"Selena??" Maggie menarik sebuah bantal dari punggungnya lalu memangkunya, matanya masih menatap Rachel tak percaya
"Iya.." Jawab Rachel singkat, dia duduk bersila di tengah kasur membelakangi Maggie
"Kau kecewa?" Tanya Maggie dengan nada sedikit menggoda
"Haha.. Tidak jugaaaa" jawab Rachel,
"Lo?"
"Toh, aku juga sudah tau dialah gadis spesial milik Justin" Rachel menoleh ke belakang dilihatnya Maggie yang mengangkat sebelah alisnya.
"Bēsu ni wa, rikai suru no wa muzukashiidesu (dasar, kau memang sulit kumengerti)" gerutu Maggie
"Hahaha Watashi ga rikai suru no ni tazuneta koto wa nai (aku tak pernah memintamu untuk mengerti)"
"Anata wa uso o tsuite iru! (Kau bohong!)" Maggie melemparkan bantal yaang tengah ia paangku ke kepala Rachel
______________
"Just, sibuk sekali kau? Tumben,tumbenan" kataa Chaz saat ia masuk ke kamar dan mendapati Justin tengah menulis sesuatu di iPhonenya, tak lama dia menyalin apa yang dia tulis di iPhone ke atas kertas
"Alamat apa itu?" Tanya Chaz dia merampas kertas dimanaa Justin menulis tadi
"Heei! Itu alamat rahasia!!" Justin merebut kertas itu dari genggaman Chaz
"Dasar kau!"
Esok paginya
"Kiriman pakeeeettt!!!" Seru Shindong, dia kembali masuk ke dalam villa setelah menerima sebuah paket tadi
"Untuk?" Tanya semua orang bersamaan
"Biar kulihaat... Hmmm, Rachel" katanya seraya melihat sebuah kertas yang tertempel di atas paket itu
"Untukku? Dari?" Rachel muncul dari dapur dan langsung mendekati Shindong dia membaca darimana asalnya
"Astern west... Heee?! Seperti nama pondok waktu itu saja" katanya
"Astern West?"
"Iya... Dulu aku pernah menginap di pondok itu sebenarnya itu nama hotel, mungkin ini kiriman dari hotel itu"
Rachel kembali masuk ke kamarnya, ia letakan kotak yang lumayan besar itu di tengah kasur. Dia berfikir sejenak mempertimbangkan untuk membukanya atau tidak,
"Baiklah apa isinya..." Katanya seraya membuka bungkusan kotak itu, di dalamnya terdapat 3 buah kotak bernomor, 14, 31, dan 43
"Dominan angka 143, pasti Cody" terka Rachel, dia membuka kotak bernomor 14 terdapat sebuah jam tangan berwarna biru. "Tuh kan, ini warna favorit Cody pasti dari dia" Rachel tersenyum kemudian ia membuka kotak bernomor 31 berisi sebuah gelang kaki dengan hiasan lonceng tapi tak berbunyi hanya bentuknya yang menyerupai lonceng kecil, kotak terakhir, bentuknya persegi panjang, dan lebih tipis. Rachel membukanya
"Gotcha! Haha It's me, kau akan mengenaliku dari 2 kado tadi kan, ya,ya aku tau sangat mudah mengenaliku dengan 2 kado itu. Ini aku Cody, tanpa basa-basi lagi aku hanya mau melunasi hutang janjiku untuk membelikanmu hadiah, semoga kau nikmati hadiahmu"
Begitulah isi kotak bernomor 43,
"Ko.. Seperti bukan tulisan Cody ya"
________________
"Kau bilang Selena???? Bodoooohhhh" Heechul menjitak kepala Justin, begitu mendengar cerita Justin saat itu
"Hehe, aku keceplosan, dan sangat menyesal sekarang" Justin menundukkan wajahnya
"Sekarang bagaimana? Apa perlu kita masukan saja Justin ke WGM??" Tanya Kyu meminta pendapat pada yang lain
"Kau cari mati!!" Leeteuk menjitak kepala Kyu "itu sama saja kita menjebloskan Justin dan Rachel ke dalam jurang" lanjutnya
Semuanya sudah kembali ke Seoul, ya.. Liburan di villa memang hanya sebentar, lagipula, mereka bisa kembali kesana saat liburan musim panas
"Jadi, liburan minggu depan, kau ke Atlanta?" Tanya Tsuji yang kini duduk di hadapan Rachel, ternyata gadis keturunan Jepang ini berkuliah di Hakwon, bukan di Todai seperti e-mail yang diterima Rachel 2 bulan yang lalu
"Ya begitulah.. Aku rindu dengan keluargaku disana" Rachel tersenyum pada Tsuji teman lamanya "Cody menjemput?" Tsuji menembakan kalimat tadi dan berhasil mengejutkan Rachel
"Ah tidak.. Tapi bisa jadi" jawabnya, dengan pandangan masih menuju buku yang dibawanya
"Woow.. Kalian sesungguhnya cocok menjadi sepasang kekasih, kenapa tak menjalin hubungan?" Tanya Tsuji
"Seandainya aku bisa" Rachel menatap Tsuji dengan senyuman jail, Tsuji memukul pundak Rachel perlahan. "Kau ini.. Memangnya aku akan cemburu apa?" Ujar Tsuji yang di akhiri sebuah tawa "bisa jadii.. Kau kan Simpsonizer, bisa saja nanti kau membunuhku karena tak terima idolanya dipacari gadis liar sepertiku"
"Woow... Liar?? Memangnya kau tinggal di hutan?" Ledek Tsuji
"Tidak sii.. Tapi kalau dipikir-pikir aku ini gadis yang berkeliling dunia tanpa pengawasan secara langsung, bagaimana tidak bisa disebut liar?" Jelas Rachel, dia melipat buku yang dia baca, dan menundukan kepalanya seperti sedang berfikir
"Kalau kau gadis liar, berarti aku juga begitu.. Karena aku juga mengikuti Justin keliling dunia, aku juga kuliah di Korea karena mendengar Justin kuliah disini" jelas Tsuji dia menggenggam tangan Rachel yang tergenggam
"Kau mau bertemu dengannya?" Tawar Rachel, Tsuji mengangguk penuh semangat
"Wah! Rachel meneleponku!!! Bagaimana ini???" Tanya Justin dia menolehkan wajahnya ke segala arah
"Buang hpmu" usul Kyu dengan wajah datar, Justin mengerutkan alisnya "angkat bodoh!!!" Seru yang lainnya bersamaan, Justin perlahan menekan tombol accept, dan meletakan iPhone di telinganya, semua orang yang ada disana mengerumuni Justin berharap bisa mendengar apa yang Justin dan Rachel bicarakan
"Dia mengajak bertemu" ucap Justin begitu percakapannya dengan Rachel selesai, "benarkah?? Temui dia??!!"
Justin melangkah menuju tempat yang dijanjikannya dengan Rachel , ia dapati Rachel tak sendirian ada seorang gadis di sebrangnya, Justin tak yakin ini sebuah pertemuan 4 mata, wajahnya sedikit menunjukan ekspresi tak puas.
_______________
"Jadi.. Gosip itu benar??" Tanya Tsuji pada Justin yang duduk di sebrangnya bersama dengan Rachel, Justin tersenyum kemudian mengangguk
"Semoga kau cepat sembuh" imbuh Tsuji, Justin kembali mengangguk
"Masih di tingkat spontaneus pneumothorax? Atau sudah secondary?" Tanya Tsuji gadis ini memang mengambil jurusan dokter jadi wajar jika dia ingin tau
"Aku belum periksa lagi" jawab Justin
"Lo?? Ko seperti itu Just?? Bahaya lo" tambah Rachel
"Aku belum ada waktu lagi.. Tapi dilihat dari kambuhnya sepertinya masih spontaneus" ujar Justin
"Semoga tidak memarah.. Pneumothorax itu penyakit mengerikan" ucap Rachel "memang aku tak begitu mengerti yang seperti itu, tapi melihatmu kambuh saat itu sepertinya sangat sakit" tambahnya, Justin tersenyum senang, karena Rachel mengkhawatirkannya, mereka bertiga mengalihkan pembicaraan menjadi sesuatu yang lebih menarik.
_______________
"Aaw.." Rintih Justin, lagi, tangannya teriris pisau lagi, ini untuk ke 3 kalinya, Caitlin menatapnya sebentar lalu tertawa kecil
"Malah ketawa" gerutu Justin, dia memegangi jari kelingkingnya yang menjadi korban pengirisan -- wew, sadis ckckck -- itu.
"Sini! Sudah kubilang.. Jangan sok memasak, 3 kali keiris kan?" Ledek Caitlin dia menarik Justin ke ruang tengan untu mengobati lukanya itu, Justin menggembungkan sebelah pipinya, "iih.. Kau ini lucu sekali" Cailtin mencubit pipi Justin untuk ke 2 kalinya pada malam itu
"Sudah 2 kali kau mencubit pipiku.. Kau gemas, hobi, atau apa??" Protes Justin sambil mengelus pipinya yang sedikit merah itu
"Just, tanganmu kenapa ada lebam begini??" Ujar Caitlin, "hee?" Komentar Justin, dia melihat punggung tangannya memang ada lebam tapi dia tak ingat sejak kapan muncul luka itu, rasanya dia tak membentur apapun sejak pagi.
"Kamu kumat lagi?" Tanya Cailtin, Justin menggeleng dan membantah apa yang Caitlin katakan barusan
"Takutnya ini pertanda kadar oksigen di darahmu berkurang.. Kita ke rumah sakit ya?" Ajak Caitlin
"Tidak.. Tidak perlu.. Jangan malam ini besok saja" pinta Justin
"Besok kau ke bandara! Katanya mau pulang ke Atlanta" ucap Caitlin seraya menjitak kepala Justin.
"Sudah kau cubit sekarang kau jitak aku juga, kenapa tak sekalian tonjok aku" protes Justin lagi
"Maaf"
_________________
"Besok kau ke Atlanta? Dan nanti malam Cody menjemputmu begitu?" Tanya Maggie, yang sedang menonton TV di ruang tengah
"Begitulah.. Tapi, Cody memang akan kemari malam ini, tapi.. Aku dan Cody ke Atlanta lusa bukan besok" jelas Rachel, dia duduk di samping Maggie dan langsung menyambar keripik kentang yang sedang digenggam sahabatnya itu
Ting tong
Bel berbunyi tanda mereka berdua kedatangan tamu, Maggie beranjak dari tempatnya duduk dan mendekati pintu. Tebak siapa yang berada di balik pintu? Ya! Itu Cody, Maggie segera memeluk pria tinggi berambut pirang itu
"Hahaha... Aku datang" katanya perlahan, Rachel yang merasa aneh dengan suara itu ikut bangkit dari tempatnya duduk dan mendekati pintu depan, didapatinya Cody dan Maggie yang tengah berpelukan. Racchel bersandar di tembok dsambil melipat kedua tangannya di depan dada
"Eheeem" katanya "kalau mau pacaran jangan di depan pintu" ledeknya
"Itu pelukan untuk fans ke idola.. Kau mau aku dibunuh Chaz" kata Maggie
"Hahaha habis kalian mesra" ujar Rachel dia berjalan terlebih dulu menuju ruang tengah
"Apartementnya sungguh nyaman.. Aroma kayu manisnya juga sangat menyengat" puji Cody begitu ia melangkahkan kakinya memasuki apartement itu
"Itu kesukaanya Maggie, entah kenapa dia begitu menggemari kayu manis" ujar Rachel yang masih sibuk mengunyah kripik kentang dan pandangan menuju TV.
Maggie menuntun Cody untuk sampai di kamarnya, tak lama bel kembali berbunyi, kali ini Rachel yang membukanya, betapa terkejutnya ia mendapati 3 orang teman kulaihnya yakni Siwon,Heechul, dan Yesung datang berkunjung dengan membawa makanan.
"Kalian?" Sambut Rachel, 3 orang itu hanya tersenyum. Heechul mulai melangkah masuk mendahului yang lainnya begitu Rachel mempersilahkan 3 tamu tak undang itu masuk.
____________
Justin menatap luka lebam di tangannya tidak sakit, memang hanya sedikit. Dia mengingat-ingat pakah punggung tangannya ini sempat terbentur namun ia tak menyadarinya? Sepertinya tidak. Justin menghela nafas panjang kemudian membantingkan tubuhnya ke atas kasur, matanya tertutup dan tangan kanannya memegangi dadanya
"Rachel" lirihnya
"Just, ada Ryan mampir..." Caitlin membuka pintu kamar Justin, dan ia dapati Justin sudah tertidur pulas di atas kasurnya. Perlahan Caitlin melangkah masuk kemudian duduk di samping Justin ia belai rambut lembut Jutin sambil tersenyum manis.
"Just?" Caitlin menggerak-gerakan badan Justin, baru ia sadari kenapa badan Justin panas? Tapi tangannya dingin sedingin es "Just, kau sakit?" Katanya lagi. Justin perlahan membukaa matanya dan menatap Caitlin matanya merah karena baru saja bangun dari tidur singkatnya
"Ada apa Cait?" Tanyanya, ia segera bangkit dan menggosok-gosok matanya
"Kau sakit? Badanmu panas" ucap Caitlin ia memegang kening Justin
"Perasaanmu saja kali.. Aku baik-baik saja, suhu tubuhku normal" ungkap Justin dia memegang tengkuknya
"Benarkah? Lalu kenapa tanganmu dingin?" Tanya Caitlin lagi
"Entah..." Justin mengangkat kedua bahunya
"Jangan banyak alasan! Kita ke rumah sakit malam ini! Ada Ryan di bawah ayo!" Caitlin langsung menarik tangan Justin keluar dari kamarnya
____________
"Hooo... Ini si penyanyi IYIYI itu.. Ganteng tak seperti kau" ledek Heechul, dia kembali menyuap sepotong kue pedas sambil terus mengejek Yesung
"Aigoo.. Kejam sekali kau Hyung!" Protes Yesung yang tak terima dirinya di ejek seperti itu
"Biar" balas Heechul
"Ngomong-ngomong kalian ada perlu apa kemari?" Tanya Rachel
"Kami.. Hanya mampir" jawab Siwon, dia memamerkan senyumnya
"Ini tak seperti biasanya.. Kalian pasti ada maunya" terka Rachel dia menunjuk wajah 3 pria yang sedang melahap kue pedas itu bergantian
"Hahaha ketahuan kita.. Sebenarnya.. Kami..."
_____________
"Lily!" Panggil Justin C. Dari lantai bawah, yang berhasil membuat Lily kaget, gadis itu segera memenuhi panggilan kakanya
"Apa?" Katanya dengan malas
"Besok kita Korea! Harus!" Katanya mantap
"Kenapa?"
"Justin.. Dirawat!!" Katanya lagi dia mulai melangkah memasuki kamarnya
"Benarkah?? Kakak, ini bukan april mop atau hari ulang tahunku jadi jangan bohongi aku!" Ucap Lily
"Jika masalah Justin saja kau peduli.. Tidak lah, dia baik-baik saja disana.." Ujar kakanya, Lily segera mencubit pinggang kaka menyebalkanya ini
"Ly, kaka mohon, jangan ganggu Justin lagi" kata kakaknya sebelum dia memasuki kamarnya, Lily menatap pintu kamar yang kini telah menutup itu dengan pandangan kosong
"Tidak selama aku belum mendapatkan Justin" bisik Lily, ia pun memasuki kamarnya tanpa mengucapkan selamat malam pada kakaknya
Beberapa detik setelah pintu kamar Lily tertutup Justin C. Kembali menatap keluar, mata birunya melihat pintu kamar adiknya
"aku sudah tau kelakuan burukmu Ly, jadi minggu depan aku akan membawamu ke Paris dan kita kuliah disana, jadi kau tak bisa menganggu Justin" katanya, Justin C. Kembali menutup pintu kamarnya
ceritanya menarik,meski ada beberapa kesalahan tanda baca ^^...cerita original kah ini?
ReplyDeletesalam kenal dan keep writing :))