Saturday, April 30, 2011

Packed for Love (19)

"Mau kubantu tidak?" Tegas Donghae
"Iya,iya" sahut Justin dia terlihat malas
"Punya alamat rumahnya?"
"Sepertinya ini, tapi aku juga tidak tau"

Duak! Jitakan melayang di kepala Justin, tentu saja dia merintih kesakitan dan menoleh ke belakang, sebuah kejutan! Ryan ada disana! Tak biasa teman kecil Justin itu mengunjunginya ke kampus

"Yo!" Sapanya pada Justin, Justin merespon hanya memberikan tinju kecil ke perut Ryan sambil tertawa kecil

--------------------------

"Nanti antarkan aku ke toko kaset ya, Hyung" ajak Kyu Han
"Toko kaset?? Biasanya perpustakaan??" Ledek Rachel dia tersenyum geli mendengar teman sebangkunya ini mengajaknya pergi setelah jam kuliah selesai, ia melirik Kyu Han yang menatapnya geli
"Sepertinya tidak, aku ada yang harus didiskusikan dengan Chaz dan Justin, mungkin lain kali" lanjut Rachel, dia membereskan buku-buku tentang sejarah musik itu kedalam tas coklatnya, lalu menoleh ke arah Chaz yang duduk 2 meja dari mejanya.

"Jadi?" Tanya Rachel, Chaz mengangguk, sementara Justin sibuk menulis sesuatu.

"AC dinyalakan ya?" Justin menengadahkan kepalanya dan melihat AC di kelas itu dalam keadaan menyala. Ia segera meraih sweater abunya lalu memakainya
"Justin, ikut kan?" Tanya Chaz, "hmm" jawab Justin singkat pandangannya tertuju ke arah kertas dari sketch booknya itu.

"Baiklah ayo" ajak Rachel, gadis itu berdiri di samping meja Justin dan Chaz, "tunggu sebentar, biarkan aku menyelesaikan ini dulu" jawab Justin
"Okee" komentar Rachel, dia duduk di kursi depan meja Justin "boleh aku tau apa yang kamu gambar?" Tanya Rachel sopan
"Rahasia" jawab Justin singkat "oke, akan kulanjutkan di rumah nanti.. Berangkat?" Tanya Justin dia menutup Sketch book nya lalu menyelipkan pensilnya ke pertengahan buku itu.

"Biar kubantu pegangkan" ucap Rachel, dia meraih sketch book dari tangan Justin, pemuda itu sibuk mengambil iPhone-nya dari dalam tas.
"Jangan dibuka"

--------------------------

"Rumahmu dimana?" Tanya Justin, dia dan Rachel dalam perjalanan pulang dari sebuah perpustakaan di kawasan kampus
"Di sekitar sini.. Dari sini lurus lalu belok kiri" jelas Rachel, tangannya menunjuk belokan di depan sana
"Ooh begitu.. Kamu tinggal di apartemen?" Tanya Justin dia membenarkan posisi tasnya, Rachel mengangguk lalu menatap Justin dan tersenyum manis.

"Begitu.."
"Eh, aku lupa, ada urusan.. Tak apa kan pulang sendiri?" Tanya Justin ia ingat bahwa Caitlin berpesan untuk beli makan malam, malam ini.
"Tidak apa.. Sampai jumpa"

Sebelum pergi, Justin memberikan Rachel selembar kertas. Setelah itu dia berlari pergi meninggalkan Rachel yang berniat membuka gulungan kertas putih itu. Di dalamnya tertulis :

Call me!
+16796xxxxxxxx

Rachel tersenyum membaca tulisan itu dia meraih ponselnya lalu menelepon nomor itu.

Rachel : siapa ya?
Him : me?? I'm the sexiest boy in this world
Rachel : seandainya kau dengar seberapa narsisnya engkau
Him : haha, wanna know my real name?
Rachel : yes of course
Him : Kim Hyung Man
Rachel : wow, hahaha that's funny
Him : that was not a joke! That's my name at Hangeul! (menurut Author si ini juga :p)
Rachel : yeah, I know, so, why you gave this your phone number to me? Justin?
Justin : cause when I miss you I can call you, Shawty
Rachel : stop talking me like that! I'm not your Shawty
Justin : listen, if your say that 'You are not my Shawty' I will say to you that ' You are only my shawty'
Rachel : ooh, Playboy is on action..
Justin : hahaha Sorry, Chel, I'm just kidding
Rachel : okaay,

-----------------------

"Why you're here??" Tanya Justin, saat melihat sesosok gadis yang tak asing lagi dimatanya, dia menatap gadis itu dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan.
"Aku mau menjelaskan semuanya" katanya seraya bengkit dari tempatnya duduk barusan
"Pulanglah, mau kau jelaskan apa lagi padaku?? Tak bisakah kau menunggu paling tidak 3 tahun lagi sampai aku lulus??" Tegas Justin
"Aku bisa Just, aku bisa.. Karena itu ada kesalah pahaman disini"
"Selena, I Love You Forever but, you know?? All of those words are OVER! Sekarang, kembali ke hotelmu.. Istirahat lah, besok kukirimkan kau tiket kembali ke Amerika" ucap Justin dia bermaksud melangkah masuk
"No! Justin, please listen to me" Selena menahan Justin di depan pintu.
"Udara di luar sini tidak baik untuk paru-paruku Ok? Kau mau aku kambuh?? Dan merepotkan semua orang?? Termasuk Achel?!" Nada bicara Justin mulai menaik termasuk di bagian 'Termasuk Achel'
"Who's that girl?? Is that your new GF?? Kau selingkuh??" Selena membelalakan matanya tak percaya
"Yes, she is my new GF, So, What?" Ujar Justin, dia menerobos masuk dan membanting pintu. Selena masih tak percaya dengan yang ia dengar, dia bersandar di dinding rumah kecil Justin, dan air mata mulai menetes di sudut matanya

"Justin, kau kasar padanya?! Kau kenapa si??" Ujar Caitlin, dia memang sejak tadi mendengar apa yang Justin dan Selena katakan di depan rumah
"Aku mau istirahat, jangan ganggu aku, aku mohon..." Ucap Justin suaranya terdengar sangat pelan, dia meletakan semua belanjaannya tadi di atas meja makan lalu masuk ke kamarnya.

Sementara Caitlin, berjalan keluar, tak ia temukan Selena di sana. Kelihatannya dia sudah pergi

"Justin sudah keterlaluan" ucap Caitlin, dia menutup pintu depan lalu berjalan menuju kamar Justin. Saat akan membuka pintu, terdengar seperti Justin sedang terbatuk dari dalam.

"Sepertinya nanti saja" bisik Caitlin, dia membatalkan niatnya untuk berdebat dengan Justin, ia tau ini bukan waktu yang tepat.

-------------------------

"Tadi kamu batuk-batuk lagi.. Sebaiknya kita check up ke Rumah sakit, Just" saran Caitlin di tengah makan malam mereka
"Tidak usah.. Cuma batuk biasa"
"Kalau itu bukan batuk biasa bagaimana??? Kamu tau kan penyakitmu itu ciri-cirinya seperti apa?"
"Ya.. Aku tau.. Tapi tadi cuma batuk bukan berarti apa-apa" sanggah Justin
"Ya sudah, paling tidak kau harus rutin minum obat itu lagi"
"Hah? Obat yang tidak enak itu?? Tidak,tidak" tolak Justin
"H-A-R-U-S" terdengar Caitlin seperti sedang mengancam jika seperti ini
"Oke,oke.." Akhirnya Justin menyerah sebelum berperang

Obat yang sudah 3 minggu tak Justin minum itu akhirnya harus ia minum lagi. Sebenarnya itu vitamin bukan obat. Vitamin yang ia minum di Jepang dulu, saat ia pingsan di stasiun Shibuya.

--------------------

Pagi hari, Justin sudah duduk di kursinya di kelas, ia sibuk dengan sketch booknya. Dia menggumamkan lagu Awake dari Secondhand Serenade. Salah satu dari lagu favoritnya saat ini.

Kreek, terdengar bunyi pintu kelas dibuka, Justin mendongkakkan kepalanya. Tebak siapa yang ada di depan pintu? Itu Donghae, dia berjalan masuk dan memberikan sesuatu ke atas meja Justin, sebuah amplop yang masih terbungkus rapi

"Apa ini?" Tanya Justin
"Aku temukan di depan pintu kelas" jawab Donghae singkat, dia mengangkat amplop tadi, dan membalikannya "ada nama Justin di atasnya" katanya lagi seraya menunjuk nama 'Justin Bieber' yang tertulis di atas Amplop itu.
"Ooh" komentar Justin singkat
"Kau gambar apa si" Donghae merebut sketch book dari tangan Justin dan membawanya menjauh lalu membuka halaman demi halaman. Sudah ada 12 halaman yang sudah digambari dan baru 1 yang selesai, di halaman pertama
"Skill menggambarmu, melebihi aku" kata Donghae, Justin segera merebut Sketch book itu
"Kata Lee Teuk, wanita suka jika pria melukis wajahnya dan itu yang kulakukan, tapi untuk kepuasanku sendiri" ujar Justin
"Benarkah? Berikan pada Achel itu gambar yang selesai, dia pasti suka" ujar Donghae
"Tidak.. Tidak sekarang, nanti saja"

"Hyung! Ayo ke kelas!!" Panggil Yesung dari luar kelas Justin, Donghae memberi sinyal tanda Yesung harus menunggu sebentar
"Ini advice dariku untuk hari ini, jika kau ingin mulai percakapan dengan Achel buat dia terkesan lebih dulu oke?" Ujar Donghae, Justin mengangguk tanda mengerti.

'Buat terkesan?' Batin Justin berkata

Kelas kosong, dosen yang harusnya mengajar malah tidak hadir. Kelas menjadi recok dengan mahasiswa-mahasiswa yang liar layaknya binatang lepas dari kandang. Ada yang aneh dan menarik perhatian Rachel dari sana. Justin, tak biasanya pemuda yang satu ini berbicara menggunakan bahsa Korea jika tak ada dosen.

"Aku baru tau bahwa Justin fasih sekali bahasa Koreanya" bisik Kyu Han
"Aku juga" sahut Rachel ia sibuk memainkan game di ponselnya.

"Just, tumben pake bahasa Korea, sakit kau?" Tanya Chaz ia meletakan telapak tangan di kening Justin
"Bukan bodoh! Aku dalam misi!" Sanggahnya sambil menangkis tangan Chaz
"Misi?? Heee??" Respon siswa laki-laki yang mengobrol dengan Justin
"Ssttt.. Nanti tersebar.. Misiku adalah"

Semua siswa laki-laki berempuk, terdengar seperti mendikusikan sesuatu yang penting dan rahasia. Beberapa menit merempuk, semuanya bangkit dan melempari Justin kertas atau barang-barang lain, Justin hanya tertawa sambil mengelak dari lemparan bertubi-tubi itu.

"Sial kau! Kukira apa coba!" Tambah Chaz dia memukul kepala Justin

Pintu kelas dibuka seseorang

"Permisi, aku mencari Rachel Amanda" sahut seseorang di depan pintu, gadis-gadis menjerit begitu melihat wajahnya yep, pujaan seluruh gadis di Kyuhee, Kyuhyun (hahahaha XD).
"Aku?" Rachel menunjuk wajahnya sendiri, lalu bangkit dari tempat duduknya.

Dia mendekati Kyuhyun terlihat seperti mereka sedang berbincang sebentar, Kyuhyun berpamitan lalu melangkah keluar kelas. Beberapa siswa perempuan mengejarnya keluar kelas. Saat Rachel kembali duduk di kursinya, Kyu Han bilang, jarang sekali Kyuhyun masuk ke kelas ini.

-------------------------

"Permisi, ada perlu apa?" Ucap Rachel seraya membuka pintu perpustakaan, dia tak sendiri, ada 10 orang pemuda disana, 5 gadis, dan Justin hah? Justin? Kenapa dia disini?

Rachel mengambil kursi dan duduk di antara Donghae dan Justin.

"Hei, Rachel!" Sapa Donghae tiba-tiba
"Hei" sahut Achel
"Kau bawa mobil?"
"Hah?? Eem, iya"
"Mobilnya yang mana?"
"VW warna hijau lumut.. Kenapa?"
"Ooh.. Ya sudah.. Just, ikut aku!" Donghae bangkit dari kursinya lalu menarik Justin keluar perpustakaan.

"Ma..mau apa?"

"Oi!! Dia dibutuhkan!!" Teriak seseorang dari ujung perpus
"Pinjam sebentar, ini masalah Cinta" sahut Donghae dia berlagak seperti layaknya kekasihnya Justin dia mengamit lengan Justin genit

"Tunggu, Hae,kau selingkuh!!" Bangkit seorang pemuda lagi rambutnya panjang dan pirang
"Tidak,tidak aku tidak selingkuh" sahut Donghae dia melepaskan genggaman tangannya dari Justin dan menghampirinya.

"Mereka gila" bisik Justin pada Rachel

"Maafkan, aku Cinderella"
"Tidak Fishy! Kau selingkuh" ujarnya seraya berlari pergi, seisi perpus tertawa terbahak-bahak melihat tingkah mereka berdua. Termasuk Rachel dan Justin. Tanpa sadar, Rachel bersandar di pundak Justin dan tertawa disana. Justin yang menyadari hal itu merasakan jantungnya berdebar kencang

Ibu perpustakaan tiba-tiba datang dan menjitak kepala Donghae dan si 'Cinderella' itu lalu berkata

"Dilarang ribut jika ingin tetap disini!"

"Dasar iblis" bisik Donghae, dia menghampiri Justin dan menariknya keluar.

"Aku mau dibawa kemana?????"
"Pokonya ikut aku"

Donghae menarik atau lebih tepatnya menyeret Justin keluar perpus. Sementara Rachel diam di perpustakaan dan salah seorang dari 10 pemuda tadi berdiri dan menjelaskan maksud mereka semua berkumpul disini.

"Ma..mau apa??" Tanya Justin lagi, sudah sekitar 10 kali dia menanyakan pertanyaan itu pada Donghae.
"Sekarang aku tau siapa dan bagaimana bentuk Rachel itu sebenarnya, ternyata pilihanmu bagus" Donghae menghentikan langkahnya,berbalik, dan menepuk kepala Justin, Justin semakin tak mengerti.
"Lalu? Kenapa musti keluar??"

Donghae menepuk keningnya
"Otak cowo ini tertukar dengan otak sapi ya" batin Donghae
"Apa?" Tanya Justin lagi
"Kau tau lagu favoritnya?" Tanya Donghae seraya memasukan kedua tangannya ke jaket oranye yang ia kenakan
"Eeeemmm, seingatku, dia tak punya lagu favorit secara khusus.." Jawab Justin
"Hmmm, nyanyikan lagu Super Junior saja" Donghae menaik-turunkan Alisnya
"Maumu!!"
"Hahaha.. Bagaimana tadi? Berhasil membuatnya terkesan lalu mengobrol?" Tanya Donghae balik, dia melanjutkan langkahannya, Justin mengikuti di belakang
"Bagaimana bisa berhasil?? Tadi Kyu datang dan mengajaknya rapat untuk menentukan panitia tadi" Justin tertunduk memperhatikan lantai marmer yang ia pijak
"Oh ya? Hahahaha itu si.. Kau yang tak cepat-cepat bertindak.. Jadi tersela"

Justin menghela nafas,

"Lain kali... Buat dia terkesan melebihi biasanya padamu, aku jamin, dia pasti akan suka" Donghae berbalik, dan berjalan mundur
"Hah?" Justin mendongkakan kepalanya "maksudnya buat terkesan??"
"Yaaaaa.... Buat dia kagum padamu, misalnya nilai bagus untuk tugas dan semacamnya, tunjukkan sesuatu yang paling baik yang kau miliki..." Jelas Donghae "bukan teriak 'Aku bugil'" ledeknya lagi, Donghae mulai berlari kabur, dan Justin mengejarnya.

"Heeeeeiiiiii!!! Awas kau!!!"

--------------------------

Justin duduk di atas kasurnya dengan meja kecil, dan Mac-nya diatas meja kecil tersebut, ia ingat tadi salah dosennya meminta Justin membuat sejarah perkembangan musik di Praha.

"Hoaaaaamm, baru jam 4 sore saja sudah sengantuk ini.. Eeemmmh" ujar Justin sambil meregangkan badannya, ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya

"Masuk" ucap Rachel, kini dia berada di kantor penerbit di Korea, dia berniat membuat novel fiksi yang mengambil latar masa depan dan berniat memberinya judul 'Digital Love'.

"Annyeong!" Sapa seseorang yang tadinya berada di balik pintu. Rachel mengalihkan pandangannya

"Cody!! Bagaimana kau bisa disini" ucap Rachel setengah berteriak. Cody juga berubah! Banyak berubah, tingginya mungkin sekitar 180 atau 176 cm, rambutnya berbeda sekarang terlihat lebih keren, tapi satu yang tak pernah berubah darinya, senyuman khas yang mirip dengan senyuman polos anak-anak yang Rachel harap tak berubah sampai kapapun.

"Hahahahahaha this is a surprise!" Katanya, Rachel bangkit dari kursi tempatnya duduk lalu mendekati Cody dan memeluknya erat.
"Eeemm... I really miss you, Prince" lirih Rachel
"Me too"

"Bagaimana kau bisa disini?" Tanya Rachel
"Aku memiliki libur panjang, dan ada pembuatan video klip disini, jadi aku mampir kesini" jelas Cody
"Tapi.. Yang membuatku heran adalah, bagaimanA kau bisa tau aku disini??"
"Itu cerita panjang.. Ada waktu?"
"Ada.."
"Kita makan siang diluar ya? Sambil cerita" ajak Cody, Rachel mengangguk

"Just, ada tamu" kata Caitlin
"Oke"

Justin menuju ruang tamu, dan mencium sesuatu yang tidak asing, dia kenal wangi parfum ini. Untuk meyakinkannya dia mempercepat langkahnya, dan benar dugaannya, Selena ada disana.
"Selly" ucap Justin
"Just" ucap Selena dia bangkit dari tempat duduknya
"Mau apa kau kemari??"
"Aku mau minta maaf Just, aku harap kamu mau memaafkan aku"
"Aku sudah memaaafkanmu, jauh hari sebelum hari ini" jawab Justin dia duduk di atas sofa warna hitam.
"Dan maukah kamu menerimaku lagi di kehidupanmu?"
Justin menatap Selena dalam sekali, dia mencari apa yang tersirat di balik sinar mata Selena, apakah masih ada sisi dari Selena yang ia bisa percayai pasalnya ini bukan 1 kali atau kedua kali, ini sudah terjadi berkali-kali. Justin menutup matanya dan mengambil nafas panjang, lalu kembali menatap Selena gadis yang berharap Justin mau menerimanya lagi ke kehidupannya.

Justin menggeleng "maaf, Sel, aku rasa aku sudah tak memiliki perasaan apa-apa padamu.. Maaf, tapi, kau tau? Kau gadis terhebat yang pernah kumiliki" ujar Justin dia membelai pipi Selena yang duduk di sebelahnya lembut. Perlahan air mata mulai menetes di pipi gadis latin itu.

"Don't cry" lirih Justin, dia menyeka air mata itu, sambil tersenyum perih

Selena mengambil tasnya lalu berjalan keluar rumah Justin, tanpa pikir panjang, Justin mengejarnya keluar rumah, padahal di luar gerimis kecil dan angin kencang.

"Sel" Justin menggenggam tangan Selena di depan rumah
"What do you want now???? Belum puaskah kau???" Hardik Selena dia tak menoleh ke arah Justin
"I'm sorry Sel, really Sorry, tapi sungguh aku tak ingin membohongimu.. Aku harus jujur pada diriku sendiri dan jujur padamu"
"Oh.. Begitu... Kau sudah berubah Just, kau bilang kau percaya padaku sepenuhnya! Kau percaya aku akan menunggumu sampai kau lulus!! Kau berubah Just, tak percayakah kau bahwa itu managerku!" Selena berbalik dan menghakimi Justin dengan kata-katanya
"Ini bukan masalah itu"
"Ya, aku tau ini bukan masalah itu... Tapi seperti yang kubilang tadi, kau berubah You've changed! You're not the same Justin!! I Hate you!!" Selena menyebrangi jalan dan masuk ke mobilnya, Justin terdiam disana entah merenung,shock, atau apa, dia terdiam disana. Tiba-tiba dia terbatuk, dan merasakan sakit yang menusuk di dadanya.

"Aaaaarrrggh.... Kenapa harus disini" Justin memutuskan untuk pulang, sambil terus memegangi dadanya

------------------------

Caitlin duduk di samping kasur Justin, dan menatap Justin yang terlelap disana. Dia membelai pipi Justin lembut dan tersenyum tipis

"Kenapa kamu harus mencintai Rachel Just, kenapa?" Lirihnya

Esok harinya,

Justin duduk di meja makan dan melahap roti bakAr buatannya. Dia menggunakan sweater warna biru tua dan kacamata yang kemarin tak ia gunakan ia pakai hari ini.

"Kamu kuliah Just?" Tanya Caitlin
"Ya, kamu juga kan?"

Caitlin mengangguk

"Tapi kamu sudah baikan?? Kurasa belum" celetuk Caitlin
"Aku baik-baik saja cantik, pulang kampus juga aku mau langsung istirahat.. Tenang saja aku bukan Justin yang nakal seperti dulu" ujar Justin
"Ya terserahlah"

Justin memasuki kelasnya dan melihat pemandangan yang tak biasa, Rachel duduk di kursinya.

"Kau kenapa?" Tanya Justin
"Annyeong! Hehe.. Maaf Just, untuk seminggu ini aku duduk di sebelahmu ya?" Kata Rachel sambil cengengesan
"Kenapa?"
"Yaaaa, ingin saja" ucap Rachel beralasan

saat menunggu dosen Rachel menoleh ke arah Maggie yang duduk di samping Chaz

From : Achel
To : Maggie

Puas?? Aku udah duduk di sebelah Justin?? Sebenarnya apa rencana kalian berdua??

From : Achel
To : Maggie

Ini permintaan seseorang, aku juga tidak tau maksudnya apa

Di luar kelas Rachel, tampak Eunhyuk dan Heechul yang sedang mengintip, begitu melihat Rachel duduk di sebelah Justin mereka melakukan tos

"Yes! Ini baru permulaan" kata mereka berdua

No comments:

Post a Comment