualan. Tapi kurasa itu cukup untuk menggertak anak ini.

“apa maksudmu? Apa salah ayahku?” tanyanya tak terima, aku berbalik dengan segera menghindari semua pertanyaanya. Namun tangannya kembali mencegahku untuk melangkah pergi dia berbisik di atas telingaku dengan nada bicara yang belum pernah kudengar sebelumnya.
“jawab pertanyaanku”
Aku memberontak dan berusaha melepaskan genggamannya, namun semakin keras aku berusaha semakin kuat pula tangan besi itu mengekangku. Dengan cepat Kyuhyun membalikkan tubuhku dan menarik daguku untuk menengadah menatap matanya.
“kau bohong kan? Noona? Atau…….nona Moon?” sahutnya dingin, sedingin tatapannya. Sebenarnya seluruh tubuhku bergetar ketakutan menghadapi namja yang seperti ini, dan tatapan ini memang sudah sering aku temui, namun baru kali ini ada yang membuat seluruh nyaliku menciut, bahkan aku takut membalas tatapannya.
“jika aku tidak berbohong apa yang akan kau lakukan? Dan jika aku berbohong apa kau akan meninggalkanku disini sendirian?”
“aku tidak peduli kau berbohong atau tidak. Kau harus pulang denganku… jebal, aku tau kau belum yakin dengan kalimatmu barusan.. jebal noona, jangan seperti ini. Kau menyedihkan”
Inikah saatnya aku tertawa? Dia sedang melucu kan? Ini saatnya aku tertawa benar kan? Hahahahahaha… ada yang mengatakan aku menyedihkan? Bahkan aku tak tau kenapa aku terlihat menyedihkan? Apa aku arang tersenyum? Atau, atau aku tak pernah berbicara dengan nada yang terdengar seperti bocah polos? Atau mungkin aku jarang melucu karna itu aku terlihat menyedihkan. Lucu. Cho Kyuhyun kau lucu sekali.

“utjimarayo~ ini tidak lucu sama sekali” ucap Kyuhyun menghentikan tawaku, beberapa detik kami terdiam dan dibekukan oleh waktu namun.. namja itu… tiba-tiba memelukku hangat, dia membelai rambut panjangku lembut. Sementara aku terus meronta  memaksanya menghentikan adegan yang sangat memalukan ini di depan umum. Dia tak bergeming dan memelukku semakin erat, dan sesaat aku bisa mendengarnya berbisik
“na neo johahae… kajimarayo noona”

Itu pertama kalinya ada yang membisikan kalimat ajaib yang selalu sukses membuat hatiku bergetar lembut, menghasilkan sebuah kehangatan yang benar-benar membuatku merasa aman dan nyaman. Kenapa harus dia yang mengatakan kalimat ajaib itu ketelingaku? Tak bisakah Tuhan mengirimkan mahluknya yang lain untuk membuatku merasakan kenyamanan ini? Dan ya… air mataku meleleh perlahan. Selama 3 tahun aku menunggu ada yang mengatakan kalimat itu ke telingaku lagi, sekarang aku tidak peduli siapa dia? Siapa Cho Kyuhyun.. yang jelas dia sudah berhasil membuatku merasa senyaman ini dengan cara yang benar-benar tidak sopan.

----

            Suasana berubah menjadi begitu kaku sejak adegan memalukan tadi, akupun merasa malu setiap kali otakku memutar balikkan kejadian tadi seperti saatnya aku mereplay ulang sebuah video berulang kali. Wajahku memang tidak memerah malu, namun anak itu iya. Wajahnya sejak tadi merah padam dan bahkan tak sudi untuk menatap wajahku. Heh, aku membayangkan bagaimana bisa orang seperti dia semalu ini setelah refleks membuat hati para gadis merasa hangat dalam pelukannya. Sungguh tak romantis.
            Aku kembali menyeruput teh panas yang kebetulan kubeli tadi, selagi memandanginya aku terus meminum minumanku, bocah itu sepertinya mati dalam rasa malunya. Sejak tadi yang dia lakukan tidak lain hanya menatap ke arah lain.

            “pulanglah” kataku memecah keheningan. Bocah itu menoleh dengan cepat ke arahku. “kau hanya menghabiskan waktu berhargamu disini. Pulanglah” perintahku
            “noona sendiri? Kau takkan pulang?” tanyanya. Suasana canggung tadi menghilang begitu saja
            “menurutmu?” tanyaku balik.
            “jika kau tak mau pulang… aku akan menyeretmu pulang”

            Aku menatapnya dengan tatapan kosong, sebenarnya aku mencari sebuah keseriusan di balik kalimatnya tadi. Dia benar-benar akan menyeretku pulang? Atau hanya menggertakku? Entahlah… yang jelas aku tak suka keduanya. Suasana kembali hening, angin yang berhembus perlahan melewati halte bus dimana aku duduk perlahan membelai rambutku lembut menerbangkannya sesekali. Dan disaat itulah aku merasa ada yang menatapku, sepertinya tanpa perlu membalas tatapan itu aku sudah tau siapa dia. Aku berfikir sejenak, memikirkan akan kemana aku selanjutnya. Ah bukan…. Bukan itu. Aku memikirkan bagaimana caranya agar anak ini mau pulang ke rumahnya dan tak perlu mengikuti kemana aku pergi, dan tepat di detik selanjutnya ponselku bordering menandakan telepon masuk.
Eomma meneleponku. Jankanman… bukan, setelah kuperhatikan ini bukan nomor eomma. Nugunde?

            “Yeoboseyo?”
 Suara berat itu menyambutku di sebrang sana. Siapa dia? Rasanya aku pernah mendengar suara ini di satu tempat
            “eodie?” tanyanya tanpa menyebutkan namanya lebih dulu, sementara aku masih diam menunggunya menyebutkan nama.
            “Geun Young-ah, eodie?” jempolku spontan menekan tombol merah dan memutuskan telepon. Detak jantungku tiba-tiba berdetak tak keruan, dia hanya memanggil namaku, kenapa rasanya seperti ada yang aneh ketika dia menyebutkan namaku. Suaranya…
            “noona, kajja. Kita pulang” ajak seseorang disebelahku, aku menoleh ke arahnya, raut wajahnya yang datar selalu berhasil membuatku tersenyum walau hanya senyuman kecil entah kenapa. Namun semua itu aku tahan. Itu sama sekali tidak lucu dan tak pantas kulakukan, Cho Kyuhyun bangkit dari tempatnya duduk dan berdiri tepat di depanku tangannya terulur ke depan wajahku. Dan sesekali ia berbisik mengajakku ikut pulang dengannya. Kepalaku menengadah menatap dingin ke arahnya
            “kajja.. jangan sampai eomma mu marah ketika aku pulan dan kau tak bersamaku” ajaknya lagi
            “aku bukan anak kecil, jangan memohon padaku. Karna ketika kau berlutut di depanku aku takkan pernah mengikuti maumu”
            “jadi apa maumu?” tanyanya cepat
            “tinggalkan aku disini”
            “kau akan pulang kan? Walau bukan hari ini? Kau akan kembali ke rumah kan?”
            “aku tak berjanji”
Seulas senyuman terukir di bibirnya ketika itu otakku mulai bertanya-tanya apa dia akan benar-benar pergi sekarang? Dan jawabannya iya. Ketika bis datang bocah itu naik dan tak menoleh ke arahku sama sekali, bersama berlalunya angkutan umum itu aku merasakan angin yang berhembus lembut mengenai wajahku. Dia benar-benar pergi, sekarang aku akan melakukan apa lagi?

            Author’s POV

            Yesung mengacak rambutnya frustasi lalu membantingkan tubuhnya ke atas sofa, Cho ahjussi terdiam lalu mengangkat cangkir kopinya dan menyeruput isinya perlahan. Ibu Geun Young terlihat sangat gelisah disebelah pria itu, Geun Soo duduk di sebelah Kyuhyun dan tak henti menatap pria yang terus menekukan wajahnya sejak tadi.

            “jadi kau tak membawanya pulang? Lalu untuk apa kau mengejarnya?” Tanya ibu Geun Young tajam. Cho Ahjussi yang sekarang sudah menjabat sebagai suami barunya membelai punggung istrinya lembut sambil tersenyum
            “dia bilang dia akan pulang sendiri.” Jawab Kyuhyun lemas
            “oppa, eonnie bukan orang yang akan memegang kata-katanya. Kau harus tau itu.” Sahut Geun Soo
            “dia tidak tau Seoul kau lupa itu?” sambung Yesung.
            “aku bahkan tidak yakin dia bisa pulang kerumah ini” Ryeowook menambahi, Kyuhyun meremas kedua telapak tangannya dan terus menyalahkan dirinya sendiri dalam hati, memang seharusnya dia menyeret yeoja itu pulang ke rumah tadi.

Tepat jam 12 tengah malam saat semua penghuni rumah sudah terlelap dalam tidurnya, rumah pintu keluarga Cho terbuka perlahan menunjukkan sosok yeoja yang memakai kaus putih berbalutkan mantel panjang berwarna hijau lumut dengan celana jeans dan sepatu ketas. Rambutnya yang panjang terurai kebelakang namun ada juga yang menutupi sebagian wajahnya. suasana gelap gulita menyambutnya ketika pintu rumah terbuka.  Sepertinya semuanya sudah terlelap  gumamnya dalam hati. Ketika berniat menutup pintu masuk rumah itu sebuah tangan tiba-tiba menarik Geun Young untuk masuk lebih dalam dan membawanya ke halaman belakang. Gadis itu sama sekali tidak penasaran siapa yang menariknya, karna ketika mencapai halaman belakang lampu taman menunjukkan sosok yeoja berponi yang memakai piyama biru menatapnya dengan tatapan penuh emosi

“kau puas bisa bertemu appa?” bisiknya tajam, Geun Young tetap memasang wajah daar dan tak tertarik dengan percakapan ini “kau senang?”
“seharusnya aku yang bertanya, kau senang memiliki appa seorang konglomerat? Kau bahagia bisa dekat dengan namja yang menjadi idola para remaja diluar sana. Kau puas dengan semua ini Cho Geun Soo?” ucap Geun Young dengan nada dingin
“Cho Geun Soo? Hahahahahahaha kau pun sudah menyandang marga Cho sekarang. Kau bukan Moon Geun Young lagi kau juga Cho Geun Young, arra?” balas Geun Soo
“aku bahkan tak sudi menyebutkan nama Cho itu, bagaimana bisa kau dengan lancangnya mengganti namaku dengan nama itu hah?” Geun Young menaikkan nada bicaranya bersamaan dengan Geun Soo mulai menghela nafasnya kasar
“sudi tak sudi kau akan mendapatkan nama itu. Sebenarnya ada apa denganmu? Tidakkah kau bahagia jika semua apa yang kau inginkan bisa terkabul dengan jentikan jari? Tidakkah kau senang akhirnya kita bisa bebas dari para penagih hutang laknat itu?”
“sebenarnya apa yang ada dalam kepalamu itu? APA KAU PUNYA OTAK? KEBERADAAN KITA DISINI HANYA MENYUSAHKAN MEREKA!!! KAU SUNGGUH TAK TAU MALU?!” teriak Geun Young dan kalimat itu mengakhiri percakapan mereka, Geun Young melangkah memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya dia bahkan tak memperdulikan Yesung yang terbangun dari tidurnya dan berniat menanyakan ada apa dengan dua saudara itu.
“ada apa? Kenapa kau memarahi adikmu seperti itu?” Tanya Yesung. Tanpa menatap wajah Yesung sama sekali Geun Young menjawab, “bukan urusanmu”


Geun Young membantingkan tasnya ke atas kasur dan duduk di meja kerja/belajarnya dia menarik sebuah iPod dan menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Dia menutup kedua matanya dan membiarkan dirinya terlarut kedalam lagu yang tengah ia dengarkan. Perlahan gadis itu membaringkan kepalanya ke atas meja dan membantali(?) kepalanya dengan lengannya masih dengan mata yang tertutup Geun Young perlahan tertidur dan masuk ke dalam alam mimpinya. Di ambang pintu kamar Geun Young, sosok pria berdiri dan menatap gadis yang perlahan-lahan mulai tertidur itu dari kejauhan. Matanya menunjukkan dia tak bisa melindungi gadis itu, gadis yang baru dikenalnya itu. Yang untuk mengetahui namanya saja dia harus berusaha keras. Dia Kim Jong Woon, pria yang diam-diam mulai menyimpan perasaanya untuk Geun Young, gadis berhati dingin itu.

TBC

AKHIRNYA~~~~~ part 3 selesai juga kekekekek disini ada MoonKyu couple bahkan mendominasi di part ini aku sengaja haha eksperimen dan ternyata hasilnya bagus juga hehe oke segitu dulu ya? Aku mau kembali main PS sama Kyuhyunie dan para suamiku,
Pai-Pai~~~

Dewa-dewa.,
Adieu~n

P.S : jangan lupa buat RCL YA aku ga minta apa-apa selain RCL ko kkkkk
Pyong~! ^^


No comments:

Post a Comment