Saturday, April 30, 2011

Packed for Love (10)

Selesai makan, Justin mengajakmu ke sebuah tempat. Yang kamu sendiri tidak tau dimana, setiap kamu menanyakan kemana tujuan yang dimaksud oleh Justin, dia hanya diam dan terus tersenyum. Akhirnya, kamu diam dan menatap keluar kaca mobil, hujan turun lumayan deras malam itu.

"Justin, diluar hujan, apa tak sebaiknya kita pulang saja?" Katamu
"Tidak, tidak, sebentar lagi sampai" jawabnya. Kamu menatapnya dengan tatapan bingung. Sesekali Justin juga menoleh ke arahmu, dan tersenyum kamu hanya diam saja melihat tingkah anehnya itu.

"Oke, akan kukatan semuanya malam ini.. Kuharap tindakanku ini benar dan tidak menimbulkan masalah besar nantinya, oke Justin kau pasti bisa! Never Say Never!" Katanya dalam hati.

"Sebenarnya Justin mau mengajakku kemana si? Rasanya dia benar-benar ingin sekali membawaku kesana, sebenarnya ada apa disana" katamu dalam hati dengan tatapan terus menatap Justin yang konsentrasi menyetir.

***

"Bosannya sendirian.... Aku benci liburan musim dingin ga bisa ketemu Yair... Aaahhh!!! Kenapa si kau ini Nadya!!!" Nadya mengomel-ngomel sendiri di kamarnya, hari itu hari paling menyebalkan baginya, dan juga malam terburuk yang pernah dia alami. Dia terus memainkan game dari PSP putihnya di dalam kamar. Tapi tetap saja game yang dia mainkan tak dapat mengobati rasa bosannya, tak lama ponselnya berdering tanda e-mail masuk.

From : YairDanor@aol.com
To : nadyagisella15@hotmail.com
Subject : Nad

Janjian ketemuan ya malam ini? Aku mau bilang sesuatu yang penting! Kutunggu di depan taman kota waktu itu

Nadya menatap layar ponselnya tak percaya,

"Bicara? Penting? Tumben," katanya dalam hati.

***

Ternyata Justin mengajakmu ke tempat paling romantis di Paris, menara eiffel (pasti salah nulisnya -,-" ). Dia menggenggam tanganmu erat seperti takkan pernah dilepaskan. Dan tatapan matanya membuatmu yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Justin. Saat akan keluar dari mobil, Justin mencegahmu, dia keluar duluan, dan membukakanmu pintu mobilnya. Dia memayungimu menggunakan jaketnya.

"Justin? Ga usah dipayungin ginii" protesmu
"Udah ga apa-apa.. Aku juga tak keberatan ko" katanya sambil tersenyum
"Terserahlah" kamu memutar matamu.

Kalian berlari menyebrangi parkiran, di tengah jalanan yang becek dan hujan yang sepertinya semakin deras saja.

***

Cody baru saja menyelesaikan latihan dancenya dengan beberapa Dancers barunya dari Korea.

"Kalian keren guys!" Katanya sambil melambaikan tangannya, dia berjalan keluar dengan botol air mineral di tangan kanannya dan iPhone di tangan kirinya (Author baru tau Cody pake iPhone lo #gananya).

"Ko tumben Rachel ga ngirim e-mail..." Hening

"Ko jadi mengharapkan e-mail darinya si?! Aahh! Sadar kau Cody!!!" Ucapnya sambil memukul-mukul kepalanya menggunakan botol tadi.

Cody menoleh ke arah kanan dimana tadi dia menyimpan tasnya. Dia melihatmu duduk disana sedang membaca majalah, Cody menggelengkan kepalanya lalu merenyitkan matanya. Lalu menatap kursi tadi, bayanganmu pun menghilang.

"Okay Cody, this is Crazy, you must find her!" Katanya pada dirinya sendiri.

Cody meraih tasnya, lalu turun ke lantai bawah melalui tangga padahal biasanya dia menggunakan lift. Dia menepuk pundak seorang gadis berjilbab di dekat pintu keluar

"Cody, mau kemana kau?" Tanyanya
"Aku mau menemui temanku.. Oh ya, nanti kirimkan aku jadwal selanjutnya ya chan!" Serunya
"Chan? Hei, namaku Nu bukan Chan, memang semua yang ada disini memanggilku Nuchan, bukan berarti namaku Chan Okay?" Jawab gadis itu dengan nada jengkel
"Oke Chan, hahahaa"
"Codyyy!!!!!" Hardiknya, Cody buru-buru kabur dan menaiki mobilnya yang sudah terparkir di depan, karena terburu-buru tak sengaja kepalanya membentur bagian atas mobil dengan sukses

"Makanya jadi cowo jangan tinggi-tinggi kaya tiang listrik!!" Ledek Nuchan, Cody masuk ke mobilnya lalu membuka jendela sedikit dan menjulurkan lidahnya

"Chan jelek!" Balasnya, dia langsung tancap gas menuju hotel terlebih dulu sebelum dia mencarimu.

Di perjalanan dia mencoba menghubungi ponselmu dengan cara meneleponnya.

***

Sementara itu, kamu dan Justin ada di bagian atas Hall (bukan di atap) Justin bilang dia ingin mengatakan sesuatu dan kamu menunggunya.

"Jadi kamu mau bilang apa Justin?" Tanyamu
"Eem.. Sebenarnya aku..." Katanya agak terbata, kamu yakin kalau dia sangat gugup saat itu.
"Sebenarnya aku men...." Omongan Justin terpotong, karena ponselmy berdering, kamu meminta izin padanya untuk mengangkat telepon itu. Kamu tersenyum sebentar untuk mengurangi rasa kecewanya.

"Ya?" katamu
"Rachel? Ini aku Cody, bisa kita bertemu?" Ucap Cody diujung telepon
"Sepertinya tidak bisa Cody, aku sedang di Paris" jawabmu, Justin mengangkat wajahnya yang tertunduk begitu mendengar nama Cody. "Cody?? Mau apa dia?" Katanya dalam hati
"Paris?? Di kota mana? Kebetulan aku ada photoshooting disana"
"Di Venice" jawabmu singkat
"Venice? Wah kebetulan sekali.. Besok kita bertemu oke?" Tawarnya
"Yessir!" Ucapmu dengan suara yang agak keras, paling tidak itu terdengar oleh Justin. Dan itu membuatnya 'panas', apalagi melihatmu tersenyum-senyum saat berbicara dengan Cody lewat telepon itu.

"Baiklah Cody, oke.. Iya sampai ketemu besok.. Hahaha.. Oke, bye, 143.. Bye!" Katamu mengakhiri percakapan. Kamu memasukan ponselmu ke dalam saku celana.

"Jadi tadi ada apa Justin?" Tanyamu dengan wajah polos seakan benar-benar tidak tau apa yang dirasakan oleh Justin -- kenyataan memang tidak tau --. Mood Justin yang secara ekspres berubah menjadi jelek itu mengurungkan niatnya untuk mengatakan 'sesuatu' itu.

"Tidak penting, lain kali saja kita bicarakan lagi" katanya dengan suara datar, kamu memasukan kedua tanganmu ke saku jaket lalu berkata dengan mudahnya "ya sudah"

"Seandainya kau tau apa yang kurasakan pasti kau takkan berkata 'ya sudah' dengan mudahnya begitu" gerutu Justin dalam hati "sudahlah, tak ada gunanya menggerutu" lanjutnya lagi masih dalam hati.

***

"YES!! Akhirnya!!! Ternyata dia di Paris!! Oke, paris bersiaplah akan adanya kekasih baru di depan menara eiffel nanti!! Eh? Tapi bagaimana kalau dia menolakku?? Ahh! Sudahlah, yang penting kuungkapkan dulu, masalah diterima atau tidaknya itu urusan nanti" ujar Cody penuh semangat.

***

"Jadi gimana Cik? Jadi?? Oh oke... Eh, oh iya ga apa-apa...iya, aku bisa berdua dengan Yair.. Apa?! E..enggak.. Ehehe doain aja ya.. Oke sip, bye" Nadya memutuskan teleponnya dan kembali menuju rak majalah dimana Yair berada, terlihat pemuda itu sedang membaca sebuah majalah tentang Mobil.

"Emang kamu ngerti tentang otomotif?" Ledek Nadya
"Enggak, aku suka aja lihat beberapa mobil keluaran baru kaya Jaguar ini.." Katanya sambil memperlihatkan sebuah foto mobil berwarna merah yang sangat keren dan mewah
"Kamu ga akan cocok nyetir mobil itu" ledek Nadya lagi
"Daripada kamu seumur-umur cuma naik sedan" balas Yair
"Ih dasar"

***

"Justin benar nih yang tadi itu tidak penting?" Tanyamu
"Kamu benar-benar ingin tau?" Tanya Justin balik
"Tentu saja" kamu ikut bersandar di pagar pembatas di lantai 2 hall itu, Justin menghela nafasnya sebentar lagi-lagi perasaan gugup dan tidak yakin menghinggapi dirinya.

"Apa?" Tanyamu lagi, pertanyaan itu membuat Justin merasa dia diburu waktu yang sangat sempit. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu merogoh saku jaket kulitnya dan mengeluarkan bungkusan putih yang persis seperti yang dia dapatkan di New York waktu itu. Kamu menatap bungkusan itu sebentar lalu melihat ke arah Justin.

"Rachel, will you be my date?" Tanyanya dengan tatapan penuh harap
"Date? With you?" Katamu tidak yakin
"Yes, will you?" Tanya Justin. Kamu memasang tampang tidak percaya, dan merasa ini hanya bagian dari latihan menyatakan perasaan.
"Are you serious?" Katamu lagi dengan perasaan tidak yakin
"I'm serious, okay if you would accept this I opened the package and you have to accept what is in here, otherwise you have to throw it away" perintah Justin. Dan lewat kata-katanya itu kamu yakin bahwa kali ini Justin serius.
"Okay" jawabmu singkat padahal kamu tidak yakin dengan apa yang kamu rasakan pada pemuda yang ada dihadapanmu saat ini. Justin sibuk membuka bungkusan tadi, begitu selesai dia mengacungkan jepitan rambut dengan hiasan pita diatasnya cantik sekali.

"So? What's your choice?" Tanya Justin lagi, kamu terdiam memandang jepitan itu.
"It's diffucult" jawabmu singkat
"kenapa sulit?"
"Bayangkan saja, kita baru mengenal selama beberapa minggu dan kau tiba-tiba memintaku untuk jadi teman kencanmu? Itu sama saja dengan kamu ingin mengenalku lebih jauh kan?" Jelasmu panjang lebar
"That's because I Love you" lirih Justin
"Omong kosong" komentarmu singkat, saat mendengar hal itu Justin yakin kamu akan menolaknya

***

Tak lama datang seorang pria yang mendekati Yair dan Nadya yang sibuk berdebat tentang mobil begitu melihat pria itu, Yair langsung mengajak Nadya pergi

"Tunggu dulu.. Aku tak bermaksud untuk mencari keributan denganmu seperti dulu" ucapnya
"Lalu? Apa maumu?" Ucap Yair dengan nada jengkel
"Aku hanya ingin mengatakan jika ayahmu sebaiknya segera menyelesaikan masalahnya dengan ayahku secepatnya ok? Dan ingatkan tentang perjanjian waktu itu. Thanks" katanya lalu berlalu setelah mengambil majalah yang Yair pegang. Nadya menatap Yair dia tidak mengerti ada apa dengan Yair dan pria tadi.

"Yair, ada apa? Kau mengenalnya?" Tanya Nadya dia berusaha mengorek informasi
"Jangan disini kita cari tempat yang enak untuk bicara" ajak Yair, Nadya mengangguk.

Yair menceritakan semuanya pada Nadya ketika mereka berdua sampai di ruang santai yang disediakan toko buku itu.

"Jadi?? Ayahmu memiliki hutang dengan penerbit Landon? Dan mereka menginginkanmu bekerja untuk mereka jika ayahmu tak sanggup membayar, begitu?" Ucap Nadya kaget dia berusaha meyakinkan apa yang dia dengar dari mulut Yair tadi. Yair hanya mengangguk pelan dengan wajah yang terus tertekuk dia akhirnya mengajak Nadya pulang.

***

Justin amsih menunggu jawabanmu, kamu sudah berfikir agak keras akhirnya satu kata kamu ungkapkan melalui mulutmu. "Yes" itu yang kamu katakan, kamu menerima jepitan rambut itu yang kemudian Justin pakaikan di rambutmu.

Dia tersenyum senang, mulai hari itu dan seterusnya kalian akan menjadi Dating Couple -- Author pernah baca kalau hal ini itu sama saja seperti pacaran tanpa status bisa juga dianggap seperti saat-saat PDKT --, tapi sampai 3 hari setelah malam itu Justin belum mengatakan bahwa dia memiliki hubungan spesial dengan Selena. Karena Justin yang mengira bahwa media takkan pernah mengangkat acara Dating Couple nya denganmu dia bebas bergandengan denganmu dimanapun dan kapanpun, tapi dugaan kalian salah Paparazzi yang selalu menguntit Justin berhasil mendapatkan foto-foto kalian hanya tinggal menunggu waktu untuk sampainya foto-foto itu ke tangan Selena.

***

Satu hari kamu mendapat janji bertemu dengan Cody di cafe Ettoile.

To : Cody

Makan disana atau cuma numpang duduk doang?? Hehe

From : Cody

Pilihan kedua! Lagipula ini belum waktunya makan siang, kutunggu

To : Cody

Dasar, oke, tunggu aku!

Hari itu kamu memakai kaus panjang warna biru langit,jeans 3/4 yang bagian bawahnya dilipat sedikit,dan sneakers kamu memakai tas selendang warna putih. Rambut aslimu yang keriting semakin terlihat saja karena masa Rebondingmu sudah lama habis. Kamu menuju tempat janji menggunakan kendaraan bis. Singkat cerita kamu sudah sampai di tempat janji dan melihat Cody ada disana, kalian saling menyapa dan mengobrol di kursi nomor 36 di dekat pintu masuk dan jendela yang menghadap jalanan.

Sampai di saat akhirnya percakapan mulai menemukan intinya kamu kaget mendengar Cody bicara seperti itu.

***

"Nadya!! Gimana niih.. Grey ga pernah balas e-mailku... Dia pasti menemukan cewe yang lebih sempurna dariku" gerutu Cika lewat telepon yang terhubung ke ponsel Nadya
"Ga mungkin Grey kaya gitu..memang si aku belum pernah ketemu.. Tapi menurutku dia tak seperti itu" jawab Nadya di sebrang sana
"Aaahh.... Kalo selingkuh gimana Nad gimanaaaa?!?!?!" Omel Cika, di saat sama Nadya menjauhkan speaker telepon dari telinganya.
"Dia bukan orang kaya gitu Cik" ucap Nadya lagi
"Kalo iya gimana??"
"Sukur" ledek Nadya
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!! Nadyaaa!!! Serius dong!!!" Hardik Cika jengkel, dia langsung memutuskan telepon. Tak lama mamanya memanggilnya dari ruang tengah, Cika buru-buru keluar dari kamarnya, saat keluar. Betapa terkejutnya dia melihat Greyson ada di depan pintu kamarnya dengan membawa sebucket Bunga mawar warna putih.

"Hello, my princess" sapanya

Tanpa pikir panjang lagi Cika memeluk Grey saat itu juga. Grey tersenyum lalu membalas pelukan Cika itu.

***

"Pasti sekarang Cika marah.. Aaah, biarlah, oh ya, aku harus menemui Mrs. Chyntia hari ini bahaya kalo telat" Nadya segera membereskan buku-bukunya yang letaknya diatas meja belajar lalu memasukannya aasal ke dalam tas dan berlari menuju keluar rumah tanpa menghiraukan ocehan mamanya sedikitpun karena dia membanting pintu rumah saat keluar tadi.

Singkat cerita, Nadya sampai di tempatnya les piano bersama dengan Yair. Saat melewati koridor tengah dia melihat Yair sedang memainkan piano putih di studio, dia menghentikan langkahnya dan memandang Yair dari luar jendela. Dia tersenyum melihat Yair memainkan puluhan tuts disana.

"Dia keren sekali" ucapnya dalam hati

Yair selesai memainkan pianonya dia menatap Nadya yang ada diluar studio lalu tersenyum ke arahnya.

"Apa?" Ucap Nadya, ternyata Yair memberi sinyal agar Nadya masuk ke studio, Nadya melangkah masuk. Dan menemui Yair didalam. Yair menepuk tempat yang kosong disebelahnya.

"Nad, aku baru saja membuat lagu, dengarkan ya?" Pintanya, Nadyapun mengangguk

***

"Cody?? Are you sure about that?" Katamu tak percaya
"Yes I am!" Ucap Cody mantap
"But.. I.. I can't, tapi dengarkan dulu.. Bukan berarti aku menolakmu. Aku hanya ingin seirus dulu dengan Dating Couple dengan Justin. Kita bisa bersahabat kan?" Jelasmu
"Dating Couple?? Dengan Justin???" Cody membelalakan matanya tak percaya, kamu bingung
"Ada apa?" Tanyamu
"Tidak ada, hanya saja itu hal yang unbelievable" jawab Cody


***

Yair selesai menyanyikan lagu buatannya itu, Nadya bertepuk tangan setelah Yair selesai mengucapkan kalimat terakhir dari lagu itu.

"What a cool song, Yair!" Puji Nadya
"Thanks" Yair tersipu malu "tapi kau tau? Aku menciptakan lagu itu untuk seseorang" ucap Yair
"Siapa?" Tanya Nadya
"Ikut aku!" Yair menarik tangan Nadya menuju satu tempat, dia mnegajak Nadya ke tempat yang dipenuhi oleh cermin.

"Untuk apaa kita kesini?" Tanya Nadya
"Untuk tau sesuatu" jawab Yair singkat, dia menghadapkan Nadya ke sebuah kaca lalu dia berdiri dibelakangnya
"Apa yang kau lihat?" Tanya Yair
"Eeem.. Aku dan kamu dibelakangku" jawab Nadya
"Salah!"
"Lo? Jadi?"
"Aku melihat sepasang kekasih disana"
Nadya membalikkan badannya, dan menatap Yair.
"Maksudnya?" Katanya
"Nadya, would you be my girlfriend?" Pinta Yair, dia menggenggam kedua tangan Nadya erat. Nadya melihat ada keseriusan di mata Yair dan dengan mudahnya tanpa perintah dari otak terlebih dulu dia menjawab 'iya'. Dan jawaban Nadya membuat senyuman puas di wajah Yair mulai mengembang, dia memeluk Nadya saat itu juga.

***

3 bulan kemudian, kamu diminta ibumu datang ke Atlanta di at kamu bu saj tib di Korea karena Licca masuk rumah sakit. Kamu menurut karena Licca adalah bagian dari keluargamu, di saat yang sama saat kamu pulang ke Atlanta, Selena baru saja tiba di rumah Justin di membawa sebuah map berwarna merah. Justin membukakan pintu,

"Sel, ada apa?" Tanya Justin
"Ini apa?" Selena menunjukan map itu lalu memberikannya pada Justin.map itu berisi foto-fotomu dan Justin saat Dating Couple di Paris dan Inggris.
"Sel, aku bisa jelaskan"
"Jangan jelaskan padaku, tapi pada media!" Perintah Selena, dia melangkah pergi meninggalkan rumah Justin, Justin segera mengejarnya dan memeluknya dari belakang

"Please don't go" pintanya.

Sore harinya, Justin membuka semuanya, dia mengatakan bahwa hubungannya dengan Selena baik-baik saja, dan baginya hanya ada Selena dihatinya . Berita langsung tersebar, esok harinya di Atlanta, Berita itu sampai di telingamu, dan kamu baru tau bahwa Justin sudah berhubungan dengan Selena, jauh sebelum kalian melakukan Dating Couple.

Malam harinya, sepulang menjenguk Licca, kamu memint Justin menemuimu di cofee shop di sisi kota Atlanta.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sudah mendjai kekasihnya Selena hah?" Kamu membuka percakapan dengan Justin melalui kalimat itu.
"Maaf, aku sebenarnya tidak mencintainya aku..."
"Hanya mencintaimu?? Itu yang mau kamu katakan?? Hah? Jangan sesumbar! Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal hah?" Katamu
"Maaf Rachel, aku tak bermaksud..."

Kamu melepaskan jepitan rambut pemberian Justin lalu menyodorkannya pada Justin sambil tersenyum

"Dengarkan aku.. Takkan ada cerita dalam sebuah rahasia.. Kita selesai, aku harap kamu bahagia dengan Selly" kamu menebar senyuman di depan Justin, lalu melangkah pergi. Justin tentu mengejarmu sampai keluar cofee shop angin musim semi yang dingin menyentuh kulit Justin dan kulitmu.

"Rachel kumohon... Biarkan aku..."
"Justin, kamu harus mengerti, kita tidak bisa berhubungan seperti ini di luar batas sahabat. Kamu sudah bersama Selena bahagiakan dia" katamu sambil melepaskan genggaman Justin, kamu berjalan cepat meninggalkannya dengan sesekali brlari untu mepep langkahmu agar Justin tida tau bahwa kamu menangis.

Sementara Justin berjalan lesu masuk kedalam cofee shop dan kembali duduk di kurisnya tadi, dia menutupi wajahnya dengan topinya, agar tak ada yang tau bahwa Justin juga menangis.

Dia mengangkat wajahnya dan menatap jepitan rambut tadi dengan tatapan kosong. Lalu memasukannya kedalam saku mantelnya dan kembali menutupi wajahnya.

"Kau bodoh Justin, kau bodoh" lirihnya.

No comments:

Post a Comment