UNROMANTIC LOVE STORY
-elsie97
Kau seperti angin yang berhembus membelai rambutku lembut, dinginnya angin itu seperti kepribadianmu yang misterius yang membuatku heran adalah.. kenapa kau yang seperti ini menutupi semuanya dengan seulas senyuman manis dan tingkah yang selalu membuatku tersenyum. Apa kau dan aku tak ditakdirkan bersinggungan di koridor yang sama? Atau kita memang tak ditakdirkan berjalan bersama di koridor yang sama?
Namun tetap saja aku menyimpan perasaan kecil yang manis untukmu. Walau cerita ini bukan cerita yang romantis~
-elsie97
Hentakan langkah kaki Jo Yeon Ra menggema ke setiap kelas di kampusnya yang sudah sangat sepi, jam menunjukkan pukul 22:50, nyaris jam 11 malam. Gadis itu melangkah dalam kepanikan kecil yang membuatnya sesekali berlari kecil, jarum jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangannya terus berputar membuatnya selalu melirik dan memastikan waktu belum lama berlalu.
“aiiisss” runtuknya saat butiran salju sebesar biji jagung mulai berjatuhan dari langit hitam yang menjadi atap kota Seoul malam ini. Yeonra menengadahkan kepalanya ke atas menatap derasnya hujan salju malam itu, bibirnya mulai mengerucut begitu jarum jam menunjukkan pukul 11 malam tepat.
“lagi-lagi aku tak sempat datang mengunjungi tante” gerutunya dalam hati. “aiiiissssss… sekarang bagaimana? Aku bahkan lupa membawa payung?!” Yeonra mulai mengemoli dirinya sendiri seperti biasa. Gadis itu nekat berlari menyebrangi derasnya hujan salju, tangan kirinya memayungi kepalanya meskipun butiran salju itu tetap saja berhasil menembus payung kecil Yeonra dan menyentuh ubun-ubunnya.
Apa kau akan datang malam ini? Hatiku yang gundah selalu menanyakan pertanyaan yang sama.. namun disisi lain aku selalu bertanya pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang kutunggu? Kenapa setiap kali membayangkan semua mimpiku malam itu hatiku berdebar tak dapat dihentikan? Seolah hanya kepergianmu yang mampu menghentikannya.. perpisahan yang begitu pahit dimana itu saat seluruh aliran darahku berhenti secara mendadak.
Yeonra’s POV
Aku menatap pergantian pemandangan sepanjang jalan menuju rumahku dengan tatapan kosong dari balik jendela bis ini. Cahaya-cahaya lampu dari bangunan-bangunan kecil, maupun gedung pencakar langit sampai cahaya lampu yang menyorot mataku dari kendaraan yang berlalu lalang memang sudah jadi penghias kota yang sangat umum. Mereka seperti bunga yang selalu bersinar tanpa matahari dan menutupi indahnya sinar bulan di balik semuanya. Entah kenapa mala mini rasanya waktu berputar begitu lambat tidak seperti siang tadi dimana aku merasa baru saja matahari terbit namun dalam sekali kedipan mata matahari itupun tenggelam.
Ngomong-ngomong eomma bilang mala mini 2 bocah tengik pengganggu kedamaian – kurasa julukannya terlalu panjang –si kembar gila Jo itu akan menginap. Aigoo entah berbentuk seperti apa rumahku malam ini. Oke, otakku mulai membayangkan hal-hal gila seperti musim panas lalu. Dua bocah sial berwajah sama itu menyalakan kompor terlalu besar untuk memasak ramen yang berakhir dengan bencana kuahnya tumpah dan membanjiri sekitar kompor. Lalu, bermain lumpur di dekat cucianku yang baru dijemur.. hukuman tak membuat mereka jera.. sekalipun mereka sudah 17 tahun sekarang. Aaahhh~ ya. Aku lupa kado ulang tahun untuk mereka, pantas mereka menginap malam ini.. ingin meminta kado rupanya.
Kriiing
Aku mengangkat ponselku dan membuka layar flipnya sebuah e-mail masuk dari Young Min.
“noona, kami tak jadi menginap.. hari ini rumahmu selamat dari jajahan kami, tapi jika kau tak kunjung memberikan aku hadiah ulang tahun.. akan kuhancurkan rumahmu
-youngminkwang”
“hohohoho.. tubuhku gemetar ketakutan sekarang~ kuharap kalian tak pernah datang~~”
Balasan yang bodoh.
Dua bocah tengik itu pasti sedang menertawai jawabanku sekarang. Aku kembali menyandarkan kepalaku ke jendela bis, sebentar lagi halte dimana aku turun akan terlihat namun rasanya aku sudah cukup nyaman dengan rasa hangat di bis ini. Mataku meneliti daerah sekitarku.. hanya ada 5 orang yang menumpangi bis ini di tambah 1 orang supir di depan sana. Persis seperti drama yang sering kutonton setiap jam 9 pagi sebelum berangkat ke kampus. Biasanya di saat seperti ini wanita yang menjadi tokoh utama tengah menangisi penghianatan suami atau kekasihnya di pojokkan bis.
Kapan aku seperti itu?
Maksudku bukan kapan aku akan dikhianati seperti itu. Tapi kapan aku memiliki seorang kekasih seperti drama-drama yang sering kutonton. Aiiiiiisssssssssssss mana ada pemuda yang menyukai wanita penghayal sepertiku. Aku Jo Yeonra anak pertama dari 3 bersaudara yang hobi menghayal dan membayangkan sesuatu yang tidak mungkin akan terjadi dalam kenyataan, jika kau ingin tau apa itu.. tonton saja semua drama korea, itulah makananku setiap hari.
Setelah turun dari bis dinginnya udara di kota Seoul berhasil membekukan seluruh tubuhku dalam hitungan detik. Astaga… rasanya benar-benar seperti kau terjebak dalam sebuah freezer. Aku menggosok-gosokan kedua telapak tanganku berulang kali mencari sebuah kehangatan lalu meniupnya dengan kepulan asap yang mengandung karbon dioksida dari tubuhku.
---
Aku tertegun sejenak setelah sampai di depan pagar rumahku, ada satu hal yang tak seperti biasanya. Seorang pemuda duduk di samping pagar rumahku, tubuhnya menggigil hebat, astaga…. Siapa dia? Ini bisa membuat siapapun berfikir aku tega membuatnya membeku di cuaca seburuk ini. Rambutnya yang hitam kecoklatan itu dipenuhi butiran salju begitu juga dengan mantel dan.. yah, hamper seluruh tubuhnya tertutup salju. Matanya melirik kerahku. Tiba-tiba dia bangkit dari dan berdiri lalu membungkuk member salam padaku. Aku??? Masih terdiam dalam sebuah kebingungan. Siapa dia? Kenapa ada di depan rumahku? Itu pertanyaan yang memenuhi otakku saat ini.
“annyeong haseyo” sapanya dengan suara bergetar itu, astaga.. Yeonra. Kau sudah membuatnya hamper mati beku, jangan bengong saja!!!
“yak!! Kau siapa kenapa ada di depan rumahku?” tanyaku spontan,
“aah.. aku….. hatchi!!”
“ki…kita masuk dulu” ajakku sembari membuka pagar rumahku, aku menoleh ke arahnya yang masih terbengong di belakang sana.
“kajja.. hangatkan dirimu di dalam”
Aku menghidangkan sup tomat – yang sebenarnya kubuat tadi pagi, namun aku panaskan – ke atas meja di ruang tengah. Anak laki-laki tadi masih berselimut dan sepertinya tertidur di atas sofa putih, dengan suasana sesepi ini aku bisa mendengar dengkuran kecilnya. Haha.. lucu sekali. Seumur hidup baru kali ini aku mendengar apa yang orang sebut dengan dengkuran. Perlahan aku menurunkan selimut yang menutupi sebagian wajah anak itu, wajahnya sangat tampan untuk anak seumurnya. Tunggu dulu.. berapa usia anak ini?? Dari wajahnya… sepertinya dia masih menginjak bangku SMP. Matanya tiba-tiba saja terbuka. Reflex aku menjaga jarak, suasana berubah menjadi sangat canggung
“aku membuatkanmu sup tomat, makanlah.. setelah itu kau akan kuantarkan pulang” ucapku pelan. Anak itu terbatuk beberapa kali, mataku dengan cepat menatapnya.
“andwaeyo… orang tuaku akan memarahiku jika aku pulang” jawabnya dengan suara serak
“eh?”
“mereka menyuruhku mendatangi alamat rumah ini, mereka bilang jika aku sampai kembali pulang ke rumah aku akan dihabisi.. sebaiknya jangan bawa aku pulang”
Apa maksud kalimatnya itu?
“apa kau mengenalku?” tanyaku, sebuah gelengan lemah menjawab pertanyaanku barusan. Aku menghela nafas sebuah fikiran untuk menampungnya beberapa hari mencuat begitu saja, aku mengangkat satu mangkuk sup tomat itu dan memberikannya pada anak tadi.
“gomapseumnida” katanya sopan.. tangannya sangat hangat, atau jangan-jangan anak ini sakit karna perbuatanku? Jankanman… aku tak bersalah sama sekali, ini salahnya sendiri duduk di depan rumah orang yang bahkan tak di kenalnya sampai membeku seperti tadi. Dia melahap supnya perlahan dan penuh rasa canggung, itu yang membuatku tak kuasa menahan diri untuk tersenyum ketika memperhatikannya, dia sangat imut.
“siapa namamu?” tanyaku
“ No Min Woo.. panggil saja Minwoo” jawabnya sopan
“tak usah seformal itu… aku tak suka suasana canggung dan kaku seperti ini, santai saja hmm?” dia tersenyum, senyuman manis khas anak kecil.. aigoo~ kurasa aku ingin memiliki anak semanis dia satu hari nanti.
“ooh ya, aku Yeonra.. Jo Yeonra”
“Yeonra??? Nama yang bagus… pemilik namanyapun sangat manis.. senang bertemu denganmu noona” sahutnya dengan nada sopan, otaku berputar dan mencerna setiap kalimatnya dia bermaksud memuji kan?? Kenapa bahasanya seperti itu?
“sepertinya kau sakit.. mianhae~ karna menungguku kau jadi seperti ini… setelah selesai kau akan kuantarkan ke kamar”
“gwenchana.. tidur di sofapun aku baik-baik saja”
“aiiiiss.. jika kondisi tubuhmu tak seperti ini aku bahkan akan menyuruhmu tidur di lantai.. haha… sudahlah.. jangan membantah, tak biasanya aku baik pada orang asing seperti ini. Bersyukurlah”
Hanya seulas senyuman yang menjadi respon darinya. Anak ini manis sekali
Sebenarnya seperti apa aku dimatamu? Apa aku berharga dan sangat kau butuhkam? Atau kau hanya mengganggapku seperti ini, seperti seseorang yang benar-benar asing di matamu sehingga aku tak berhak mengenalmu lebih jauh dari yang aku tau. Kau menutupi semua luka yang kau rasakan itu dengan seulas senyuman yang sekilas terlihat begitu menggemaskan. Namun, semakin sering kulihat senyuman itu.. aku semakin mengetahui sebuah kenyataan bahwa di balik senyuman itu hatimu terluka parah
Author’s POV
Aroma masakan membangunkan Yeonra dari tidurnya, matanya melirik sebuah jam yang ada di sebelah kepalanya, masih jam 5 pagi. Dia ingat jam kuliah akan dimulai nanti jam 12 siang. Saat akan kembali berselimut, pencernaan gadis itu justru memaksanya bangun dan mengikuti dari mana asal wangi masakan yang sepertinya lezat itu.
Aroma itu dari dapur, Yeonra mendapati seorang pemuda yang sibuk menggoyang-goyang penggorengan yang berisi nasi goring, harum nasi goring tercium ke seluruh sudut rumahnya. Gadis itu bahkan tak bisa berkonsentrasi ketika tengah mengikat rambutnya, mungkin aroma masakan itu telah benar-benar membangkitkan selera makannya.
“noona, kau sudah bangun?” ujar Minwoo ketika gadis itu menghampirinya
“bagaimana aku tidak bangun jika aromanya seenak ini.. kau membuatku lapar.. ohya, kau tak sekolah?? Kenapa masih memakai piyama.. apa kau masih demam?” Yeonra menyentuh kening Minwoo,suhu tubuhnya jauh lebih baik dari kemarin malam.
“sepertinya hari ini aku tak sekolah… beberapa temanku bilang hari ini libur” sahut Minwoo
“kabari orang tuamu…siapa tau mereka khawatir tentang keadaanmu” tegur Yeonra, gadis itu mengambil alih posisi Minwoo ketika tiba-tiba saja pemuda itu terdiam. “waeyo?” Tanya Yeonra
“noona, apa kau tak keberatan jika aku tinggal bersamamu?”
Yeonra, hari ini dia menjadi gadis yang tak seperti biasanya. Biasanya dia menyebarkan lelucon bodohnya pada beberapa sahabatnya. Namun hari ini, semenjak pertanyaan yang Minwoo lontarkan radi pagi. Otaknya berputar dan terus memikirkan apa penyebab pemuda itu mengatakan hal seperti itu. Kenapa dia dengan mudah akrab dengan orang yang bahkan baru dia kenal kemarin malam? Dan keputusannya menjawab iya tadi semakin menambah beban otaknya.
“noona, tumben sekali kau bengong di siang hari seperti ini” Tanya Kwangmin, ya, selesai jam kuliah Yeonra memutuskan untuk sedikit menenangkan pikirannya dengan mengunjungi rumah tantennya “ngomong-ngomong pudding yang tadi enak” sambung Youngmin
“hmm” deheman singkat yang menjadi kata terfaforit untuk Yeonra hari ini
“noona??” panggil si kembar itu bersamaan, Yeonra belum bergeming posisinya masih saja sama sejak tadi, memandangi pemandangan hujan di luar sana dengan tatapan kosong.
“kenapa Yeonra noona belum pulang?” Tanya Minwoo, pemuda itu kembali mengecek keluar jendela, hujan badai. Gemuruh petir saling bersautan di luar sana dan tetesan air hujan yang sebesar biji jagung menghantam bumi dan atap rumah Yeonra. Langit semakin gelap setiap menitnya membuat Minwoo kuatir akan satu hal, Yeonra, selain kuatir ia juga merasa bersalah tentang pertanyaannya pagi tadi. Ia kembali mengacak rambutnya jika mengingat suasana itu.
“neo paboya” runtuknya
---
Deru mesin mobil memecah keheningan malam. Hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah dengan cat warna biru muda, seorang gadis muda dengan wajah tertekuk keluar dari dalam mobil itu. Yeonra. Ia melirik jam tangannya, jam 12 malam. Sebenarnya ada dengannya?? Tak ada yang tau, Kwangmin dan Youngmin menyusul keluar dari mobil tadi, mereka berusaha merangkul kakak mereka itu namun Yeonra menepisnya dan melangkah gontai membuka pintu pagar rumah mungil itu. Dia mabuk setelah minum beberapa gelas arak beras – sebenarnya Yeonra bukanlah peminum yang baik bahkan tadi itu pertama kalinya ia minum – Youngmin kembali berusaha merangkul Yeonra namun ditepisnya lagi tangan Youngmin
“pulanglah kalian berdua… na gwenchana” ucap Yeonra dingin lalu membuka pintu depan rumahnya. Suasana gelap gulita menyambut Yeonra, berlanjut dengan keheningan panjang ketika suara mesin mobil tadi semakin menjauh dan di telan gelap malam.
“noona”
Yeonra melihat sekeliling. Hening. Namun suara serak itu kembali memanggilnya, tiba-tiba sebuah tangan dingin menyentuh tangan Yeonra, seluruh tubuhnya tiba-tiba menegang
“noona, neo eodi chulsin-iya?” Tanya suara itu lemah
“minwoo-ssi?” Yeonra berbalik, samar-samar dia melihat sebuah wajah dengan jarak yang lumayan dekat dari balik kegelapan itu “neo gwenchani??” Tanya Yeonra panik. Entah kenapa efek arak beras itu hilang ketika tangan dingin Minwoo menyentuh tangannya.
“pegopayo~~” sahut Minwoo
“pffttt.. hahahahahahahaha.. nyalakan lampunya, aku akan masakan kau sesuatu”
“mati lampu.. disini mati lampu”
“astaga.. sudahlah.. kita keruang tengah saja.. aku punya beberapa camilan untukmu”
“kau tak marah padaku?” Tanya Minwoo
“eh? Soal yang tadi pagi? Eemm aku tak marah, Cuma sedikit merasa aneh saja. Sudah kubilang jangan gunakan formalitas di depanku.. kita santai saja”
Mungkin di detik ini kau dan aku semakin dekat, namun semakin dekat perasaan ini semakin banyak ruang tertutup yang tak bisa kumasuki. Hingga akhirnya aku merasa tak bisa menjadi milikmu dan memilikimu sepenuhnya, cerita macam apa ini? Apa kau memang berjalan di plot seharusnya? Atau justru aku yang berjalan di plot yang salah? Bantu aku… bantu aku mengetahui alasan sebenarnya kau begitu baik padaku.
Minwoo’s POV
Kembali aku terbangun di pagi yang sama dimana langit-langit kelabu di kamar ini menyambutku dan sinar oranye sang mentari menusuk mataku. Kamar ini.. kamar dimana pertama kalinya aku bangun di pagi yang asing. Sebelum bangkit aku memijat pelipisku.. rasa pusing ini benar-benar mengganggu. Sampai kapan sebenarnya demam ini ingin mengganggu setiap pagiku? Saat bangkit dari tempat tidur aku sempat terhuyung kembali jatuh ke atas kasur.. ternyata nyawaku belum semuanya terkumpul, aku mengerjap-ngerkaplan mataku beberapa kali. Lalu meraih handukku dan menuju kamar mandi.
“ah, noona annyeong~” sapaku. Yeoja itu tersenyum padaku dan melangkah di depanku tanpa membalas sapaanku. Yeppeo~ itu kesan pertamaku untuknya pagi ini. Kelihatannya pagi ini dia memiliki kelas di pagi hari, mungkinkah aku bisa mengajaknya pergi sore nanti?
“Noona!!!” panggilku
“de?” dia berbalik. Aku mengatupkan mulutku, kenapa di saat seperti ini lidahku justru tak bekerja sesuai dengan keinginanku. Kenapa sulit sekali digerakkan
“waeyo?” tanyanya setelah cukup lama aku terdiam
“eeemmm…. Bagaimana kalau sore nanti noona menemaniku……..” ayo Minwoo~ya rangkai kata-kata yang tadi sudah kau fikirkan!!
“temani kemana?”
“membeli buku pelajaran”
Pabo. Kenapa yang justru kuucapkan malah buku keparat itu, mungkin nanti aku takkan pernah menggunakannya kau bodoh Minwoo~ya.
“oke.. jam 4 sore setelah aku pulang kau sudah harus siap.. jika belum kau beli sendiri” ancam Yeonra-noona. Sebuah senyuman mengembang di bibirku, berhasil… tapi mengingat kata buku pelajaran justru membuatku ingin muntah. Kau bahkan takkan pernah membuka buku itu Minwoo~ya.
---
Siang ini menjadi siang yang sama seperti 2 hari yang lalu, yang kulakukan hanya memainkan ponselku dan berbaring di atas sofa di ruang tengah. Berkali-kali aku mengecek jam yang sepertinya berhenti berdetak, dan benar saja. Rasanya sejak tadi jarum detik itu tak berputar.. cih~ satu jam saja rasanya seperti setahun. Tinggal menunggu 1 jam lagi sebelum jam 4 sore rasanya seperti menghabiskan waktu seumur hidupku, aish.. ada apa sebenarnya dengan semua ini?? Ingat No Minwoo yeoja yang sering kau temui setiap hari itu belum kau kenali sama sekali. Belum tentu dia orang yang sama seperti yang kau temui 8 tahun yang lalu. Atau jangan-jangan justru aku salah orang di dunia ini Jo Yeonra itu bukan nama satu orang pasti di Korea ini banyak yang bernama Jo Yeonra.. aiiiiisssssssss… aku kembali mengacak rambutku asal.
“di dunia ini yang bernama Jo Yeonra itu tak mungkin hanya satu orang kau sama saja mencari jarum dalam jerami… sudahlah ikuti permintaan appa”
“andwaeyo~ bagiku hanya dia yang bisa melihat dan mengerti semuanya..”
“mengerti apa maksudmu??”
“dia mengerti apa yang appa tak mengerti tentangku”
“pertanyaanku sekarang apa dia mengenalmu?”
Potongan masa lalu itu benar-benar membuatku selalu berfikiran pesimis.
Ponselku tiba-tiba bergetar.. telepon dari Youngmin-hyung aiss
“yeoboseyo?”
“YAK NO MIN WOO!!!! Kemana saja kau tak masuk berhari-hari?”
“banyak alasannya, besok aku kembali ke sekolah”
“banyak alasan?? Hmmm.. geurae. Ah! Neo aboji tak memarahimu lagi?”
“tidak… ya sudah aku mau istirahat.. aku sedang tak enak badan.. sampai ketemu besok
“ne… annyeong”
“ketemu bukunya?” Tanya Yeonra noona, jangankan ketemu bahkan aku tak tertarik membeli satupun
“sudah” aku menarik satu buku yang berisi tentang rumus-rumus Kimia,Fisika,dan Matematika.. ya, kurasa ini memang benar-benar kuperlukan mengingat nilaiku di ujian kemarin, ujian dengan nilai terindah seumur hidupku. Haruskah kusebutkan berapa nilainya?? Sebaiknya tidak usah. Yeonra noona membuka-buka halaman buku itu sambil tersenyum lalu menuntunku ke kasir, sesaat aku mendengarnya memuji buku pilihanku.. hehe.. rasanya bangga ada yang memuji pilihanku yang benar-benar asal itu.
“kukira kau anak pemalas… ternyata rajin juga” puji Yeonra noona dia masih saja membuka-buka halaman buku itu setelah tadi membayarnya dan sekarang kami sedang duduk santai di sebuah café
“hehehe.. tidak juga terkadang aku sangat malas.. hanya saja aku berfikir tentang kekuranganku di pelajaran jadi aku memilih buku itu” sahutku, Yeonra noona menatapku sebentar sambil tersenyum manis lalu kembali pada kegiatan awalnya
“kau anak yang pintar~ aku tau itu…”
“pintar sebelah mananya?? Dilihat dari sisi manapun aku tetap anak SMA yang malas”
“ani… matamu yang mengatakan itu padaku”
“kau anak yang baik pastinya?” ucapnya dengan seulas senyuman manis, tangannya masih sibuk mengobati luka memar di wajahku
“dilihat dari manapun aku pasti seperti seorang anak nakal”
“anniyo… matamu yang mengatakan itu padaku”
Dejavu.
Sungguh rasanya seperti dejavu, senyuman itu juga benar-benar nyata.. bayangannya dan yeoja yang ada di depanku benar-benar sama.. apa dia memang… aku dengan cepat meraih cangkir kapucino ku dan meminumnya cepat
“berapa usiamu?” Tanya Yeonra noona tiba-tiba
“eh?”
“lihat kau.. menyisakan krim di atas bibirmu.. pakai tisu ini dan bersihkan.. kau sudah dewasa” tegur Yeonra noona
“jika di drama-drama harusnya wanita yang seperti itu… lalu si pria mencium bibir wanitanya hahahahahaha jika saja aku laki-laki aku pasti akan menciummu”
Author’s POV
“jika di drama-drama harusnya wanita yang seperti itu… lalu si pria mencium bibir wanitanya hahahahahaha jika saja aku laki-laki aku pasti akan menciummu” pipi Minwoo tiba-tiba memerah
“noona, aku saja yang laki-laki tak pernah berfikir seperti itu” gerutunya
“kau terlalu cantik untuk memikirkan hal seperti itu” canda Yeonra, Minwoo mengerucutkan bibirnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, dengan malu-malu pemuda itu meminta nomor Yeonra meski Yeonra memberinya tanpa rasa sungkan sama sekali.. Minwoo berfikir, apa dia benar Jo Yeonra yang dia cari.. yeoja yang sempat menjadi payung dan tempatnya bersandar. Jika iya.. bisakah ia menggantikan posisi Yeonra ketika ia sudah sedewasa ini? Meski di sisi lain Minwoo merasa pasti diusia seperti ini Yeonra sudah memiliki sandarannya sendiri, ia pasti sudah memiliki payung yang selalu melindunginya dari teriknya matahari dan kerasnya hujan.
Bersandarlah di bahuku, lepaskan semua bebanmu dan tutup kedua matamu.. tenang saja tanganku akan selalu siap melindugi matamu dari tajamnya sorot sinar matahari. Perlahan aku menyandarkan kepalaku di atas kepalamu dan tersenyum. Uljima~ kajimarayo~
Haiiiiiii XD
Aku kembali lagi dengan FF baru yang ga akan terlalu panjang ini.. FF BAD GIRL juga lagi kuproses ini Cuma selingan untuk lampiasin inspirasi yang selalu melenceng dari FF yang lagi berjalan #halah oh ya, mian kalo pendek~ soalnya ini GC abis kompinya mau dipake XD
Main castnya No Min Woo bocah tengik super ganteng yang merupakan magnae dari Band Boyfriend.. kalo dipikir-pikir Cuma Minwoo yang aku pasangin sama diri sendiri setelah ATL tamat~ kkkkk… SPOILER ALLERT : NO MIN WOO IS MINE KEKEKEKEK~ Kau boleh bawa pulang Kwangmin atau Youngmin asal Minwoo tetap bersamaku hahahah #evil. Oke daripada makin kacau mending Author ciao dulu ya? ._.V Gyu udah mulai ngajakin aku dan para suamiku main ular tangga nih *ga ada permainan yang lebih elit apa kali ya?* oh ya, JANGAN LUPA RCL SOB THANKS~
Dewa-dewa.,
Aideu~~~n
-elsie97
Kau seperti angin yang berhembus membelai rambutku lembut, dinginnya angin itu seperti kepribadianmu yang misterius yang membuatku heran adalah.. kenapa kau yang seperti ini menutupi semuanya dengan seulas senyuman manis dan tingkah yang selalu membuatku tersenyum. Apa kau dan aku tak ditakdirkan bersinggungan di koridor yang sama? Atau kita memang tak ditakdirkan berjalan bersama di koridor yang sama?
Namun tetap saja aku menyimpan perasaan kecil yang manis untukmu. Walau cerita ini bukan cerita yang romantis~
-elsie97
Hentakan langkah kaki Jo Yeon Ra menggema ke setiap kelas di kampusnya yang sudah sangat sepi, jam menunjukkan pukul 22:50, nyaris jam 11 malam. Gadis itu melangkah dalam kepanikan kecil yang membuatnya sesekali berlari kecil, jarum jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangannya terus berputar membuatnya selalu melirik dan memastikan waktu belum lama berlalu.
“aiiisss” runtuknya saat butiran salju sebesar biji jagung mulai berjatuhan dari langit hitam yang menjadi atap kota Seoul malam ini. Yeonra menengadahkan kepalanya ke atas menatap derasnya hujan salju malam itu, bibirnya mulai mengerucut begitu jarum jam menunjukkan pukul 11 malam tepat.
“lagi-lagi aku tak sempat datang mengunjungi tante” gerutunya dalam hati. “aiiiissssss… sekarang bagaimana? Aku bahkan lupa membawa payung?!” Yeonra mulai mengemoli dirinya sendiri seperti biasa. Gadis itu nekat berlari menyebrangi derasnya hujan salju, tangan kirinya memayungi kepalanya meskipun butiran salju itu tetap saja berhasil menembus payung kecil Yeonra dan menyentuh ubun-ubunnya.
Apa kau akan datang malam ini? Hatiku yang gundah selalu menanyakan pertanyaan yang sama.. namun disisi lain aku selalu bertanya pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang kutunggu? Kenapa setiap kali membayangkan semua mimpiku malam itu hatiku berdebar tak dapat dihentikan? Seolah hanya kepergianmu yang mampu menghentikannya.. perpisahan yang begitu pahit dimana itu saat seluruh aliran darahku berhenti secara mendadak.
Yeonra’s POV
Aku menatap pergantian pemandangan sepanjang jalan menuju rumahku dengan tatapan kosong dari balik jendela bis ini. Cahaya-cahaya lampu dari bangunan-bangunan kecil, maupun gedung pencakar langit sampai cahaya lampu yang menyorot mataku dari kendaraan yang berlalu lalang memang sudah jadi penghias kota yang sangat umum. Mereka seperti bunga yang selalu bersinar tanpa matahari dan menutupi indahnya sinar bulan di balik semuanya. Entah kenapa mala mini rasanya waktu berputar begitu lambat tidak seperti siang tadi dimana aku merasa baru saja matahari terbit namun dalam sekali kedipan mata matahari itupun tenggelam.
Ngomong-ngomong eomma bilang mala mini 2 bocah tengik pengganggu kedamaian – kurasa julukannya terlalu panjang –si kembar gila Jo itu akan menginap. Aigoo entah berbentuk seperti apa rumahku malam ini. Oke, otakku mulai membayangkan hal-hal gila seperti musim panas lalu. Dua bocah sial berwajah sama itu menyalakan kompor terlalu besar untuk memasak ramen yang berakhir dengan bencana kuahnya tumpah dan membanjiri sekitar kompor. Lalu, bermain lumpur di dekat cucianku yang baru dijemur.. hukuman tak membuat mereka jera.. sekalipun mereka sudah 17 tahun sekarang. Aaahhh~ ya. Aku lupa kado ulang tahun untuk mereka, pantas mereka menginap malam ini.. ingin meminta kado rupanya.
Kriiing
Aku mengangkat ponselku dan membuka layar flipnya sebuah e-mail masuk dari Young Min.
“noona, kami tak jadi menginap.. hari ini rumahmu selamat dari jajahan kami, tapi jika kau tak kunjung memberikan aku hadiah ulang tahun.. akan kuhancurkan rumahmu
-youngminkwang”
“hohohoho.. tubuhku gemetar ketakutan sekarang~ kuharap kalian tak pernah datang~~”
Balasan yang bodoh.
Dua bocah tengik itu pasti sedang menertawai jawabanku sekarang. Aku kembali menyandarkan kepalaku ke jendela bis, sebentar lagi halte dimana aku turun akan terlihat namun rasanya aku sudah cukup nyaman dengan rasa hangat di bis ini. Mataku meneliti daerah sekitarku.. hanya ada 5 orang yang menumpangi bis ini di tambah 1 orang supir di depan sana. Persis seperti drama yang sering kutonton setiap jam 9 pagi sebelum berangkat ke kampus. Biasanya di saat seperti ini wanita yang menjadi tokoh utama tengah menangisi penghianatan suami atau kekasihnya di pojokkan bis.
Kapan aku seperti itu?
Maksudku bukan kapan aku akan dikhianati seperti itu. Tapi kapan aku memiliki seorang kekasih seperti drama-drama yang sering kutonton. Aiiiiiisssssssssssss mana ada pemuda yang menyukai wanita penghayal sepertiku. Aku Jo Yeonra anak pertama dari 3 bersaudara yang hobi menghayal dan membayangkan sesuatu yang tidak mungkin akan terjadi dalam kenyataan, jika kau ingin tau apa itu.. tonton saja semua drama korea, itulah makananku setiap hari.
Setelah turun dari bis dinginnya udara di kota Seoul berhasil membekukan seluruh tubuhku dalam hitungan detik. Astaga… rasanya benar-benar seperti kau terjebak dalam sebuah freezer. Aku menggosok-gosokan kedua telapak tanganku berulang kali mencari sebuah kehangatan lalu meniupnya dengan kepulan asap yang mengandung karbon dioksida dari tubuhku.
---
Aku tertegun sejenak setelah sampai di depan pagar rumahku, ada satu hal yang tak seperti biasanya. Seorang pemuda duduk di samping pagar rumahku, tubuhnya menggigil hebat, astaga…. Siapa dia? Ini bisa membuat siapapun berfikir aku tega membuatnya membeku di cuaca seburuk ini. Rambutnya yang hitam kecoklatan itu dipenuhi butiran salju begitu juga dengan mantel dan.. yah, hamper seluruh tubuhnya tertutup salju. Matanya melirik kerahku. Tiba-tiba dia bangkit dari dan berdiri lalu membungkuk member salam padaku. Aku??? Masih terdiam dalam sebuah kebingungan. Siapa dia? Kenapa ada di depan rumahku? Itu pertanyaan yang memenuhi otakku saat ini.
“annyeong haseyo” sapanya dengan suara bergetar itu, astaga.. Yeonra. Kau sudah membuatnya hamper mati beku, jangan bengong saja!!!
“yak!! Kau siapa kenapa ada di depan rumahku?” tanyaku spontan,
“aah.. aku….. hatchi!!”
“ki…kita masuk dulu” ajakku sembari membuka pagar rumahku, aku menoleh ke arahnya yang masih terbengong di belakang sana.
“kajja.. hangatkan dirimu di dalam”
Aku menghidangkan sup tomat – yang sebenarnya kubuat tadi pagi, namun aku panaskan – ke atas meja di ruang tengah. Anak laki-laki tadi masih berselimut dan sepertinya tertidur di atas sofa putih, dengan suasana sesepi ini aku bisa mendengar dengkuran kecilnya. Haha.. lucu sekali. Seumur hidup baru kali ini aku mendengar apa yang orang sebut dengan dengkuran. Perlahan aku menurunkan selimut yang menutupi sebagian wajah anak itu, wajahnya sangat tampan untuk anak seumurnya. Tunggu dulu.. berapa usia anak ini?? Dari wajahnya… sepertinya dia masih menginjak bangku SMP. Matanya tiba-tiba saja terbuka. Reflex aku menjaga jarak, suasana berubah menjadi sangat canggung
“aku membuatkanmu sup tomat, makanlah.. setelah itu kau akan kuantarkan pulang” ucapku pelan. Anak itu terbatuk beberapa kali, mataku dengan cepat menatapnya.
“andwaeyo… orang tuaku akan memarahiku jika aku pulang” jawabnya dengan suara serak
“eh?”
“mereka menyuruhku mendatangi alamat rumah ini, mereka bilang jika aku sampai kembali pulang ke rumah aku akan dihabisi.. sebaiknya jangan bawa aku pulang”
Apa maksud kalimatnya itu?
“apa kau mengenalku?” tanyaku, sebuah gelengan lemah menjawab pertanyaanku barusan. Aku menghela nafas sebuah fikiran untuk menampungnya beberapa hari mencuat begitu saja, aku mengangkat satu mangkuk sup tomat itu dan memberikannya pada anak tadi.
“gomapseumnida” katanya sopan.. tangannya sangat hangat, atau jangan-jangan anak ini sakit karna perbuatanku? Jankanman… aku tak bersalah sama sekali, ini salahnya sendiri duduk di depan rumah orang yang bahkan tak di kenalnya sampai membeku seperti tadi. Dia melahap supnya perlahan dan penuh rasa canggung, itu yang membuatku tak kuasa menahan diri untuk tersenyum ketika memperhatikannya, dia sangat imut.
“siapa namamu?” tanyaku
“ No Min Woo.. panggil saja Minwoo” jawabnya sopan
“tak usah seformal itu… aku tak suka suasana canggung dan kaku seperti ini, santai saja hmm?” dia tersenyum, senyuman manis khas anak kecil.. aigoo~ kurasa aku ingin memiliki anak semanis dia satu hari nanti.
“ooh ya, aku Yeonra.. Jo Yeonra”
“Yeonra??? Nama yang bagus… pemilik namanyapun sangat manis.. senang bertemu denganmu noona” sahutnya dengan nada sopan, otaku berputar dan mencerna setiap kalimatnya dia bermaksud memuji kan?? Kenapa bahasanya seperti itu?
“sepertinya kau sakit.. mianhae~ karna menungguku kau jadi seperti ini… setelah selesai kau akan kuantarkan ke kamar”
“gwenchana.. tidur di sofapun aku baik-baik saja”
“aiiiiss.. jika kondisi tubuhmu tak seperti ini aku bahkan akan menyuruhmu tidur di lantai.. haha… sudahlah.. jangan membantah, tak biasanya aku baik pada orang asing seperti ini. Bersyukurlah”
Hanya seulas senyuman yang menjadi respon darinya. Anak ini manis sekali
Sebenarnya seperti apa aku dimatamu? Apa aku berharga dan sangat kau butuhkam? Atau kau hanya mengganggapku seperti ini, seperti seseorang yang benar-benar asing di matamu sehingga aku tak berhak mengenalmu lebih jauh dari yang aku tau. Kau menutupi semua luka yang kau rasakan itu dengan seulas senyuman yang sekilas terlihat begitu menggemaskan. Namun, semakin sering kulihat senyuman itu.. aku semakin mengetahui sebuah kenyataan bahwa di balik senyuman itu hatimu terluka parah
Author’s POV
Aroma masakan membangunkan Yeonra dari tidurnya, matanya melirik sebuah jam yang ada di sebelah kepalanya, masih jam 5 pagi. Dia ingat jam kuliah akan dimulai nanti jam 12 siang. Saat akan kembali berselimut, pencernaan gadis itu justru memaksanya bangun dan mengikuti dari mana asal wangi masakan yang sepertinya lezat itu.
Aroma itu dari dapur, Yeonra mendapati seorang pemuda yang sibuk menggoyang-goyang penggorengan yang berisi nasi goring, harum nasi goring tercium ke seluruh sudut rumahnya. Gadis itu bahkan tak bisa berkonsentrasi ketika tengah mengikat rambutnya, mungkin aroma masakan itu telah benar-benar membangkitkan selera makannya.
“noona, kau sudah bangun?” ujar Minwoo ketika gadis itu menghampirinya
“bagaimana aku tidak bangun jika aromanya seenak ini.. kau membuatku lapar.. ohya, kau tak sekolah?? Kenapa masih memakai piyama.. apa kau masih demam?” Yeonra menyentuh kening Minwoo,suhu tubuhnya jauh lebih baik dari kemarin malam.
“sepertinya hari ini aku tak sekolah… beberapa temanku bilang hari ini libur” sahut Minwoo
“kabari orang tuamu…siapa tau mereka khawatir tentang keadaanmu” tegur Yeonra, gadis itu mengambil alih posisi Minwoo ketika tiba-tiba saja pemuda itu terdiam. “waeyo?” Tanya Yeonra
“noona, apa kau tak keberatan jika aku tinggal bersamamu?”
Yeonra, hari ini dia menjadi gadis yang tak seperti biasanya. Biasanya dia menyebarkan lelucon bodohnya pada beberapa sahabatnya. Namun hari ini, semenjak pertanyaan yang Minwoo lontarkan radi pagi. Otaknya berputar dan terus memikirkan apa penyebab pemuda itu mengatakan hal seperti itu. Kenapa dia dengan mudah akrab dengan orang yang bahkan baru dia kenal kemarin malam? Dan keputusannya menjawab iya tadi semakin menambah beban otaknya.
“noona, tumben sekali kau bengong di siang hari seperti ini” Tanya Kwangmin, ya, selesai jam kuliah Yeonra memutuskan untuk sedikit menenangkan pikirannya dengan mengunjungi rumah tantennya “ngomong-ngomong pudding yang tadi enak” sambung Youngmin
“hmm” deheman singkat yang menjadi kata terfaforit untuk Yeonra hari ini
“noona??” panggil si kembar itu bersamaan, Yeonra belum bergeming posisinya masih saja sama sejak tadi, memandangi pemandangan hujan di luar sana dengan tatapan kosong.
“kenapa Yeonra noona belum pulang?” Tanya Minwoo, pemuda itu kembali mengecek keluar jendela, hujan badai. Gemuruh petir saling bersautan di luar sana dan tetesan air hujan yang sebesar biji jagung menghantam bumi dan atap rumah Yeonra. Langit semakin gelap setiap menitnya membuat Minwoo kuatir akan satu hal, Yeonra, selain kuatir ia juga merasa bersalah tentang pertanyaannya pagi tadi. Ia kembali mengacak rambutnya jika mengingat suasana itu.
“neo paboya” runtuknya
---
Deru mesin mobil memecah keheningan malam. Hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah dengan cat warna biru muda, seorang gadis muda dengan wajah tertekuk keluar dari dalam mobil itu. Yeonra. Ia melirik jam tangannya, jam 12 malam. Sebenarnya ada dengannya?? Tak ada yang tau, Kwangmin dan Youngmin menyusul keluar dari mobil tadi, mereka berusaha merangkul kakak mereka itu namun Yeonra menepisnya dan melangkah gontai membuka pintu pagar rumah mungil itu. Dia mabuk setelah minum beberapa gelas arak beras – sebenarnya Yeonra bukanlah peminum yang baik bahkan tadi itu pertama kalinya ia minum – Youngmin kembali berusaha merangkul Yeonra namun ditepisnya lagi tangan Youngmin
“pulanglah kalian berdua… na gwenchana” ucap Yeonra dingin lalu membuka pintu depan rumahnya. Suasana gelap gulita menyambut Yeonra, berlanjut dengan keheningan panjang ketika suara mesin mobil tadi semakin menjauh dan di telan gelap malam.
“noona”
Yeonra melihat sekeliling. Hening. Namun suara serak itu kembali memanggilnya, tiba-tiba sebuah tangan dingin menyentuh tangan Yeonra, seluruh tubuhnya tiba-tiba menegang
“noona, neo eodi chulsin-iya?” Tanya suara itu lemah
“minwoo-ssi?” Yeonra berbalik, samar-samar dia melihat sebuah wajah dengan jarak yang lumayan dekat dari balik kegelapan itu “neo gwenchani??” Tanya Yeonra panik. Entah kenapa efek arak beras itu hilang ketika tangan dingin Minwoo menyentuh tangannya.
“pegopayo~~” sahut Minwoo
“pffttt.. hahahahahahahaha.. nyalakan lampunya, aku akan masakan kau sesuatu”
“mati lampu.. disini mati lampu”
“astaga.. sudahlah.. kita keruang tengah saja.. aku punya beberapa camilan untukmu”
“kau tak marah padaku?” Tanya Minwoo
“eh? Soal yang tadi pagi? Eemm aku tak marah, Cuma sedikit merasa aneh saja. Sudah kubilang jangan gunakan formalitas di depanku.. kita santai saja”
Mungkin di detik ini kau dan aku semakin dekat, namun semakin dekat perasaan ini semakin banyak ruang tertutup yang tak bisa kumasuki. Hingga akhirnya aku merasa tak bisa menjadi milikmu dan memilikimu sepenuhnya, cerita macam apa ini? Apa kau memang berjalan di plot seharusnya? Atau justru aku yang berjalan di plot yang salah? Bantu aku… bantu aku mengetahui alasan sebenarnya kau begitu baik padaku.
Minwoo’s POV
Kembali aku terbangun di pagi yang sama dimana langit-langit kelabu di kamar ini menyambutku dan sinar oranye sang mentari menusuk mataku. Kamar ini.. kamar dimana pertama kalinya aku bangun di pagi yang asing. Sebelum bangkit aku memijat pelipisku.. rasa pusing ini benar-benar mengganggu. Sampai kapan sebenarnya demam ini ingin mengganggu setiap pagiku? Saat bangkit dari tempat tidur aku sempat terhuyung kembali jatuh ke atas kasur.. ternyata nyawaku belum semuanya terkumpul, aku mengerjap-ngerkaplan mataku beberapa kali. Lalu meraih handukku dan menuju kamar mandi.
“ah, noona annyeong~” sapaku. Yeoja itu tersenyum padaku dan melangkah di depanku tanpa membalas sapaanku. Yeppeo~ itu kesan pertamaku untuknya pagi ini. Kelihatannya pagi ini dia memiliki kelas di pagi hari, mungkinkah aku bisa mengajaknya pergi sore nanti?
“Noona!!!” panggilku
“de?” dia berbalik. Aku mengatupkan mulutku, kenapa di saat seperti ini lidahku justru tak bekerja sesuai dengan keinginanku. Kenapa sulit sekali digerakkan
“waeyo?” tanyanya setelah cukup lama aku terdiam
“eeemmm…. Bagaimana kalau sore nanti noona menemaniku……..” ayo Minwoo~ya rangkai kata-kata yang tadi sudah kau fikirkan!!
“temani kemana?”
“membeli buku pelajaran”
Pabo. Kenapa yang justru kuucapkan malah buku keparat itu, mungkin nanti aku takkan pernah menggunakannya kau bodoh Minwoo~ya.
“oke.. jam 4 sore setelah aku pulang kau sudah harus siap.. jika belum kau beli sendiri” ancam Yeonra-noona. Sebuah senyuman mengembang di bibirku, berhasil… tapi mengingat kata buku pelajaran justru membuatku ingin muntah. Kau bahkan takkan pernah membuka buku itu Minwoo~ya.
---
Siang ini menjadi siang yang sama seperti 2 hari yang lalu, yang kulakukan hanya memainkan ponselku dan berbaring di atas sofa di ruang tengah. Berkali-kali aku mengecek jam yang sepertinya berhenti berdetak, dan benar saja. Rasanya sejak tadi jarum detik itu tak berputar.. cih~ satu jam saja rasanya seperti setahun. Tinggal menunggu 1 jam lagi sebelum jam 4 sore rasanya seperti menghabiskan waktu seumur hidupku, aish.. ada apa sebenarnya dengan semua ini?? Ingat No Minwoo yeoja yang sering kau temui setiap hari itu belum kau kenali sama sekali. Belum tentu dia orang yang sama seperti yang kau temui 8 tahun yang lalu. Atau jangan-jangan justru aku salah orang di dunia ini Jo Yeonra itu bukan nama satu orang pasti di Korea ini banyak yang bernama Jo Yeonra.. aiiiiisssssssss… aku kembali mengacak rambutku asal.
“di dunia ini yang bernama Jo Yeonra itu tak mungkin hanya satu orang kau sama saja mencari jarum dalam jerami… sudahlah ikuti permintaan appa”
“andwaeyo~ bagiku hanya dia yang bisa melihat dan mengerti semuanya..”
“mengerti apa maksudmu??”
“dia mengerti apa yang appa tak mengerti tentangku”
“pertanyaanku sekarang apa dia mengenalmu?”
Potongan masa lalu itu benar-benar membuatku selalu berfikiran pesimis.
Ponselku tiba-tiba bergetar.. telepon dari Youngmin-hyung aiss
“yeoboseyo?”
“YAK NO MIN WOO!!!! Kemana saja kau tak masuk berhari-hari?”
“banyak alasannya, besok aku kembali ke sekolah”
“banyak alasan?? Hmmm.. geurae. Ah! Neo aboji tak memarahimu lagi?”
“tidak… ya sudah aku mau istirahat.. aku sedang tak enak badan.. sampai ketemu besok
“ne… annyeong”
“ketemu bukunya?” Tanya Yeonra noona, jangankan ketemu bahkan aku tak tertarik membeli satupun
“sudah” aku menarik satu buku yang berisi tentang rumus-rumus Kimia,Fisika,dan Matematika.. ya, kurasa ini memang benar-benar kuperlukan mengingat nilaiku di ujian kemarin, ujian dengan nilai terindah seumur hidupku. Haruskah kusebutkan berapa nilainya?? Sebaiknya tidak usah. Yeonra noona membuka-buka halaman buku itu sambil tersenyum lalu menuntunku ke kasir, sesaat aku mendengarnya memuji buku pilihanku.. hehe.. rasanya bangga ada yang memuji pilihanku yang benar-benar asal itu.
“kukira kau anak pemalas… ternyata rajin juga” puji Yeonra noona dia masih saja membuka-buka halaman buku itu setelah tadi membayarnya dan sekarang kami sedang duduk santai di sebuah café
“hehehe.. tidak juga terkadang aku sangat malas.. hanya saja aku berfikir tentang kekuranganku di pelajaran jadi aku memilih buku itu” sahutku, Yeonra noona menatapku sebentar sambil tersenyum manis lalu kembali pada kegiatan awalnya
“kau anak yang pintar~ aku tau itu…”
“pintar sebelah mananya?? Dilihat dari sisi manapun aku tetap anak SMA yang malas”
“ani… matamu yang mengatakan itu padaku”
“kau anak yang baik pastinya?” ucapnya dengan seulas senyuman manis, tangannya masih sibuk mengobati luka memar di wajahku
“dilihat dari manapun aku pasti seperti seorang anak nakal”
“anniyo… matamu yang mengatakan itu padaku”
Dejavu.
Sungguh rasanya seperti dejavu, senyuman itu juga benar-benar nyata.. bayangannya dan yeoja yang ada di depanku benar-benar sama.. apa dia memang… aku dengan cepat meraih cangkir kapucino ku dan meminumnya cepat
“berapa usiamu?” Tanya Yeonra noona tiba-tiba
“eh?”
“lihat kau.. menyisakan krim di atas bibirmu.. pakai tisu ini dan bersihkan.. kau sudah dewasa” tegur Yeonra noona
“jika di drama-drama harusnya wanita yang seperti itu… lalu si pria mencium bibir wanitanya hahahahahaha jika saja aku laki-laki aku pasti akan menciummu”
Author’s POV
“jika di drama-drama harusnya wanita yang seperti itu… lalu si pria mencium bibir wanitanya hahahahahaha jika saja aku laki-laki aku pasti akan menciummu” pipi Minwoo tiba-tiba memerah
“noona, aku saja yang laki-laki tak pernah berfikir seperti itu” gerutunya
“kau terlalu cantik untuk memikirkan hal seperti itu” canda Yeonra, Minwoo mengerucutkan bibirnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, dengan malu-malu pemuda itu meminta nomor Yeonra meski Yeonra memberinya tanpa rasa sungkan sama sekali.. Minwoo berfikir, apa dia benar Jo Yeonra yang dia cari.. yeoja yang sempat menjadi payung dan tempatnya bersandar. Jika iya.. bisakah ia menggantikan posisi Yeonra ketika ia sudah sedewasa ini? Meski di sisi lain Minwoo merasa pasti diusia seperti ini Yeonra sudah memiliki sandarannya sendiri, ia pasti sudah memiliki payung yang selalu melindunginya dari teriknya matahari dan kerasnya hujan.
Bersandarlah di bahuku, lepaskan semua bebanmu dan tutup kedua matamu.. tenang saja tanganku akan selalu siap melindugi matamu dari tajamnya sorot sinar matahari. Perlahan aku menyandarkan kepalaku di atas kepalamu dan tersenyum. Uljima~ kajimarayo~
Haiiiiiii XD
Aku kembali lagi dengan FF baru yang ga akan terlalu panjang ini.. FF BAD GIRL juga lagi kuproses ini Cuma selingan untuk lampiasin inspirasi yang selalu melenceng dari FF yang lagi berjalan #halah oh ya, mian kalo pendek~ soalnya ini GC abis kompinya mau dipake XD
Main castnya No Min Woo bocah tengik super ganteng yang merupakan magnae dari Band Boyfriend.. kalo dipikir-pikir Cuma Minwoo yang aku pasangin sama diri sendiri setelah ATL tamat~ kkkkk… SPOILER ALLERT : NO MIN WOO IS MINE KEKEKEKEK~ Kau boleh bawa pulang Kwangmin atau Youngmin asal Minwoo tetap bersamaku hahahah #evil. Oke daripada makin kacau mending Author ciao dulu ya? ._.V Gyu udah mulai ngajakin aku dan para suamiku main ular tangga nih *ga ada permainan yang lebih elit apa kali ya?* oh ya, JANGAN LUPA RCL SOB THANKS~
Dewa-dewa.,
Aideu~~~n
No comments:
Post a Comment