"Cukup Justin! Aku tak mau dengar apa-apa lagi!!" Jerit seorang gadis
"Tolong maafkan aku Allya, aku janji takkan berbuat seperti itu lagi, I Promise" ujar Justin tangannya menggenggam tangan gadis itu erat sekali
"Lepaskan!!" Jeritnya lagi
Justin melepaskan genggamannya, Allya berjalan ke tengah jalan, sebuah truk tiba-tiba muncul dari belokan
DRUAK!!!
"Allya!"
Mom Pattie yang duduk di samping kursi supir menoleh ke belakang "ada apa nak?" Tanyanya lembut.
"Allya! Mana Allya??" Tanya Justin
"Bangun Justin, Allya sudah lama pergi" ujar Kenny
"Kau memimpikannya lagi sayang?" Tanya Mom Pattie. Justin tidak menjawab dia hanya diam
Dia menatap keluar, jalanan sepertinya sedang macet total. Mom Pattie menawarkannya minum, Justin menolak. Dia menyandarkan dirinya ke kursi dan kembali menatap keluar
"Kenny awas!!" Jerit Mom Pattie
Mobil di rem mendadak, Justin terpental kedepan, mereka tak sengaja menabrak seorang gadis. Kenny buru-buru keluar guna meminta maaf
"kamu terluka?"
"Tidak mom" jawab Justin sambil tersenyum
Gadis itu adalah kamu, siang itu kamu mengantarkan pizza pesanan kakamu tapi sekarang pizza itu rusak
"Kau tak apa-apa nona?" Tanya Kenny
"Biarkan aku!" Jawabmu ketus
"Kakimu luka, biar saya antar ke rumah sakit" tawarnya
"Kubilang biarkan aku sendiri!" Bentakmu, lalu berdiri dan menggiring sepedamu meninggalkan Kenny disana
Justin memperhatikanmu serius, Kenny masuk ke dalam mobil dan mulai menggas mobilnya. Justin tertunduk dia sepertinya sedang mengingat sesuatu
"Mirip dengan Allya, aah! Hanya khayalanku.. Ya, hanya khayalan, jangan bergurau Justin. Allya tidak mungkin kembali.. Tidak mungkin"
Kamu masih menggiring sepedamu di pinggir jalan, kakimu terasa perih sekali kamu duduk di sebuah kursi kayu depan sebuah mini market
"Nina!" Sapa seseorang
Kamu menoleh kesamping, dia orang yang sangat kamu kenal dia sahabat baikmu Zero (kyahahaha!)
"Zero"
"Kenapa kamu bisa ada di... Ada apa dengan kakimu?" Tanya Zero
"eeeem.... Kakiku hanya lecet sedikit, tidak apa-apa"
"Bisa infeksi tau!"
"Sudahlah jangan berlebihan"
Zero diam, dia mendekati sepedamu memasukan belanjaannya
"Zero! Itu sepedaku!"
"Naik!" Menepuk kursi boncengan
"Eh?"
"Cepat! Atau kutinggal" ancamnya
"Oke,oke" kamu duduk di kursi boncengan dan mendekap Zero dari belakang
Kalian sampai di rumah Zero yang letaknya bersebelahan dengan rumahmu terlihat di halaman ada adik sepupumu Brandon bermain dengan Lily adik Zero.
"Ciiiieeee... Ka Nina sama Ka Zero boncengan" goda Brandon
"Brandooonn!!!" Ujarmu dengan nada jengkel
"Ampun ka,ampun" Brandon kembali bermain dengan Lily
Kamu masuk ke rumah Zero, kamu duduk di ruang tamu dan melihat sekeliling meski bertetangga tapi ini pertama kalinya kamu masuk ke dalam rumahnya. Zero kembali dengan kotak p3k di tangannya, dia berlutut di hadapanmu dan mulai membersihkan lukamu dan mengobatinya.
"Zero" ucapmu pelan
"Ya?"
"Thanks for everything"
"Everything?" Tanyanya bingung dia menatapmu
"Iya.. Semua keramahanmu,candaanmu, dan semuanya.. Meski aku sering membentakmu" kamu mengalihkan pandanganmu
"Sama-sama" jawab Zero, dia tersenyum manis "selesai!" Lanjutnya
"Makasih sekali lagi Zero"
"Itu gunanya sahabat" ujarnya diselingi tawa kecil
Kamu berpamitan pada Zero, dan pulang ke rumahmu di rumah kamu bertemu kakamu
"Mana pizzanya?" Tanyanya
"Rusak.." Jawabmu dengan nada penuh kekhawatiran
"Yaaah.. Brandon?"
"Di depan sama Lily" menunjuk keluar
"Ooh.. " Komentarnya singkat
Kamu naik ke lantai dua dan masuk ke kamarmu, dan melanjutkan mengemasi barangmu. Ini adalah hari terakhir kamu tinggal di rumah itu, besok kamu akan pindah ke rumah yang lebih dekat dengan tempat kakamu bekerja.
『 Don't Use This Love Letter 』
Sore hari sekitar jam 4 sore kamu tiba di rumah barumu, Zero tak bisa mengantarmu ke rumah baru karena ada urusan keluarga yang tak bisa ditinggalkan, baru saja sampai, kamu masuk ke dalam rumah dan berkeliling, semua ruangan sudah diisi berbagai perabotan yang masih bagus. Kamu memilih kamar di lantai 2, kamu naik ke dua dengan koper di tangan kirimu dan Guitar Case di tangan kirimu. Sampai di kamar kamu langsung merebahkan diri di kasur
"Nyamannya ruangan ini" ujarmu
Memang benar itu adalah sebuah ruangan yang sangat nyaman untuk ditinggali, lantai yang bermotif kayu masih sangat mengkilap, di tengah ruangan ada karpet berwarna merah dan meja kayu kecil diatasnya, ada dua buah bantal yang disusun rapi di samping kasur yang dibalut bedcover warna putih-abu, di ujung ruangan terdapat lemari baju yang disatukan dengan lemari buku. Lemari yang kelihatannya sudah sangat usang itu tetap terlihat kokoh. Di samping lemari tersebut ada sebuah cermin yang tergantung. Ada yang lebih spesial lagi, jendela besar berkorden putih dan memiliki pemandangan kota di sore hari. Kamu duduk di lemari kayu di bawah jendela itu dan mengeluarkan gitarmu dari guitar Casenya lalu mulai memetiknya
I know I Know, ketika kau mengembara
I Know I Know, kau akan mencapai oasis di hatiku yang kering
Sendirian, dengan satu harapan
Aku tau aku tau, ayo berlari melewati malam
Ke dalam dunia yang benar-benar terbentang di depan mata kita
Itu lagu yang kamu ciptakan saat pertama kali bertemu dengan Zero. Suasana tenang itu terganggu dengan Brandon yang tiba-tiba menerobos masuk
"Kaka!!! Di panggil tuh!!" Teriaknya
"Aku dengar, tak usah berteriak begitu" gerutumu. Kamu menaruh gitar itu di atas lemari tadi dan melangkah keluar, begitu sampai di bawah tak ada yang memanggilmu, kamu mengahmpiri Brandon dan menggelitikinya sampai dia menangis. Kamu kembali ke kamarmu dan mulai berbenah, saat membereskan buku-buku koleksimu kamu menemukan sebuah buku bersampul merah darah, kamu berhenti berbenah dan duduk di kasur, dan membuka lembaran pertama tertulis
30 November 2009
Ini hari pertamaku bertemu dengan seseorang yang sangat spesial bagiku. Dia bernama Justin Bieber ya, penyanyi terkenal itu, dia sangat ramah dan murah senyum, harus kuakui aku mencintainya
Kamu membuka lembaran kedua
01 Desember 2009
Dia nyatakan perasaannya padaku! Aku rasa ini terlalu cepat. Tapi.. Ya, aku menerima cintanya, semoga ini bisa jadi awal kisah cintaku dengannya
Kamu berhenti membaca dan meletakan buku itu di meja kecil di tengah ruangan dan kembali berbenah. Saat berbenah kamu kembali menemukan sesuatu, sebuah pulpen berwarna ungu muda sangat manis, kamu mengecek apa isinya masih ada dan ya, masih berisi. Kamu mengembalikan pulpen itu ke tempat kamu menemukannya.
esok paginya, kamu berjalan-jalan ke luar, itu memang pagi yang lumayan cerah. Kamu memakai kaus warna putih celana jeans diatas lutut dan sneakers warna hitam rambut panjangmu kamu kuncir dua (tapi yang rendah kaya gadis kampung gitu.. Tau kan?). Kamu tak sendiri ada Brandon di sampingmu.. Dia malah sibuk tebar pesona ke semua gadis yang lewat, dia memang anak yang tampan tapi terkadang dia selalu berlebihan dan narsis.
"Brandon! Jaga sikapmu" ucapmu
"Ayolah ka... Kaka seperti tidak tau aku saja" Brandon tersenyum manja
"Aaah sudahlah, percuma berdebat denganmu" kamu memutar matamu "mau es krim" tawarmu
"Mau!" Jawabnya penuh semangat
Kamu menggandeng tangan Brandon dan mengajaknya ke dalam sebuah supermarket dan membeli apa yang tadi kamu janjikan ya, 2 es krim cornetto disc rasa vanilla.
Kalian keluar dari supermarket sambil menjilat eskrim masing-masing, kalian menuju sebuah taman dan duduk disana.
"Kita pulang pake apa?" Tanya Brandon
"Bis lah.. Kamu mau jalan kaki sejauh 4 kilometer?"
"Uangnya kan dipake beli eskrim" ucapnya santai
Kamu menepuk keningmu,
"Waduh! Gimana nih?"
"Tenaaang, ada Brandon disini" Brandon menepuk dadanya
"Ma...mau ngapain"
Brandon membuang bungkus eskrim dan menuju ke sebuah lapangan, dia meminkan HPnya disana kamu hanya bisa menonton di kursi kayu itu.
"Mau apa dia?" Ucapmu dalam hati
Brandon mendekatkan speaker ponselnya ke telinganya, mulai terdengar alunan musik hiphop dari arah Brandon, kamu berdiri dan membuang bungkus es krim dan mendekati Brandon. Brandon meletakan HPnya di tanah dan mulai menari. Kamu hanya bisa menepuk keningmu, mulai banyak orang yang berkerumun mengerumuni Brandon. Dia semakin semangat dan tariannya semakin liar tapi tetap mempesona. Kamu tersenyum melihat penampilannya. Lagu selesai bersamaan dengan selesainya penampilan Brandon, dia tersenyum dan memberi hormat, dia memungut bungkus camilan di dekat kakinya dan mulai berkeliling, bungkus yang tadinya kosong itu berubah jadi kantung penuh uang, dia kembali tersrenyum dan mendekatimu sambil tersenyum bangga.
"Sekarang ga usah jalan kaki kan?" Katanya
"Iya... Hahaha, kamu hebat" ucapmu sambil membelai kepalanya lembut.
Kalian naik bis di perjalanan kamu merasa sepi tak ada yang mengoceh, ternyata Brandon tertidur di pangkuanmu. Kamu memainkan rambutnya sambil menatap keluar.
Hari sudah sore kamu menggendong Brandon karena tak tega membangunkannya, di halaman rumahmu kamu tak sengaja melihat seorang pemuda yang tak kamu kenal.
"Siapa ya?" Tanyamu
Dia menoleh, matanya menatapmu heran.. Kamu bingung,
"Siapa? Dan mencari siapa?" Tanyamu lagi
"Allya" ucapnya pelan
"Haah?"
"Tolong maafkan aku Allya, aku janji takkan berbuat seperti itu lagi, I Promise" ujar Justin tangannya menggenggam tangan gadis itu erat sekali
"Lepaskan!!" Jeritnya lagi
Justin melepaskan genggamannya, Allya berjalan ke tengah jalan, sebuah truk tiba-tiba muncul dari belokan
DRUAK!!!
"Allya!"
Mom Pattie yang duduk di samping kursi supir menoleh ke belakang "ada apa nak?" Tanyanya lembut.
"Allya! Mana Allya??" Tanya Justin
"Bangun Justin, Allya sudah lama pergi" ujar Kenny
"Kau memimpikannya lagi sayang?" Tanya Mom Pattie. Justin tidak menjawab dia hanya diam
Dia menatap keluar, jalanan sepertinya sedang macet total. Mom Pattie menawarkannya minum, Justin menolak. Dia menyandarkan dirinya ke kursi dan kembali menatap keluar
"Kenny awas!!" Jerit Mom Pattie
Mobil di rem mendadak, Justin terpental kedepan, mereka tak sengaja menabrak seorang gadis. Kenny buru-buru keluar guna meminta maaf
"kamu terluka?"
"Tidak mom" jawab Justin sambil tersenyum
Gadis itu adalah kamu, siang itu kamu mengantarkan pizza pesanan kakamu tapi sekarang pizza itu rusak
"Kau tak apa-apa nona?" Tanya Kenny
"Biarkan aku!" Jawabmu ketus
"Kakimu luka, biar saya antar ke rumah sakit" tawarnya
"Kubilang biarkan aku sendiri!" Bentakmu, lalu berdiri dan menggiring sepedamu meninggalkan Kenny disana
Justin memperhatikanmu serius, Kenny masuk ke dalam mobil dan mulai menggas mobilnya. Justin tertunduk dia sepertinya sedang mengingat sesuatu
"Mirip dengan Allya, aah! Hanya khayalanku.. Ya, hanya khayalan, jangan bergurau Justin. Allya tidak mungkin kembali.. Tidak mungkin"
Kamu masih menggiring sepedamu di pinggir jalan, kakimu terasa perih sekali kamu duduk di sebuah kursi kayu depan sebuah mini market
"Nina!" Sapa seseorang
Kamu menoleh kesamping, dia orang yang sangat kamu kenal dia sahabat baikmu Zero (kyahahaha!)
"Zero"
"Kenapa kamu bisa ada di... Ada apa dengan kakimu?" Tanya Zero
"eeeem.... Kakiku hanya lecet sedikit, tidak apa-apa"
"Bisa infeksi tau!"
"Sudahlah jangan berlebihan"
Zero diam, dia mendekati sepedamu memasukan belanjaannya
"Zero! Itu sepedaku!"
"Naik!" Menepuk kursi boncengan
"Eh?"
"Cepat! Atau kutinggal" ancamnya
"Oke,oke" kamu duduk di kursi boncengan dan mendekap Zero dari belakang
Kalian sampai di rumah Zero yang letaknya bersebelahan dengan rumahmu terlihat di halaman ada adik sepupumu Brandon bermain dengan Lily adik Zero.
"Ciiiieeee... Ka Nina sama Ka Zero boncengan" goda Brandon
"Brandooonn!!!" Ujarmu dengan nada jengkel
"Ampun ka,ampun" Brandon kembali bermain dengan Lily
Kamu masuk ke rumah Zero, kamu duduk di ruang tamu dan melihat sekeliling meski bertetangga tapi ini pertama kalinya kamu masuk ke dalam rumahnya. Zero kembali dengan kotak p3k di tangannya, dia berlutut di hadapanmu dan mulai membersihkan lukamu dan mengobatinya.
"Zero" ucapmu pelan
"Ya?"
"Thanks for everything"
"Everything?" Tanyanya bingung dia menatapmu
"Iya.. Semua keramahanmu,candaanmu, dan semuanya.. Meski aku sering membentakmu" kamu mengalihkan pandanganmu
"Sama-sama" jawab Zero, dia tersenyum manis "selesai!" Lanjutnya
"Makasih sekali lagi Zero"
"Itu gunanya sahabat" ujarnya diselingi tawa kecil
Kamu berpamitan pada Zero, dan pulang ke rumahmu di rumah kamu bertemu kakamu
"Mana pizzanya?" Tanyanya
"Rusak.." Jawabmu dengan nada penuh kekhawatiran
"Yaaah.. Brandon?"
"Di depan sama Lily" menunjuk keluar
"Ooh.. " Komentarnya singkat
Kamu naik ke lantai dua dan masuk ke kamarmu, dan melanjutkan mengemasi barangmu. Ini adalah hari terakhir kamu tinggal di rumah itu, besok kamu akan pindah ke rumah yang lebih dekat dengan tempat kakamu bekerja.
『 Don't Use This Love Letter 』
Sore hari sekitar jam 4 sore kamu tiba di rumah barumu, Zero tak bisa mengantarmu ke rumah baru karena ada urusan keluarga yang tak bisa ditinggalkan, baru saja sampai, kamu masuk ke dalam rumah dan berkeliling, semua ruangan sudah diisi berbagai perabotan yang masih bagus. Kamu memilih kamar di lantai 2, kamu naik ke dua dengan koper di tangan kirimu dan Guitar Case di tangan kirimu. Sampai di kamar kamu langsung merebahkan diri di kasur
"Nyamannya ruangan ini" ujarmu
Memang benar itu adalah sebuah ruangan yang sangat nyaman untuk ditinggali, lantai yang bermotif kayu masih sangat mengkilap, di tengah ruangan ada karpet berwarna merah dan meja kayu kecil diatasnya, ada dua buah bantal yang disusun rapi di samping kasur yang dibalut bedcover warna putih-abu, di ujung ruangan terdapat lemari baju yang disatukan dengan lemari buku. Lemari yang kelihatannya sudah sangat usang itu tetap terlihat kokoh. Di samping lemari tersebut ada sebuah cermin yang tergantung. Ada yang lebih spesial lagi, jendela besar berkorden putih dan memiliki pemandangan kota di sore hari. Kamu duduk di lemari kayu di bawah jendela itu dan mengeluarkan gitarmu dari guitar Casenya lalu mulai memetiknya
I know I Know, ketika kau mengembara
I Know I Know, kau akan mencapai oasis di hatiku yang kering
Sendirian, dengan satu harapan
Aku tau aku tau, ayo berlari melewati malam
Ke dalam dunia yang benar-benar terbentang di depan mata kita
Itu lagu yang kamu ciptakan saat pertama kali bertemu dengan Zero. Suasana tenang itu terganggu dengan Brandon yang tiba-tiba menerobos masuk
"Kaka!!! Di panggil tuh!!" Teriaknya
"Aku dengar, tak usah berteriak begitu" gerutumu. Kamu menaruh gitar itu di atas lemari tadi dan melangkah keluar, begitu sampai di bawah tak ada yang memanggilmu, kamu mengahmpiri Brandon dan menggelitikinya sampai dia menangis. Kamu kembali ke kamarmu dan mulai berbenah, saat membereskan buku-buku koleksimu kamu menemukan sebuah buku bersampul merah darah, kamu berhenti berbenah dan duduk di kasur, dan membuka lembaran pertama tertulis
30 November 2009
Ini hari pertamaku bertemu dengan seseorang yang sangat spesial bagiku. Dia bernama Justin Bieber ya, penyanyi terkenal itu, dia sangat ramah dan murah senyum, harus kuakui aku mencintainya
Kamu membuka lembaran kedua
01 Desember 2009
Dia nyatakan perasaannya padaku! Aku rasa ini terlalu cepat. Tapi.. Ya, aku menerima cintanya, semoga ini bisa jadi awal kisah cintaku dengannya
Kamu berhenti membaca dan meletakan buku itu di meja kecil di tengah ruangan dan kembali berbenah. Saat berbenah kamu kembali menemukan sesuatu, sebuah pulpen berwarna ungu muda sangat manis, kamu mengecek apa isinya masih ada dan ya, masih berisi. Kamu mengembalikan pulpen itu ke tempat kamu menemukannya.
esok paginya, kamu berjalan-jalan ke luar, itu memang pagi yang lumayan cerah. Kamu memakai kaus warna putih celana jeans diatas lutut dan sneakers warna hitam rambut panjangmu kamu kuncir dua (tapi yang rendah kaya gadis kampung gitu.. Tau kan?). Kamu tak sendiri ada Brandon di sampingmu.. Dia malah sibuk tebar pesona ke semua gadis yang lewat, dia memang anak yang tampan tapi terkadang dia selalu berlebihan dan narsis.
"Brandon! Jaga sikapmu" ucapmu
"Ayolah ka... Kaka seperti tidak tau aku saja" Brandon tersenyum manja
"Aaah sudahlah, percuma berdebat denganmu" kamu memutar matamu "mau es krim" tawarmu
"Mau!" Jawabnya penuh semangat
Kamu menggandeng tangan Brandon dan mengajaknya ke dalam sebuah supermarket dan membeli apa yang tadi kamu janjikan ya, 2 es krim cornetto disc rasa vanilla.
Kalian keluar dari supermarket sambil menjilat eskrim masing-masing, kalian menuju sebuah taman dan duduk disana.
"Kita pulang pake apa?" Tanya Brandon
"Bis lah.. Kamu mau jalan kaki sejauh 4 kilometer?"
"Uangnya kan dipake beli eskrim" ucapnya santai
Kamu menepuk keningmu,
"Waduh! Gimana nih?"
"Tenaaang, ada Brandon disini" Brandon menepuk dadanya
"Ma...mau ngapain"
Brandon membuang bungkus eskrim dan menuju ke sebuah lapangan, dia meminkan HPnya disana kamu hanya bisa menonton di kursi kayu itu.
"Mau apa dia?" Ucapmu dalam hati
Brandon mendekatkan speaker ponselnya ke telinganya, mulai terdengar alunan musik hiphop dari arah Brandon, kamu berdiri dan membuang bungkus es krim dan mendekati Brandon. Brandon meletakan HPnya di tanah dan mulai menari. Kamu hanya bisa menepuk keningmu, mulai banyak orang yang berkerumun mengerumuni Brandon. Dia semakin semangat dan tariannya semakin liar tapi tetap mempesona. Kamu tersenyum melihat penampilannya. Lagu selesai bersamaan dengan selesainya penampilan Brandon, dia tersenyum dan memberi hormat, dia memungut bungkus camilan di dekat kakinya dan mulai berkeliling, bungkus yang tadinya kosong itu berubah jadi kantung penuh uang, dia kembali tersrenyum dan mendekatimu sambil tersenyum bangga.
"Sekarang ga usah jalan kaki kan?" Katanya
"Iya... Hahaha, kamu hebat" ucapmu sambil membelai kepalanya lembut.
Kalian naik bis di perjalanan kamu merasa sepi tak ada yang mengoceh, ternyata Brandon tertidur di pangkuanmu. Kamu memainkan rambutnya sambil menatap keluar.
Hari sudah sore kamu menggendong Brandon karena tak tega membangunkannya, di halaman rumahmu kamu tak sengaja melihat seorang pemuda yang tak kamu kenal.
"Siapa ya?" Tanyamu
Dia menoleh, matanya menatapmu heran.. Kamu bingung,
"Siapa? Dan mencari siapa?" Tanyamu lagi
"Allya" ucapnya pelan
"Haah?"
"Siapa? Allya?" Tanyamu penasaran
"Oh, maaf.. Bukan, maaf,maaf.." Jawab Justin
"Lalu?"
Justin tak menjawab lagi dia meninggalkanmu disana. Kamu hanya menggelengkan kepalamu, dan masuk ke rumah karena hari mulai gelap.
Malam hari setelah mandi dan berganti pakaian kamu kembali duduk di lemari di bawah jendela besar tadi dan memandang keluar. Kamu ingat buku tadi, kamu mengambilnya dan membuka halaman ketiga.
25 Desember 2009
Ketenaran Justin semakin melambung aku sangat bangga padanya. Sangat bangga.. Kuharap meskipun aku pindah nanti dia takkan melupakanku. Dan juga tetap mencintaiku.
"Sebenarnya siapa yang menulis ini?" Tanyamu dalam hati. Kamu membolak balik halaman demi halaman dan sampulnya tapi tidak menemukan namanya sama sekali. Tiba-tiba sebuah foto jatuh kelantai. Kamu memungutnya,
"Ini aku?" Katamu "bukan, aku tak pernah memakai anting itu.. Pasti pemilik buku ini.. Tapi siapa namanya ya?" Ujarmu penasaran
"Kaka!!! Waktunya makan malam" teriak Brandon dari lantai satu. Kamu masih memandangi foto itu, akhirnya kamu memutuskan untuk turun ke bawah sebelum Brandon masuk ke kamarmu dan menghancurkan semuanya.
Selesai makan malam kamu menonton tv dengan Brandon dan kakamu dengan popcorn sebagai camilan
"Ka, ganti dong channelnya, ga seru niih" gerutu Brandon
"Ga ada yang bagus lagi selain ini sayang..." Ucapmu, Brandon cemberut. Tak lama dia beranjak dan pamitan untuk pergi tidur. Kamu dan kakamu juga sama, sampai di kamar kamu masih kepikiran siapa pemilik buku itu. Kamu mengambil buku dan foto tadi, dan bukunya juga lalu berbaring diatas kasur
"Ini Diary kan? Tapi tak ada nama pemiliknya.. Aneh..." Katamu
Kamu kembali memperhatikan foto tadi, terlihat seorang gadis dengan wajah persis seperti wajahmu memakai sebuah anting kecil dan tersenyum manis sekali, di sebelahnya ada Justin yang tersenyum sambil mendekap gadis itu, sangat romantis. Kamu baru sadar kalau gadis itu menggunakan sebuah kalung, berliontinkan sebuah nama, kamu telisik ternyata nama Justin,
"Sial! Kalung milik Justin terpotong, aku tak bisa tau siapa namanya... Sebentar, tadi ada seorang pemuda kesini kan? Kalau dia Justin, berarti anak ini.. Allya, tadi kan pemuda itu memanggilku dengan nama Allya..... Bisa jadi.. Tapi mana mungkin artis seperti Justin berkeliaran sebebas itu... Ah sudahlah!" Kamu menyimpan dua benda tadi di samping bantalmu, kamu menarik selimutmu dan pergi tidur.
Esok paginya, kamu bersiap mengantarkan Brandon ke sekolah barunya, kamu sudah lama berhenti sekolah dan memfokuskan diri untuk menjadi penyanyi jalanan atau mengamen di cafe-cafe kecil. Kamu memakai kaus putih dan jaket bertudung warna baby blue, jeans 3/4, dan sepatu kets warna putih. Kamu membawa Guitar case dan buku diary itu juga, sampai di sekolah Brandon.
"Kaka nanti jemput aku juga?" Tanyanya
"Tidak sayang, nanti Ka Widy yang jemput kamu"
"Ooh.. Kaka pasti mau ngamen" tebak Brandon
"Bukan ngamen sayang, tapi street live"
"Sama aja"
"Beda!"
"Iya,iya.."
"Jangan nakal, awas kalo nakal" ancammu
"Sedikit ga apa-apa kan?"
Kamu menjewer telinga Brandon dia meminta ampun, kamupun melepaskan jeweranmu dan pamit pada Brandon, saat berbalik kamu tak sengaja menabrak seseorang. Pulpen ungu yang kamu temukan kemarin terjatuh di kakinya
"Maaf, saya tidak sengaja" ucapmu
Orang itu tidak menjawab, dia memungut pulpen tadi dan menatapnya lekat-lekat
"Darimana kamu mendapatkan ini?" Tanyanya serius
"Kutemukan di rumahku, apa itu milikmu?" Tanyamu balik
"Bukan, ini milik seseorang yang sangat penting bagiku... Tapi sekarang ini milikmu, kamu pantas mendapatkannya" katanya sambil menyerahkan pulpen itu padamu
"Kalau memang itu penting simpan saja, aku masih ada banyak.. Untukmu" katamu sambil tersenyum
"Benarkah? Aku boleh memilikinya?" Tanyanya lagi
"Ambil saja.. Aku pergi dulu ya? Sampai jumpa" katamu sambil berlari kecil meninggalkannya di gerbang sekolah itu
"Siapa Justin?" Tanya seseorang pada pemuda itu
"Aku juga tidak tau.. Eh, sudah sampai kan? Sana masuk"
"Iya,iya... Thanks sudah mengantarku" katanya
Justin tak menjawab dia hanya tersenyum, dia buru-buru masuk ke dalam mobil, dan duduk di samping kursi supir
"Kenny, kau lihat gadis tadi kan?" Tanya Justin
"Lihat, ada apa?"
"Ikuti dia"
Kamu sampai di sebuah taman yang sepi, dan mencari tempat yang cocok, kamu memilih di depan sebuah lampu taman disana sangat kotor puntung rokok dimana-mana, kamu membersihkan tempat itu menggunakan kakimu. Setelah lumayan bersih kamu duduk disana dan mengeluarkan gitarmu dari dalam Guitar case, lalu mulai menyetemnya.
Setelah selesai, kamu baru sadar ada yang duduk dihadapanmu, dia seorang anak laki-laki berambut coklat, dia bersila dihadapanmu sambil tersenyum, kamu membalas senyumannya. Dan mulai menyanyi
Angin hangat bertiup pada kami
aku yang mulai berjalan
Alih-alih mengucapkan selamat tinggal
Kejadian yang kita tidak dapat kita
Temukan jawabannya
Mulai sekarang akan kembali
Menyiksa kami,Baby
Selesai menyanyi dia bertepuk tangan
"Kau sering kemari?" Ucapnya memulai percakapan
"Tidak, aku baru pindah kemari kemarin.. Jadi ini pertama kalinya aku kemari" jawabmu
"Oh ya, siapa namamu?" Tanyanya lagi
"Nina" jawabmu singkat
"Aku Greyson, senang bisa mengenalmu" kalian berjabat tangan
"Kau sendiri sering kemari" tanyamu balik
"Ya, sering sekali.. Ngomong-ngomong apa judul lagu yang tadi? Aku belum pernah mendengarnya"
"Belum kuputuskan"
"Kau membuatnya sendiri?" Tanyanya lagi kamu mengangguk
"Luar biasa!"
"Biasa saja" kamu tersenyum malu
Kamu dan Greyson mengobrol banyak, kalian juga berjalan-jalan di sekitar situ berdua. Kamu baru sadar tentang sesuatu
"Kamu tidak sekolah?" Tanyamu
"Tidak.. Aku terlalu sibuk jadi aku home schooling"
"Aku bisa membayangkan sesibuk apa dirimu"
"Haha.. Kamu sendiri?"
"Aku juga tidak, aku memutuskan untuk berhenti sekolah dan menjadi penyanyi jalanan atau mengamen di cafe-cafe kecil" katamu sambil tersenyum
"Suaramu memang bagus, kamu juga menciptakan lagu sendiri.. Itu kreatif, kenapa tidak rekaman"
Kamu menghentikan langkahmu, begitu juga dengan Greyson
"Ada apa? Perkataanku salah ya?"
"Tidak, aku tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya" katamu
"Rekaman saja!" Saran Greyson
"Tidak mungkin ada label yang mau" kamu mempercepat langkahmu, Greyson yang tertinggal di belakang berlari kecil menyusulmu
"Pasti ada.. Jangan berkecil hati seperti itu." Katanya lagi "boleh sekali lagi aku mendengar suaramu yang indah itu?" Pintanya
"Eh? Tapi dimana?"
"Ikut aku.. Aku ada tempat menarik" katanya sambil menarik tanganmu
Kalian sampai di sebuah bukit yang lumayan tinggi, terlihat pemandangan kota disana, kamu meletakan Guitar Casemu di tanah dan berlari mendekati ujung bukit dan membuat bentuk persegi dengan kedua tanganmu dan melihat sekeliling menggunakan itu.
"Pemadangannya indah kan?" Tanya Greyson
"Indah! Sangat indah!" Katamu penuh semangat
Kamu melihat ke arah matahari yang bersinar sangat terang, dan menutup matamu lalu mulai bersenandung pelan. Kamu berlari menuju Guitar casemu dan mengeluarkan gitarnya. Greyson mengikutimu, kamu mencari-cari nada yang masuk, setelah ketemu kamu mulai bernyanyi kecil
Saat menengadah, jejak asap menghilang keesokan harinya
Namun aku tetap saja mengayuh sepedaku
Langit yg kulihat saatku mengayuh kepuncaknya
Seakan suatu hari aku hendak menggapainya
Kamu terdiam sebentar dan mengaluarkan sebuah buku kosong, dan pulpen. Dan menulis lanjutan liriknya sesekali Greyson juga membantu
Akhirnya lagu selesai juga
Saat menengadah, jejak asap menghilang keesokan harinya
Namun aku tetap saja mengayuh sepedaku
Langit yg kulihat saatku mengayuh kepuncaknya
Seakan suatu hari aku hendak menggapainya
Kepalkan tanganku, kesana kesana
Tetap mengepal, kesana kesana
Gairah yg seakan hendak keluar...
Aku khawatirkan hal-hal kecil
Pastinya aku masih ingin jumpa kamu, yeah
Diawal semerbak musim semi ini
Disaat bunga-bunga mulai bermekaran
Takkan menyerah begitu saja, kan?
Jadi tertawalah, tertawa, tertawa lepas
Jadi tertawa, tertawalah
Kulihat kebawah kekota dari puncak bukit
Mungkin aku bisa melihat atap rumahmu dari sini
Katamu pantai terlihat tepat dari jendela kamarmu
Jadi seperti itu ya kiranya disana? Sama seperti "sekarang"
Takkan dilepaskan, kesana kesana
Tetap mengepal, kesana kesana
Semangat yg seakan ingin meledak...
Aku khawatirkan hal-hal kecil
Pastinya aku masih ingin jumpa kamu, yeah
Walau aku masih khawatir akan hal lain
Kurasa itu takkan kulupakan
Takkan menyerah begitu saja
Jangan pikirkan, jangan pikirkan, jika aku terjatuh
Yeah yeah, keinginanku kesini tuk rasakan hembusan anginnya
Senyum kecilmu ingin kulihat
Agar aku bisa lebih teguh, yeah
Diawal semerbak musim semi ini
Dan disaat bunga mulai bermekaran
Takkan menyerah begitu saja, kan?
Jadi tertawa, tertawalah
(Courtessy : YUI - Laugh Away)
Hari mulai sore, kamu dan Greysonpun terpakasa berpisah, dia bilang dia ada urusan sedangkan kamu harus pulang kerumah untuk menyiapkan makan malam.
Sampai di rumah kamu langsung menuju dapur dan mulai memasak, tak usah masakan yang sulit-sulit kamu hanya membuat sup krim dan roti panggang sebagai teman makannya. Selesai memasak, kamu mematikan kompor dan menuju kamar untuk mandi dan menaruh Guitar Casemu.
Selesai mandi kamu duduk di ruang tengah dan menonton TV, ada sebuah acara talk show yang bintang tamunya orang yang sangat kamu kenal dia Greyson
"Ooh, dia seorang artis rupanya.."
Tak lama kamu mendengar suara ketukan kamu membukanya itu kakamu dan Brandon, mereka membwa sebuah kantung kresek yang begitu kamu buka ternyata 3 mangkuk eskrim. Kamu memasukannya ke dalam kulkas dan menuangkan sup tadi ke 3 buah mangkuk untuk makan malam.
Selesai makan kamu masuk ke kamar dan berganti pakaian kamu memakai kemeja polos warna coklat muda celana jeans warna gelap dan membawa Guitar Casemu ke bawah
"Malam inipun akan pergi?" Tanya kakamu dari arah dapur
"Begitulah" jawabmu sambil sibuk menalikan tali sepatumu
"Aku ikut dong ka, aku belum pernah mendengar suaramu" pinta Brandon
"Boleh, tapi sebelumnya biarkan aku membunuhmu" jawabmu dengan memicingkan mata ke arah Brandon, dia tak membalas dan kembali memainkan PSP nya di ruang tengah. Kamu pamitan dan melangkah keluar. Kamu berniat ke taman tadi, untuk street live malam ini.
Setelah sampai, kamu kecewa tempat itu sudah di tempati orang lain, dia kelihatannya sedang tertidur. Kamu berlutut di sampingnya dan mengguncang-guncangkan tubuhnya
"Bagun tuan, ini tempatku" katamu pelan, dia tidak bergeming sama sekali
"Tuan.. Tolong bangun dan pindahlah, tidak baik tidur di atas tanah seperti ini" katamu lagi
Orang itu malah membelakangimu, kamu kesal, dan agak menjauh dari orang itu. Kamu mengeluarkan gitarmu dan menyetemnya ulang.
Setelah selesai, kamu mulai bernyanyi kecil, orang yang tadi terbangun dan mendekatimu perlahan-lahan lalu memasangkan topi yang tadi dia pakai di kepalamu. Kamu menoleh kebelakang, ternyata dia Zero, dia tersenyum ke arahmu
"Lagu apa?" Tanyanya
"Lagu baru"
"Ooh, bisa aku menyaksikan penampilanmu?"
"Tentu" jawabmu singkat
Hari mulai larut, kamu menunggu bisa di sebuah halte. Tak lama kamu mendengar suara rem sepeda kamu melihat darimana asalnya, kamu melihat di depanmu ada seorang pemuda yang seumuran denganmu, rambutnya ikal dan pirang,dia memakai kaus v neck warna merah, dan celana pendek di atas lutut
"Se..selamat malam" sapamu
"Malam" jawabnya
"Ada apa ya?" Tanyamu
"Tidak ada.. Aku mau membeli kopi disana" menunjuk mesin pembuat kopi di belakangmu. Dia turun dari sepedanya, dan mendekati mesin itu, setelah membeli kopi dia duduk di sebelahmu
Kalian saling diam,
"Siapa namamu?" Ucapnya membuka percakapan
"Nina.. Kamu?"
"Cody"
"Ooh.. Salam kenal Cody" ucapmu sambil tersenyum
"Salam kenal juga" jawabnya
"Dimana rumahmu?" Tanyanya lagi
"Jauh dari sini, di ... ( Disamarkan)"
"Eeemm"
Tak lama bis yang kamu tunggu datang juga, kamu berdiri dan membawa guitar casemu
"Sampai jumpa lagi" katamu
"Ya.. Gitar itu milikmu?" Tanyanya
"Begitulah"
"Kapan kita bisa bertemu lagi?" Tanyanya lagi penuh harap
"Kau bisa temui aku di taman dekat stasiun aku sering mengadakan street live disana" jelasmu
"Aku akan datang"
"Jangan buat janji yang akhirnya tak kau tepati" katamu sambil naik ke dalam bis
"Selama liburan musim semi ini aku bisa.. Aku akan datang!" Katanya mantap.
Kamu naik kedalam bis, dari dalam bis kamu melambaikan tangan, Cody membalas lambaianmu sambil tersenyum. Saat bismu mulai jauh, Cody kembali naik ke sepedanya dan bernyanyi kecil
Every minute, every second, every hour of the day
Iyiyi
Every hour of the day
Iyiyi
Everytime that I'm away
Iyiyi
Missing you, missing you
Every moment that is stolen, it can never be replaced
Iyiyi
Even if it's for a day
Iyiyi
I'm a text you up to say
Iyiyi
Missing you, missing you
"Oh, maaf.. Bukan, maaf,maaf.." Jawab Justin
"Lalu?"
Justin tak menjawab lagi dia meninggalkanmu disana. Kamu hanya menggelengkan kepalamu, dan masuk ke rumah karena hari mulai gelap.
Malam hari setelah mandi dan berganti pakaian kamu kembali duduk di lemari di bawah jendela besar tadi dan memandang keluar. Kamu ingat buku tadi, kamu mengambilnya dan membuka halaman ketiga.
25 Desember 2009
Ketenaran Justin semakin melambung aku sangat bangga padanya. Sangat bangga.. Kuharap meskipun aku pindah nanti dia takkan melupakanku. Dan juga tetap mencintaiku.
"Sebenarnya siapa yang menulis ini?" Tanyamu dalam hati. Kamu membolak balik halaman demi halaman dan sampulnya tapi tidak menemukan namanya sama sekali. Tiba-tiba sebuah foto jatuh kelantai. Kamu memungutnya,
"Ini aku?" Katamu "bukan, aku tak pernah memakai anting itu.. Pasti pemilik buku ini.. Tapi siapa namanya ya?" Ujarmu penasaran
"Kaka!!! Waktunya makan malam" teriak Brandon dari lantai satu. Kamu masih memandangi foto itu, akhirnya kamu memutuskan untuk turun ke bawah sebelum Brandon masuk ke kamarmu dan menghancurkan semuanya.
Selesai makan malam kamu menonton tv dengan Brandon dan kakamu dengan popcorn sebagai camilan
"Ka, ganti dong channelnya, ga seru niih" gerutu Brandon
"Ga ada yang bagus lagi selain ini sayang..." Ucapmu, Brandon cemberut. Tak lama dia beranjak dan pamitan untuk pergi tidur. Kamu dan kakamu juga sama, sampai di kamar kamu masih kepikiran siapa pemilik buku itu. Kamu mengambil buku dan foto tadi, dan bukunya juga lalu berbaring diatas kasur
"Ini Diary kan? Tapi tak ada nama pemiliknya.. Aneh..." Katamu
Kamu kembali memperhatikan foto tadi, terlihat seorang gadis dengan wajah persis seperti wajahmu memakai sebuah anting kecil dan tersenyum manis sekali, di sebelahnya ada Justin yang tersenyum sambil mendekap gadis itu, sangat romantis. Kamu baru sadar kalau gadis itu menggunakan sebuah kalung, berliontinkan sebuah nama, kamu telisik ternyata nama Justin,
"Sial! Kalung milik Justin terpotong, aku tak bisa tau siapa namanya... Sebentar, tadi ada seorang pemuda kesini kan? Kalau dia Justin, berarti anak ini.. Allya, tadi kan pemuda itu memanggilku dengan nama Allya..... Bisa jadi.. Tapi mana mungkin artis seperti Justin berkeliaran sebebas itu... Ah sudahlah!" Kamu menyimpan dua benda tadi di samping bantalmu, kamu menarik selimutmu dan pergi tidur.
Esok paginya, kamu bersiap mengantarkan Brandon ke sekolah barunya, kamu sudah lama berhenti sekolah dan memfokuskan diri untuk menjadi penyanyi jalanan atau mengamen di cafe-cafe kecil. Kamu memakai kaus putih dan jaket bertudung warna baby blue, jeans 3/4, dan sepatu kets warna putih. Kamu membawa Guitar case dan buku diary itu juga, sampai di sekolah Brandon.
"Kaka nanti jemput aku juga?" Tanyanya
"Tidak sayang, nanti Ka Widy yang jemput kamu"
"Ooh.. Kaka pasti mau ngamen" tebak Brandon
"Bukan ngamen sayang, tapi street live"
"Sama aja"
"Beda!"
"Iya,iya.."
"Jangan nakal, awas kalo nakal" ancammu
"Sedikit ga apa-apa kan?"
Kamu menjewer telinga Brandon dia meminta ampun, kamupun melepaskan jeweranmu dan pamit pada Brandon, saat berbalik kamu tak sengaja menabrak seseorang. Pulpen ungu yang kamu temukan kemarin terjatuh di kakinya
"Maaf, saya tidak sengaja" ucapmu
Orang itu tidak menjawab, dia memungut pulpen tadi dan menatapnya lekat-lekat
"Darimana kamu mendapatkan ini?" Tanyanya serius
"Kutemukan di rumahku, apa itu milikmu?" Tanyamu balik
"Bukan, ini milik seseorang yang sangat penting bagiku... Tapi sekarang ini milikmu, kamu pantas mendapatkannya" katanya sambil menyerahkan pulpen itu padamu
"Kalau memang itu penting simpan saja, aku masih ada banyak.. Untukmu" katamu sambil tersenyum
"Benarkah? Aku boleh memilikinya?" Tanyanya lagi
"Ambil saja.. Aku pergi dulu ya? Sampai jumpa" katamu sambil berlari kecil meninggalkannya di gerbang sekolah itu
"Siapa Justin?" Tanya seseorang pada pemuda itu
"Aku juga tidak tau.. Eh, sudah sampai kan? Sana masuk"
"Iya,iya... Thanks sudah mengantarku" katanya
Justin tak menjawab dia hanya tersenyum, dia buru-buru masuk ke dalam mobil, dan duduk di samping kursi supir
"Kenny, kau lihat gadis tadi kan?" Tanya Justin
"Lihat, ada apa?"
"Ikuti dia"
Kamu sampai di sebuah taman yang sepi, dan mencari tempat yang cocok, kamu memilih di depan sebuah lampu taman disana sangat kotor puntung rokok dimana-mana, kamu membersihkan tempat itu menggunakan kakimu. Setelah lumayan bersih kamu duduk disana dan mengeluarkan gitarmu dari dalam Guitar case, lalu mulai menyetemnya.
Setelah selesai, kamu baru sadar ada yang duduk dihadapanmu, dia seorang anak laki-laki berambut coklat, dia bersila dihadapanmu sambil tersenyum, kamu membalas senyumannya. Dan mulai menyanyi
Angin hangat bertiup pada kami
aku yang mulai berjalan
Alih-alih mengucapkan selamat tinggal
Kejadian yang kita tidak dapat kita
Temukan jawabannya
Mulai sekarang akan kembali
Menyiksa kami,Baby
Selesai menyanyi dia bertepuk tangan
"Kau sering kemari?" Ucapnya memulai percakapan
"Tidak, aku baru pindah kemari kemarin.. Jadi ini pertama kalinya aku kemari" jawabmu
"Oh ya, siapa namamu?" Tanyanya lagi
"Nina" jawabmu singkat
"Aku Greyson, senang bisa mengenalmu" kalian berjabat tangan
"Kau sendiri sering kemari" tanyamu balik
"Ya, sering sekali.. Ngomong-ngomong apa judul lagu yang tadi? Aku belum pernah mendengarnya"
"Belum kuputuskan"
"Kau membuatnya sendiri?" Tanyanya lagi kamu mengangguk
"Luar biasa!"
"Biasa saja" kamu tersenyum malu
Kamu dan Greyson mengobrol banyak, kalian juga berjalan-jalan di sekitar situ berdua. Kamu baru sadar tentang sesuatu
"Kamu tidak sekolah?" Tanyamu
"Tidak.. Aku terlalu sibuk jadi aku home schooling"
"Aku bisa membayangkan sesibuk apa dirimu"
"Haha.. Kamu sendiri?"
"Aku juga tidak, aku memutuskan untuk berhenti sekolah dan menjadi penyanyi jalanan atau mengamen di cafe-cafe kecil" katamu sambil tersenyum
"Suaramu memang bagus, kamu juga menciptakan lagu sendiri.. Itu kreatif, kenapa tidak rekaman"
Kamu menghentikan langkahmu, begitu juga dengan Greyson
"Ada apa? Perkataanku salah ya?"
"Tidak, aku tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya" katamu
"Rekaman saja!" Saran Greyson
"Tidak mungkin ada label yang mau" kamu mempercepat langkahmu, Greyson yang tertinggal di belakang berlari kecil menyusulmu
"Pasti ada.. Jangan berkecil hati seperti itu." Katanya lagi "boleh sekali lagi aku mendengar suaramu yang indah itu?" Pintanya
"Eh? Tapi dimana?"
"Ikut aku.. Aku ada tempat menarik" katanya sambil menarik tanganmu
Kalian sampai di sebuah bukit yang lumayan tinggi, terlihat pemandangan kota disana, kamu meletakan Guitar Casemu di tanah dan berlari mendekati ujung bukit dan membuat bentuk persegi dengan kedua tanganmu dan melihat sekeliling menggunakan itu.
"Pemadangannya indah kan?" Tanya Greyson
"Indah! Sangat indah!" Katamu penuh semangat
Kamu melihat ke arah matahari yang bersinar sangat terang, dan menutup matamu lalu mulai bersenandung pelan. Kamu berlari menuju Guitar casemu dan mengeluarkan gitarnya. Greyson mengikutimu, kamu mencari-cari nada yang masuk, setelah ketemu kamu mulai bernyanyi kecil
Saat menengadah, jejak asap menghilang keesokan harinya
Namun aku tetap saja mengayuh sepedaku
Langit yg kulihat saatku mengayuh kepuncaknya
Seakan suatu hari aku hendak menggapainya
Kamu terdiam sebentar dan mengaluarkan sebuah buku kosong, dan pulpen. Dan menulis lanjutan liriknya sesekali Greyson juga membantu
Akhirnya lagu selesai juga
Saat menengadah, jejak asap menghilang keesokan harinya
Namun aku tetap saja mengayuh sepedaku
Langit yg kulihat saatku mengayuh kepuncaknya
Seakan suatu hari aku hendak menggapainya
Kepalkan tanganku, kesana kesana
Tetap mengepal, kesana kesana
Gairah yg seakan hendak keluar...
Aku khawatirkan hal-hal kecil
Pastinya aku masih ingin jumpa kamu, yeah
Diawal semerbak musim semi ini
Disaat bunga-bunga mulai bermekaran
Takkan menyerah begitu saja, kan?
Jadi tertawalah, tertawa, tertawa lepas
Jadi tertawa, tertawalah
Kulihat kebawah kekota dari puncak bukit
Mungkin aku bisa melihat atap rumahmu dari sini
Katamu pantai terlihat tepat dari jendela kamarmu
Jadi seperti itu ya kiranya disana? Sama seperti "sekarang"
Takkan dilepaskan, kesana kesana
Tetap mengepal, kesana kesana
Semangat yg seakan ingin meledak...
Aku khawatirkan hal-hal kecil
Pastinya aku masih ingin jumpa kamu, yeah
Walau aku masih khawatir akan hal lain
Kurasa itu takkan kulupakan
Takkan menyerah begitu saja
Jangan pikirkan, jangan pikirkan, jika aku terjatuh
Yeah yeah, keinginanku kesini tuk rasakan hembusan anginnya
Senyum kecilmu ingin kulihat
Agar aku bisa lebih teguh, yeah
Diawal semerbak musim semi ini
Dan disaat bunga mulai bermekaran
Takkan menyerah begitu saja, kan?
Jadi tertawa, tertawalah
(Courtessy : YUI - Laugh Away)
Hari mulai sore, kamu dan Greysonpun terpakasa berpisah, dia bilang dia ada urusan sedangkan kamu harus pulang kerumah untuk menyiapkan makan malam.
Sampai di rumah kamu langsung menuju dapur dan mulai memasak, tak usah masakan yang sulit-sulit kamu hanya membuat sup krim dan roti panggang sebagai teman makannya. Selesai memasak, kamu mematikan kompor dan menuju kamar untuk mandi dan menaruh Guitar Casemu.
Selesai mandi kamu duduk di ruang tengah dan menonton TV, ada sebuah acara talk show yang bintang tamunya orang yang sangat kamu kenal dia Greyson
"Ooh, dia seorang artis rupanya.."
Tak lama kamu mendengar suara ketukan kamu membukanya itu kakamu dan Brandon, mereka membwa sebuah kantung kresek yang begitu kamu buka ternyata 3 mangkuk eskrim. Kamu memasukannya ke dalam kulkas dan menuangkan sup tadi ke 3 buah mangkuk untuk makan malam.
Selesai makan kamu masuk ke kamar dan berganti pakaian kamu memakai kemeja polos warna coklat muda celana jeans warna gelap dan membawa Guitar Casemu ke bawah
"Malam inipun akan pergi?" Tanya kakamu dari arah dapur
"Begitulah" jawabmu sambil sibuk menalikan tali sepatumu
"Aku ikut dong ka, aku belum pernah mendengar suaramu" pinta Brandon
"Boleh, tapi sebelumnya biarkan aku membunuhmu" jawabmu dengan memicingkan mata ke arah Brandon, dia tak membalas dan kembali memainkan PSP nya di ruang tengah. Kamu pamitan dan melangkah keluar. Kamu berniat ke taman tadi, untuk street live malam ini.
Setelah sampai, kamu kecewa tempat itu sudah di tempati orang lain, dia kelihatannya sedang tertidur. Kamu berlutut di sampingnya dan mengguncang-guncangkan tubuhnya
"Bagun tuan, ini tempatku" katamu pelan, dia tidak bergeming sama sekali
"Tuan.. Tolong bangun dan pindahlah, tidak baik tidur di atas tanah seperti ini" katamu lagi
Orang itu malah membelakangimu, kamu kesal, dan agak menjauh dari orang itu. Kamu mengeluarkan gitarmu dan menyetemnya ulang.
Setelah selesai, kamu mulai bernyanyi kecil, orang yang tadi terbangun dan mendekatimu perlahan-lahan lalu memasangkan topi yang tadi dia pakai di kepalamu. Kamu menoleh kebelakang, ternyata dia Zero, dia tersenyum ke arahmu
"Lagu apa?" Tanyanya
"Lagu baru"
"Ooh, bisa aku menyaksikan penampilanmu?"
"Tentu" jawabmu singkat
Hari mulai larut, kamu menunggu bisa di sebuah halte. Tak lama kamu mendengar suara rem sepeda kamu melihat darimana asalnya, kamu melihat di depanmu ada seorang pemuda yang seumuran denganmu, rambutnya ikal dan pirang,dia memakai kaus v neck warna merah, dan celana pendek di atas lutut
"Se..selamat malam" sapamu
"Malam" jawabnya
"Ada apa ya?" Tanyamu
"Tidak ada.. Aku mau membeli kopi disana" menunjuk mesin pembuat kopi di belakangmu. Dia turun dari sepedanya, dan mendekati mesin itu, setelah membeli kopi dia duduk di sebelahmu
Kalian saling diam,
"Siapa namamu?" Ucapnya membuka percakapan
"Nina.. Kamu?"
"Cody"
"Ooh.. Salam kenal Cody" ucapmu sambil tersenyum
"Salam kenal juga" jawabnya
"Dimana rumahmu?" Tanyanya lagi
"Jauh dari sini, di ... ( Disamarkan)"
"Eeemm"
Tak lama bis yang kamu tunggu datang juga, kamu berdiri dan membawa guitar casemu
"Sampai jumpa lagi" katamu
"Ya.. Gitar itu milikmu?" Tanyanya
"Begitulah"
"Kapan kita bisa bertemu lagi?" Tanyanya lagi penuh harap
"Kau bisa temui aku di taman dekat stasiun aku sering mengadakan street live disana" jelasmu
"Aku akan datang"
"Jangan buat janji yang akhirnya tak kau tepati" katamu sambil naik ke dalam bis
"Selama liburan musim semi ini aku bisa.. Aku akan datang!" Katanya mantap.
Kamu naik kedalam bis, dari dalam bis kamu melambaikan tangan, Cody membalas lambaianmu sambil tersenyum. Saat bismu mulai jauh, Cody kembali naik ke sepedanya dan bernyanyi kecil
Every minute, every second, every hour of the day
Iyiyi
Every hour of the day
Iyiyi
Everytime that I'm away
Iyiyi
Missing you, missing you
Every moment that is stolen, it can never be replaced
Iyiyi
Even if it's for a day
Iyiyi
I'm a text you up to say
Iyiyi
Missing you, missing you
Kamu sampai di rumah dan langsung masuk ke kamar, kamu merebahkan dirimu ke atas kasur kamu melirik buku Diary milik si "tanpa nama" itu. Kamu merasa ada yang aneh dan kembali membuka buku itu, kamu tidak membaca isinya kamu langsung menuju halaman terakhir, tapi yang kamu temukan malah kertas yang masih bersih belum tercoret sedikitpun, kamu membuka ke halaman-halaman sebelumnya tapi tetap saja kosong melompong sampai di sebuah kertas bertanggalkan 2 Oktober 2010 tapi kosong tak tertulis apapun disana. Kamu menutup buku itu dan menatap keluar rembulan menampakan dirinya sinar putihnya memasuki kamarmu yang gelap gulita, kamu menyimpan buku itu disamping bantalmu lalu pergi tidur.
***
Malam berlalu, kamu masih saja tertidur di atas kasurmu, Brandon diam-diam masuk ke kamarmu dan melompat-lompat diatas kasurmu, itu sangat mengganggu
"Brandon.. Bisa diam tidak?" Katamu
"Bangun dong ka, aku sendirian di bawah temani aku" katanya sambil terus melompat-lompat
"Malaaaaass.. Nanti saja ya?" Pintamu sambil menarik selimut
Brandon turun dari kasurmu, dia mendekati jendela besar di kamarmu, dan menarik kordennya hingga terbuka, matahari sudah lebih dulu membuka matanya dan sinarnya menyilaukan matamu, kamu menyembunyikan wajahmu ke dalam selimut
"Kaka!! Diluar sudah siang!! Mau sampai kapan tidurnya??" Ucap Brandon
"Iya..iya aku bangun," kamu bangkit dan terduduk di kasurmu
"Gitu dong" Brandon tersenyum dan duduk di atas lemari dekat jendela
Sementara itu,
Justin terdiam di halaman rumahnya hari itu adalah hari libur untuknya, halamannya tidak sepi seperti biasanya, ada sahabat-sahabatnya disana
"Woooi!! Bengong aja!" Teriak Ryan
Justin mengacuhkan sahabatnya itu, ponselnya bergetar dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana
From : Sely
Hari ini kau kosong?
Justin tak membalasnya, dia memasukan ponselnya ke dalam saku celananya dan bergabung dengan sahabatnya bermain kartu di halaman rumahnya.
Kamu baru saja selesai mandi, pagi itu kamu memakai, kaus warna putih polos, kemeja biru kotak-kotak sebagai luaran, dan jeans panjang sebagai bawahan. Kamu sibuk mengeringkan rambutmu menggunakan handuk
"Ka, sarapannya di dapur" Brandon menunjuk ruangan di sebelah kamar mandi
"Iya.."
Ting! Tong!
Bel berbunyi kamu menyimpan handuk di tempatnya dan membuka pintu tanpa menyisir lebih dulu. Di balik pintu itu ada seorang kurir barang dia memegang sebuah kotak berbungkus kertas coklat ukurannya lumayan besar
"Benar ini rumahnya nona Nina?" Katanya sambil melihat sebuah papan berjalan dalam bentuk kecil
"Iya, saya sendiri.. Paket dari siapa ini?" Tanyamu
"Maaf, dia tidak memberi tau siapa namanya, tapi ini untukmu nona.. Oh ya, silahkan tanda tangan disini" katanya sambil menyerahkan papan berjalan itu, kamu mendatangani kertas itu dan mengembalikannya, dia memberikan paketnya lalu pergi. Kamu masuk ke dalam rumah
"Dari siapa ka?" Tanya Brandon
"Kamu aja ga tau, apa lagi kaka" jawabmu
"Lo?" Brandon memasang tampang bingung
"Dia ga ngasih tau siapa namanya" katamu lagi
"Woooow, kaka punya secret admirer nih" Brandon mengedipkan sebelah matanya
"Genit kamu"
Kamu menuju dapur dan meletakan paket itu di sebuah meja kayu di tengah ruangan itu. Kamu menyendok nasi goreng buatan kakamu, dan mengambil kursi yang kosong di ujung ruangan dan makan disana sambil menatap paket itu.
Selesai makan dan mencuci piringnya kamu membuka paket itu, ternyata isinya sebuah teddy bear warna putih dia menggunakan pita warna ungu di lehernya. Kamu semakin bingung
"Dari siapa? Rasanya aku tak memberi tau siapapun aku menyukai warna ungu? Dan boneka teddy seperti ini?" Katamu dalam hati
Brandon tiba-tiba muncul di dapur dia tertawa cekikikan
"Apaan si?" Katamu
"Kaka dikirim begituan, artinya kaka sudah punya pacar" katanya sambil menahan tawa
Kamu memasukan boneka itu ke dalam kardusnya dan mengejar Brandon yang lari ke ruang tengah kalian bercanda di sofa warna hitam pekat di ruang tengah. TV masih menyala, tak lama muncul berita tentang kedekatan Justin dan Selena
"Kamu masih kecil, udah nonton gosip" katamu sambil mengambil remote.
"Sebentar ka," Brandon menahan tanganmu
Kalian berdua akhirnya menonton tayangan itu sampai habis.
"Iikkhh! Kenapa harus sama cewe itu coba? Kaya ga ada cewe lain aja di dunia" komentar Brandon
"Anak kecil ga usah ikut campur urusan orang lain" jawabmu sambil memindahkan channel
"Habis aku ga rela kakaku diambil cewe kaya gitu.. Rasanya mau muntah" menjulurkan lidahnya
"Hah?! Kakamu?? Heeeii... Bangun anak muda, kenal kamu aja enggak" katamu sambil mencubit pipinya
"Kan nanti bisa kenal sama kaka, atau ka Widy, terus pacaran, nikah. Dan jadi kaka iparku" katanya santai
Kamu menepuk keningmu
"Belajar darimana kamu khayalan tingkat tinggi begitu?" Katamu
"Dari Lily," jawabnya singkat
Kamu menepuk keningmu lagi, kamu memberikan remote pada Brandon dan melangkah masuk ke kamar
Kamu kembali menatap buku Diary itu, sampulnya terlihat bersinar terkena sinar matahari, kamu merasa ada yang berkilau dari buku itu, kamu mencari dari mana asalnya. Di bagian belakang buku itu ada sesuatu yang menyangkut, kamu menariknya perlahan ternyata itu kalung yang sama persis seperti yang dikenakan gadis di foto itu, yang berbeda adalah rantainya sudah mulai berkarat.
"Justin.. Pasti milik si empunya buku ini" katamu sambil mengacungkan kalung itu
"Siapa namanya? Kenapa dia meninggalkan rumah ini tanpa membawa buku Diarynya? Dan kenapa tanggal terakhir yang ditulisnya di buku ini bertepatan dengan hari dimana oprasi mataku dilaksanakan? Apa dia yang mendonorkan matanya untukku?" Tanyamu dalam hati.
Kamu menyimpan kalung itu di laci lemari pakaianmu. Kamu meraih gitar yang kamu sandarkan di ujung ruangan dan mulai memetiknya
Take Me home nobody told, I know I know crackin my soul. I've got no one drop me
Take Me home nobody told, I know I know crackin my soul. You take me away
Kamu menghentikan petikanmu dan menatap keluar, jalanan sedang ramai kala itu, banyak orang yang berjalan dan terlihat pemandangan pantai di jauh sana.
Kamu mengeluarkan kalung itu dari laci, dan memakainya di lehermu, kamu mendekati kaca dan bercermin disana. Kamu membawa foto tadi dan kembali bercermin, kamu mencoba tersenyum seperti yang kamu lihat di foto itu
"Persis" katamu pelan
Kamu menatap foto itu, sementara itu Justin bersila di atas kasur dan memandang foto yang sama, dia meraih laci kecil di samping kasurnya dan mengeluarkan kalung berliontinkan nama "Allya"
"Kukira aku bisa membelikanmu hadiah yang lebih indah dari ini" katanya sambil mengacungkan kalungnya itu
Lamunanmu terpecahkan karena Brandon memanggilmu dari bawah, ada tamu untukmu katanya. Kamu melepaskan kalung itu dan memasukannya ke laci bersama foto tadi dan bergegas turun kebawah.
"Lo? Kamu kan yang kemarin" katamu sambil menunjuk seorang pemuda yang duduk di kursi ruang tamu, mata nya menatapmu lembut senyuman mulai terlihat di wajahnya
"Maaf tak memberi kabar lebih dulu" katanya sambil tersenyum
"Kalian pernah bertemu" Brandon mulai bingung
"Iya... Tapi.. Kenapa kamu bisa sampai disini?" Tanyamu
"Kemarin kamu memberi tau alamat rumahmu kan?" Katanya berusaha mengingatkanmu
"Ooohh.. Iya, aku ingat"
"Ciiieee... Pacar ya??" Brandon tersenyum jail sambil menunjuk wajahmu
Kamu menghampiri Brandon dan mencubit pipinya
"Hahahaha.. Kalian berdua lucu?" Katanya sambil menahan tawa
"Lupakan," kamu melepaskan cubitanmu dari pipi Brandon, dia memegangi pipinya yang merah hampir mirip dengan merahnya tomat
"Aku mau mengajakmu keluar.. Bisa kan?" Tawarnya
"Eh? Boleh si.. Tapi anak ini" kamu memegang kepala Brandon
"Ajak saja, kamu mau ikut kan sobat kecil?" Ajaknya
"Tentu saja!"
Kamu memasang sneakresmu di halaman setelah selesai kamu menggangdeng tangan Brandon, kamu tidak sadar kalau yang kamu gandeng bukan tangan Brandon. Anak itu berjalan di depanmu
"Eh! Cody? Maaf, kukira Brandon" kamu tersipu malu
"Tidak masalah.." Katanya sambil tersenyum
"Mau kemana kita?" Tanyamu
"Ke rumah sahabatku.." Jawabnya singkat
"Ooh.."
Singkat cerita kalian bertiga sampai di sebuah rumah yang sangat mewah, bercat putih dan memiliki halaman yang luas, di halamannya ada beberapa anak yang sibuk memainkan skateboardnya
"Heeey! Guys! Justinnya mana?" Tanya Cody sambil menghampiri mereka.
Kamu terdiam di dekat sebuah pohon yang lumayan rindang, Brandon bisa dengan mudahnya berbaur dengan 2 orang gadis yang kelihatnnya lebih tua darimu
"Di kamarnya.. Lo? Siapa dia? Wajahnya persis seperti Allya" tanya seorang anak berambut pirang dan ikal seperti Cody bernama Christian
"Mungkin kebetulan saja mirip, aku datangi Justin dulu ya?" Cody berlari masuk
Kamu masih terdiam di dekat pohon itu, saat akan beranjak ada yang menabrakmu dari belakang kamu terjatuh dan yang menabrakmu terjatuh di atasmu wajah kalian berdua saling dekat
"Justin! Ko kamu bisa diluar? Bukannya di kamar?" Tanya Ryan
Kamu mendorong Justin menjauh dari badanmu dan membersihkan pakaianmu yang sedikit kotor karena debu jalanan
"Allya?" Kata Justin
"Maaf, aku bukan Allya, aku punya nama. Namaku Nina Annisa.. Ingatkan itu" katamu dengan nada jengkel "dan jika bisa lain kali, tolong perhatikan jalanmu jangan sembarangan atau kau bisa menabrak orang tua" lanjutmu
Suasana hening
"A.. Ada apa? Apa perkataanku salah?" Tanyamu
"Tidak.. Tapi mirip dengan apa yang dikatakan teman kami ya.. Persis kecuali yang menyebutkan nama tadi" jelas Chaz
"Begitu.."
Justin tidak berkomentar apapun, dia masih tertunduk. Kamu menawarkan bantuan padanya dia menerima bantuanmu
"Thanks" katanya sambil tersenyum
"Bukan masalah" kamu membalas senyumannya
Justin terus menggenggam tanganmu
"Maaf, tanganmu" katamu sambil menunjuk tangan Justin
"Oh maaf" katanya sambil melepaskan genggamannya
Cody kembali dia memukul lengan Justin pelan, kamu dan Brandon di persilahkan masuk dan ikut bergabung,
"Kalian berdua ikut ya? " Pinta Caitlin
"Aku tak bisa ka, aku sekolah" tolak Brandon
"Aku juga tidak yakin bisa ikut, aku harus menjaga anak ini di rumah" katamu
"Aku bisa di jaga ka Widy" Brandon menjulurkan lidahnya "kaka ikut saja sana" katanya lagi
"Ngusir nih ceritanya" katamu
Semua tertawa, kamu merasa ingin menjitak kepala Brandon saat itu juga
"Iya, Na, ikut saja" pinta Cody
"Oke,oke aku ikut tapi jika diizinkan kakaku ya?" Katamu
"Pasti boleh, kan hang out sama artis" Christian memamerkan jempolnya. Kamu hanya tersenyum
"Sebentar, Sely ikut ga? Enggak kan?" Tanya Caitlin
"Siapa? Sely si sepeda lipat? Pasti ikut!" Ujar Chaz
"Bukan bego! Sely, Selena itu lo"
"Oh iya.. Enggak ikut kan? Iya kan Justin???" Tanya Chris
"Maunya si iya.."
"Tidak!!!!" Tolak yang lainnya
"Aku belum selesai bicara"
"Kumohon jangan.. Dia bisa merusak semuanya" sahut Ryan
"Iya,iya tidak akan"
"Benar??" Kali ini Brandon ikut-ikutan
"Tidak" jawab Justin
Semua bersorak seperti anak SD yang mendapat libur musim panas di hari pertama musim semi. Kamu yang tidak mengerti apa permasalahannya cuma tersenyum.
"Nina.. Pulangnya diantar aku atau Cody" Justin mengalihkan pembicaraan
Caitlin dan yang lainnya terdiam dan pura-pura batuk
"Ciiie.. Justin, Selena dikemanain??" Goda Cody
"Aku cuma menawarkan tumpangan" sanggah Justin
"Aaah.. Bilang saja naksir" goda Ryan dia merangkulmu
"eeeem.. Aku terserah Brandon" katamu sambil tersenyum dan menatap Brandon
"Sama ka Justin!" Dia menunjuk Justin
"Ya sudah, ayo" Justin bangkit dan memakai jaketnya, kamu menggandeng Brandon dan membututinya dari belakang
"Hati-hati di jalan!!!"
Justin tidak berkomentar apa-apa, di mobil kamu duduk di samping kursi supir sedangkan Brandon duduk di belakang
"Dimana rumahmu? Jadi besok aku menjemputmu juga dengan yang lain" katanya membuka pembicaraan
"Di ... (Disamarkan)" jawab Brandon
"Ooh disana, ternyata dekat"
Kamu sesekali memandang wajah Justin yang serius mengendarai mobilnya, saat sampai kamu berniat mengambil tasmu di dekat Justin, dan tangan kalian bersentuhan karena disaat yang sama Justin berniat memberikan tasmu itu
"Maaf, itu tak disengaja" katamu, Justin tidak menjawab dia hanya tersenyum. Brandon sudah turun lebih dulu, kamu buru-burur turun sebelumnya kamu sudah berterima kasih karena sudah diantarkan pulang, seperti biasa Justin tidak menjawab dia hanya tersenyum lalu pergi meninggalkanmu di halaman rumah.
Kamu dan Brandon masuk ke dalam rumah, anak itu terus menggodamu di rumah. Kamu menghiraukannya dan masuk ke kamar.
Kamu duduk di samping kasur dan membaca isi Diary si 'tanpa nama' karena memang tak ada lagi yang bisa dibaca selain buku itu. Bosan membaca kamu meletakan buku itu di meja kecil di tengah kamarmu. Dan duduk disampingnya
"Sekarang aku tau, pemilik buku ini bernama Allya rupanya, dia gadis yang beruntung" katamu sambil tersenyum "ya! Sebaiknya aku bersiap untuk besok" kamu mulai berkemas untuk besok.
Tujuanmu besok adalah sebuah villa di daerah Bahama milik keluarga Justin yang sering dia gunakan untuk liburan rahasia yang sulit di lacak oleh paparazzi, di liburan-liburan sebelumnya Justin mengajak Selena ikut serta, tapi kehadirannya malah membuat liburan menjadi sangat berbeda, sangat membosankan menurut Chris. Karena itulah teman-teman Justin melarang Justin mengajak Selena ikut di liburan kali ini.
kakamu mengizinkanmu ikut dengan mereka semua setelah Brandon meyakinkan kakamu dia bisa menjaga diri sendiri. Pagi harinya kamu masih tertidur di kasurmu. Brandon terpaksa membangunkanmu dengan cara kemarin.
"Iya,iya aku bangun"
Hari itu kamu memakai kaus putih dengan gambar sebuah headphone diatasnya, jaket berwarna abu-abu, jeans selutut, dan sneakers putih, rambutmu kamu kuncir satu. Kamu turun ke bawah (iyalah masa turun ke atas --") dan pamit pada Brandon dan kakamu.
"Heeeeyy!!" Sapa Chris dari dalam mobil
Ryan turun dan membantumu memasukan tas ke bagasi, setelah selesai dia membukakan pintu mobil untukmu
"Aku duduk di depan?" Tanyamu kurang yakin
"Dibelakang tidak cukup lagi, jadi kamu di depan dekat Justin ini.. Dia juga tidak menggigit"
"Ryaaaan" terdengar suara yang mengancam dari dalam mobil sepertinya dari arah Justin, kamu masuk dan menutup pintunya, setelah Ryan masuk kalian tancap gas menuju Bahama tempat kalian menghabiskan liburan.
"Kudengar Selena mendapat pekerjaan disana, dia memintaku mengosongkan satu kamar untuknya tidak apa-apa kan?"
***
Malam berlalu, kamu masih saja tertidur di atas kasurmu, Brandon diam-diam masuk ke kamarmu dan melompat-lompat diatas kasurmu, itu sangat mengganggu
"Brandon.. Bisa diam tidak?" Katamu
"Bangun dong ka, aku sendirian di bawah temani aku" katanya sambil terus melompat-lompat
"Malaaaaass.. Nanti saja ya?" Pintamu sambil menarik selimut
Brandon turun dari kasurmu, dia mendekati jendela besar di kamarmu, dan menarik kordennya hingga terbuka, matahari sudah lebih dulu membuka matanya dan sinarnya menyilaukan matamu, kamu menyembunyikan wajahmu ke dalam selimut
"Kaka!! Diluar sudah siang!! Mau sampai kapan tidurnya??" Ucap Brandon
"Iya..iya aku bangun," kamu bangkit dan terduduk di kasurmu
"Gitu dong" Brandon tersenyum dan duduk di atas lemari dekat jendela
Sementara itu,
Justin terdiam di halaman rumahnya hari itu adalah hari libur untuknya, halamannya tidak sepi seperti biasanya, ada sahabat-sahabatnya disana
"Woooi!! Bengong aja!" Teriak Ryan
Justin mengacuhkan sahabatnya itu, ponselnya bergetar dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana
From : Sely
Hari ini kau kosong?
Justin tak membalasnya, dia memasukan ponselnya ke dalam saku celananya dan bergabung dengan sahabatnya bermain kartu di halaman rumahnya.
Kamu baru saja selesai mandi, pagi itu kamu memakai, kaus warna putih polos, kemeja biru kotak-kotak sebagai luaran, dan jeans panjang sebagai bawahan. Kamu sibuk mengeringkan rambutmu menggunakan handuk
"Ka, sarapannya di dapur" Brandon menunjuk ruangan di sebelah kamar mandi
"Iya.."
Ting! Tong!
Bel berbunyi kamu menyimpan handuk di tempatnya dan membuka pintu tanpa menyisir lebih dulu. Di balik pintu itu ada seorang kurir barang dia memegang sebuah kotak berbungkus kertas coklat ukurannya lumayan besar
"Benar ini rumahnya nona Nina?" Katanya sambil melihat sebuah papan berjalan dalam bentuk kecil
"Iya, saya sendiri.. Paket dari siapa ini?" Tanyamu
"Maaf, dia tidak memberi tau siapa namanya, tapi ini untukmu nona.. Oh ya, silahkan tanda tangan disini" katanya sambil menyerahkan papan berjalan itu, kamu mendatangani kertas itu dan mengembalikannya, dia memberikan paketnya lalu pergi. Kamu masuk ke dalam rumah
"Dari siapa ka?" Tanya Brandon
"Kamu aja ga tau, apa lagi kaka" jawabmu
"Lo?" Brandon memasang tampang bingung
"Dia ga ngasih tau siapa namanya" katamu lagi
"Woooow, kaka punya secret admirer nih" Brandon mengedipkan sebelah matanya
"Genit kamu"
Kamu menuju dapur dan meletakan paket itu di sebuah meja kayu di tengah ruangan itu. Kamu menyendok nasi goreng buatan kakamu, dan mengambil kursi yang kosong di ujung ruangan dan makan disana sambil menatap paket itu.
Selesai makan dan mencuci piringnya kamu membuka paket itu, ternyata isinya sebuah teddy bear warna putih dia menggunakan pita warna ungu di lehernya. Kamu semakin bingung
"Dari siapa? Rasanya aku tak memberi tau siapapun aku menyukai warna ungu? Dan boneka teddy seperti ini?" Katamu dalam hati
Brandon tiba-tiba muncul di dapur dia tertawa cekikikan
"Apaan si?" Katamu
"Kaka dikirim begituan, artinya kaka sudah punya pacar" katanya sambil menahan tawa
Kamu memasukan boneka itu ke dalam kardusnya dan mengejar Brandon yang lari ke ruang tengah kalian bercanda di sofa warna hitam pekat di ruang tengah. TV masih menyala, tak lama muncul berita tentang kedekatan Justin dan Selena
"Kamu masih kecil, udah nonton gosip" katamu sambil mengambil remote.
"Sebentar ka," Brandon menahan tanganmu
Kalian berdua akhirnya menonton tayangan itu sampai habis.
"Iikkhh! Kenapa harus sama cewe itu coba? Kaya ga ada cewe lain aja di dunia" komentar Brandon
"Anak kecil ga usah ikut campur urusan orang lain" jawabmu sambil memindahkan channel
"Habis aku ga rela kakaku diambil cewe kaya gitu.. Rasanya mau muntah" menjulurkan lidahnya
"Hah?! Kakamu?? Heeeii... Bangun anak muda, kenal kamu aja enggak" katamu sambil mencubit pipinya
"Kan nanti bisa kenal sama kaka, atau ka Widy, terus pacaran, nikah. Dan jadi kaka iparku" katanya santai
Kamu menepuk keningmu
"Belajar darimana kamu khayalan tingkat tinggi begitu?" Katamu
"Dari Lily," jawabnya singkat
Kamu menepuk keningmu lagi, kamu memberikan remote pada Brandon dan melangkah masuk ke kamar
Kamu kembali menatap buku Diary itu, sampulnya terlihat bersinar terkena sinar matahari, kamu merasa ada yang berkilau dari buku itu, kamu mencari dari mana asalnya. Di bagian belakang buku itu ada sesuatu yang menyangkut, kamu menariknya perlahan ternyata itu kalung yang sama persis seperti yang dikenakan gadis di foto itu, yang berbeda adalah rantainya sudah mulai berkarat.
"Justin.. Pasti milik si empunya buku ini" katamu sambil mengacungkan kalung itu
"Siapa namanya? Kenapa dia meninggalkan rumah ini tanpa membawa buku Diarynya? Dan kenapa tanggal terakhir yang ditulisnya di buku ini bertepatan dengan hari dimana oprasi mataku dilaksanakan? Apa dia yang mendonorkan matanya untukku?" Tanyamu dalam hati.
Kamu menyimpan kalung itu di laci lemari pakaianmu. Kamu meraih gitar yang kamu sandarkan di ujung ruangan dan mulai memetiknya
Take Me home nobody told, I know I know crackin my soul. I've got no one drop me
Take Me home nobody told, I know I know crackin my soul. You take me away
Kamu menghentikan petikanmu dan menatap keluar, jalanan sedang ramai kala itu, banyak orang yang berjalan dan terlihat pemandangan pantai di jauh sana.
Kamu mengeluarkan kalung itu dari laci, dan memakainya di lehermu, kamu mendekati kaca dan bercermin disana. Kamu membawa foto tadi dan kembali bercermin, kamu mencoba tersenyum seperti yang kamu lihat di foto itu
"Persis" katamu pelan
Kamu menatap foto itu, sementara itu Justin bersila di atas kasur dan memandang foto yang sama, dia meraih laci kecil di samping kasurnya dan mengeluarkan kalung berliontinkan nama "Allya"
"Kukira aku bisa membelikanmu hadiah yang lebih indah dari ini" katanya sambil mengacungkan kalungnya itu
Lamunanmu terpecahkan karena Brandon memanggilmu dari bawah, ada tamu untukmu katanya. Kamu melepaskan kalung itu dan memasukannya ke laci bersama foto tadi dan bergegas turun kebawah.
"Lo? Kamu kan yang kemarin" katamu sambil menunjuk seorang pemuda yang duduk di kursi ruang tamu, mata nya menatapmu lembut senyuman mulai terlihat di wajahnya
"Maaf tak memberi kabar lebih dulu" katanya sambil tersenyum
"Kalian pernah bertemu" Brandon mulai bingung
"Iya... Tapi.. Kenapa kamu bisa sampai disini?" Tanyamu
"Kemarin kamu memberi tau alamat rumahmu kan?" Katanya berusaha mengingatkanmu
"Ooohh.. Iya, aku ingat"
"Ciiieee... Pacar ya??" Brandon tersenyum jail sambil menunjuk wajahmu
Kamu menghampiri Brandon dan mencubit pipinya
"Hahahaha.. Kalian berdua lucu?" Katanya sambil menahan tawa
"Lupakan," kamu melepaskan cubitanmu dari pipi Brandon, dia memegangi pipinya yang merah hampir mirip dengan merahnya tomat
"Aku mau mengajakmu keluar.. Bisa kan?" Tawarnya
"Eh? Boleh si.. Tapi anak ini" kamu memegang kepala Brandon
"Ajak saja, kamu mau ikut kan sobat kecil?" Ajaknya
"Tentu saja!"
Kamu memasang sneakresmu di halaman setelah selesai kamu menggangdeng tangan Brandon, kamu tidak sadar kalau yang kamu gandeng bukan tangan Brandon. Anak itu berjalan di depanmu
"Eh! Cody? Maaf, kukira Brandon" kamu tersipu malu
"Tidak masalah.." Katanya sambil tersenyum
"Mau kemana kita?" Tanyamu
"Ke rumah sahabatku.." Jawabnya singkat
"Ooh.."
Singkat cerita kalian bertiga sampai di sebuah rumah yang sangat mewah, bercat putih dan memiliki halaman yang luas, di halamannya ada beberapa anak yang sibuk memainkan skateboardnya
"Heeey! Guys! Justinnya mana?" Tanya Cody sambil menghampiri mereka.
Kamu terdiam di dekat sebuah pohon yang lumayan rindang, Brandon bisa dengan mudahnya berbaur dengan 2 orang gadis yang kelihatnnya lebih tua darimu
"Di kamarnya.. Lo? Siapa dia? Wajahnya persis seperti Allya" tanya seorang anak berambut pirang dan ikal seperti Cody bernama Christian
"Mungkin kebetulan saja mirip, aku datangi Justin dulu ya?" Cody berlari masuk
Kamu masih terdiam di dekat pohon itu, saat akan beranjak ada yang menabrakmu dari belakang kamu terjatuh dan yang menabrakmu terjatuh di atasmu wajah kalian berdua saling dekat
"Justin! Ko kamu bisa diluar? Bukannya di kamar?" Tanya Ryan
Kamu mendorong Justin menjauh dari badanmu dan membersihkan pakaianmu yang sedikit kotor karena debu jalanan
"Allya?" Kata Justin
"Maaf, aku bukan Allya, aku punya nama. Namaku Nina Annisa.. Ingatkan itu" katamu dengan nada jengkel "dan jika bisa lain kali, tolong perhatikan jalanmu jangan sembarangan atau kau bisa menabrak orang tua" lanjutmu
Suasana hening
"A.. Ada apa? Apa perkataanku salah?" Tanyamu
"Tidak.. Tapi mirip dengan apa yang dikatakan teman kami ya.. Persis kecuali yang menyebutkan nama tadi" jelas Chaz
"Begitu.."
Justin tidak berkomentar apapun, dia masih tertunduk. Kamu menawarkan bantuan padanya dia menerima bantuanmu
"Thanks" katanya sambil tersenyum
"Bukan masalah" kamu membalas senyumannya
Justin terus menggenggam tanganmu
"Maaf, tanganmu" katamu sambil menunjuk tangan Justin
"Oh maaf" katanya sambil melepaskan genggamannya
Cody kembali dia memukul lengan Justin pelan, kamu dan Brandon di persilahkan masuk dan ikut bergabung,
"Kalian berdua ikut ya? " Pinta Caitlin
"Aku tak bisa ka, aku sekolah" tolak Brandon
"Aku juga tidak yakin bisa ikut, aku harus menjaga anak ini di rumah" katamu
"Aku bisa di jaga ka Widy" Brandon menjulurkan lidahnya "kaka ikut saja sana" katanya lagi
"Ngusir nih ceritanya" katamu
Semua tertawa, kamu merasa ingin menjitak kepala Brandon saat itu juga
"Iya, Na, ikut saja" pinta Cody
"Oke,oke aku ikut tapi jika diizinkan kakaku ya?" Katamu
"Pasti boleh, kan hang out sama artis" Christian memamerkan jempolnya. Kamu hanya tersenyum
"Sebentar, Sely ikut ga? Enggak kan?" Tanya Caitlin
"Siapa? Sely si sepeda lipat? Pasti ikut!" Ujar Chaz
"Bukan bego! Sely, Selena itu lo"
"Oh iya.. Enggak ikut kan? Iya kan Justin???" Tanya Chris
"Maunya si iya.."
"Tidak!!!!" Tolak yang lainnya
"Aku belum selesai bicara"
"Kumohon jangan.. Dia bisa merusak semuanya" sahut Ryan
"Iya,iya tidak akan"
"Benar??" Kali ini Brandon ikut-ikutan
"Tidak" jawab Justin
Semua bersorak seperti anak SD yang mendapat libur musim panas di hari pertama musim semi. Kamu yang tidak mengerti apa permasalahannya cuma tersenyum.
"Nina.. Pulangnya diantar aku atau Cody" Justin mengalihkan pembicaraan
Caitlin dan yang lainnya terdiam dan pura-pura batuk
"Ciiie.. Justin, Selena dikemanain??" Goda Cody
"Aku cuma menawarkan tumpangan" sanggah Justin
"Aaah.. Bilang saja naksir" goda Ryan dia merangkulmu
"eeeem.. Aku terserah Brandon" katamu sambil tersenyum dan menatap Brandon
"Sama ka Justin!" Dia menunjuk Justin
"Ya sudah, ayo" Justin bangkit dan memakai jaketnya, kamu menggandeng Brandon dan membututinya dari belakang
"Hati-hati di jalan!!!"
Justin tidak berkomentar apa-apa, di mobil kamu duduk di samping kursi supir sedangkan Brandon duduk di belakang
"Dimana rumahmu? Jadi besok aku menjemputmu juga dengan yang lain" katanya membuka pembicaraan
"Di ... (Disamarkan)" jawab Brandon
"Ooh disana, ternyata dekat"
Kamu sesekali memandang wajah Justin yang serius mengendarai mobilnya, saat sampai kamu berniat mengambil tasmu di dekat Justin, dan tangan kalian bersentuhan karena disaat yang sama Justin berniat memberikan tasmu itu
"Maaf, itu tak disengaja" katamu, Justin tidak menjawab dia hanya tersenyum. Brandon sudah turun lebih dulu, kamu buru-burur turun sebelumnya kamu sudah berterima kasih karena sudah diantarkan pulang, seperti biasa Justin tidak menjawab dia hanya tersenyum lalu pergi meninggalkanmu di halaman rumah.
Kamu dan Brandon masuk ke dalam rumah, anak itu terus menggodamu di rumah. Kamu menghiraukannya dan masuk ke kamar.
Kamu duduk di samping kasur dan membaca isi Diary si 'tanpa nama' karena memang tak ada lagi yang bisa dibaca selain buku itu. Bosan membaca kamu meletakan buku itu di meja kecil di tengah kamarmu. Dan duduk disampingnya
"Sekarang aku tau, pemilik buku ini bernama Allya rupanya, dia gadis yang beruntung" katamu sambil tersenyum "ya! Sebaiknya aku bersiap untuk besok" kamu mulai berkemas untuk besok.
Tujuanmu besok adalah sebuah villa di daerah Bahama milik keluarga Justin yang sering dia gunakan untuk liburan rahasia yang sulit di lacak oleh paparazzi, di liburan-liburan sebelumnya Justin mengajak Selena ikut serta, tapi kehadirannya malah membuat liburan menjadi sangat berbeda, sangat membosankan menurut Chris. Karena itulah teman-teman Justin melarang Justin mengajak Selena ikut di liburan kali ini.
kakamu mengizinkanmu ikut dengan mereka semua setelah Brandon meyakinkan kakamu dia bisa menjaga diri sendiri. Pagi harinya kamu masih tertidur di kasurmu. Brandon terpaksa membangunkanmu dengan cara kemarin.
"Iya,iya aku bangun"
Hari itu kamu memakai kaus putih dengan gambar sebuah headphone diatasnya, jaket berwarna abu-abu, jeans selutut, dan sneakers putih, rambutmu kamu kuncir satu. Kamu turun ke bawah (iyalah masa turun ke atas --") dan pamit pada Brandon dan kakamu.
"Heeeeyy!!" Sapa Chris dari dalam mobil
Ryan turun dan membantumu memasukan tas ke bagasi, setelah selesai dia membukakan pintu mobil untukmu
"Aku duduk di depan?" Tanyamu kurang yakin
"Dibelakang tidak cukup lagi, jadi kamu di depan dekat Justin ini.. Dia juga tidak menggigit"
"Ryaaaan" terdengar suara yang mengancam dari dalam mobil sepertinya dari arah Justin, kamu masuk dan menutup pintunya, setelah Ryan masuk kalian tancap gas menuju Bahama tempat kalian menghabiskan liburan.
"Kudengar Selena mendapat pekerjaan disana, dia memintaku mengosongkan satu kamar untuknya tidak apa-apa kan?"
"Neraka" sahut yang lainnya dalam suara pelan
"Kalian ngomong apaan si? Justru ada Sely itu villa jadi lebih ramai, kita juga jadi punya vokalis kalo akustikan, iya kan?" Ucap Justin sambil sesekali melirik sahabat-sahabatnya dari spion. Chris yang duduk di belakang bisa puas-puas memukuli bantal kecil yang disimpan di belakang,
"Memangnya apa si yang salah dengan si Selena itu?" Katamu dalam hati
Singkat cerita kalian semua sudah sampai di Villa yang dimaksud, bisa dibilang itu adalah villa yang sangat besar dan mewah. Di pagari oleh kayu yang sangat kokoh meski kelihatannya sudah sangat rapuh dan sangat tua tapi tetap terlihat kokoh. warnanya yang gelap embuatnya terlihat sangat gagah (kaya apa aja). villa yang hampir semuanya berbahan dasar kayu dan berwarna coklat muda dan putih susu, saat melangkah masuk kamu dan yang lainnya dimanjakan dengan berbagai furniture yang kelihatannya mahal sekali, ada beberapa sofa berwarna merah tua atau merah darah yang diatasnya terdapat bantal kecil berwarna putih tapi ada juga yang berwarna hitam, di tengah ruangan ada sebuah meja bulat yang terbuat dari kayu yang di cat warna hitam dan berlapiskan kaca yang cukup tebal diatasnya. di dekat sebuah jendela yang menghadap keluar dan berkorden warna putih kamu melihat sebuah mobil limosin yang baru saja tiba
"Sh*t!! dia datang!!" pekik Chris
"bersiaplah Nina" ujar Caitlin sambil menarik kopernya masuk
"memangnya kenapa?" tanyamu heran
terlihat di luar Justin menghampiri seorang gadis berambut ikal dia memakai kacamata hitam, pakaiannya terlihat sangat formal dia memeluk Justin erat sekali, Justin menggenggam pinggangnya erat kemudian mencium keningnya kalian semua mengintip dari jendela itu. kamu melirik Caitlin dia menampakkan wajah seakan menahan rasa mual
"uueekkkhh!! Justin ko bisa si mencium dia" protes Ryan
"leih baik aku mencium ember daripada dia" komentar Chaz
"sudah, nanti kalian berdua kena karma lo" ujar Caitlin
kamu meninggalkan mereka semua, meraih tas gendongmu lalu berjalan keluar dan mendekati Justin dan Selena yang sedang berbincang
"Justin!!" sapamu
"ya! bagus Nina!!! ganggu mereka sekalian bakar si Selena itu!!" teriak Chaz dari dalam rumah kalian bertiga tak bisa mendengar apa yang dikatakan Chaz. terlihat Caitlin menutupi wajah Chaz dengan sisa korden.
"justy, siapa dia?" Selena memandangmu heran sekaligus curiga
"aku teman Justin, Justin, bisa minta kunci kamar?? dan dimana letak kamarku kalau boleh tau" katamu tanpa melihat sedikitpun ke arah Selena
"kamu akan sekamar denganku" canda Justin
"tidak lucu" kamu memasang wajah BT
"iya,iya.. semua kamar tidak di kunci ko, kamu bebas memilih dimanapun kamarmu" ujar justin
"oh" komentarmu pendek
kamu berlari masuk, Justin memperhatikanmu yang berlari masuk. Selena yang merasa terganggu dengan itu mengarahkan wajah justin ke wajahnya dan tersenyum manja. kamu berjalan melewati ruang tamu, dan ruang TV yang bersebelahan, kamu melihat sebuah tangga yang terbuat dari kayu dan naik kesana, kamu melihat sebuah koridor yang lumayan luas, disana ada sekitar 7 buah pintu yang kelihatannya tidak di kunci, kamu memilih sebuah pintu di sebelah pintu yang dikunci dan masuk ke dalam. terdapat sebuah kasur yang di selimuti bed cover warna abu-abu persis seperti yang kamu gunakan di rumah, 3 buah bantal tersusun rapi di atasnya, kamu meletakan tas gendongmu di atas kasur dan duduk disana. kamu bersila di atas kasur dan mulai bernanyi kecil, tak lama kamu mendengar suara langkahan kaki di luar, kamu mengintip keluar dan melihat yang lainnya mulai berjalan dan masuk ke kamar masing-masing
"woy! biasanya gua disini!!" teriak Chaz ke arah Ryan
"eh! dimana-mana gua yang biasanya di kamar ke 3 setelah tangga" jawab Ryan
"aahh! dasar lo!! kaya orang tua!! kamar aja pake diitung!!"
"biar aja! sirik lo dasar balita!!"
"apa?? Balita?? ga salah denger gua!!"
mereka terus berdebat kamu cekikian sendiri dari balik pintu kamarmu tak lama Caitlin terlihat membuka pintu kamarnya dengan kasar
"heh!! kembar siam!! tidur sekamar aja napa si?? berisik tau!!" jeritnya
"kembar siam?? dengannya" ucap Chaz dan Ryan bersamaan dan saling menunjuk
"siapa lagi kalo bukan kalian?? panci??"
"sekamar sama dia?? mimpi apa gua semalem" Ryan mengelus dagunya
"najis daah" komentar Chaz
"cepet masuk!!!" Jerit Caitlin lagi
dengan wajah ketakutan mereka berdua memasuki kamar itu dengan terburu-buru dan akhirnya mereka berdua terjatuh ke dalam. kamu menutup mulutmu agar suara tawa yang kamu tahan dari tadi tidak terdengar siapapun. kamu kembali masuk ke kamar, dan tertawa keras, kamu bangkit dari kasur untuk merapikan baju, dan tank sengaja menabrak sesuatu sampai kamu membentur sesuatu kamu mengelus kepalamu yang dengan sukses mendarat di sana.
"aduuuh..." katamu lirih
kamu melihat ke belakang ternyata itu sebuah pintu, tidak di kunci pula, kamu membukanya perlahan. di sebrang pintu itu ternyata kamar yang dikunci tadi (Author rasa). kasurnya di selimuti bedcover berwarna ungu tua dan sebuah meja kecil di dekat jendela yang ditutup korden hitam kamu mendekatinya dan membuka laci meja itu, kamu menemukan sebuah buku bersampul hitam pekat di sampul belakangnya terdapat sebuah tulisan yang ditulis menggunakan tinta putih kamu tak bisa membaca apa tulisannya karena tinta itu mulai pudar. kamu membolak-balik buku itu sampai ada sesuatu terjatuh dari dalam buku itu, kamu memungutnya itu sebuah kertas atau foto kamu membaliknya terlihat dua wajah yang tidak asing dimatamu itu Justin dan Allya, meraka duduk di tepi danau dalam keadaan basah kuyup dan saling bergandengan. Justin memandang Allya dengan tatapan lembut itu terlihat dari sorot matanya di foto, sedangkan Allya membentuk lambang peace dengan tangan kanannya dan tersenyum ke arah kamera sambil tersenyum manis kamu tadi sempat melihat sebuah tulisan di balik foto itu, saat akan kamu balik
"Sely, aku lelah kita lanjutkan besok ya?"
itu suara Justin kamu bingung harus berbuat apa, akhirnya kamu memasukan 2 benda itu asal dan berlari menuju pintu tadi, saat pintu kamar dibuka, pintu dimana kamu masuk tadi di tutup olehmu
"eh? suara apa tadi?" ucap Justin
kamu bersandar di pintu dengan wajah tegang, berharap justin tidak sadar dengan apa yang kamu lakukan tadi
"cuma perasaanku" ucap justin lagi, terdengar suara seperti dia membaringkan tubuhnya ke atas kasur kemudian hening, kamu mendekati kasur dan membuka sebuah kantung kecil dari tas gendongmu. foto Allya dan Justin yang ada padamu
"ternyata benar, dulu mereka sepasang kekasih, tapi apa yang terjadi? pasti ada sesuatu yang ditulis Allya di buku Diarynya itu" katamu smabil mengeluarkan buku yang bersampul merah darah itu.
esok harinya, kamu diajak Justin dan yang lainnya main ke sebuah danau. kamu memakai kaus warna putih dengan tulisan "The Other Side of Me" diatasnya, celana pendek selutut warna abu, dan sendal gladiator, kamu berjalan sejajar dengan Caitlin yang tampil manis dengan kaus abu, dan celana hotpan warna hitam. kalian mengobrol banyak. tak lama Justin dan Selena menyusul kamu dan Cailtlin sekarang mereka berdua ada di depan kalian berdua
"aku jijik dengan pasangan itu" bisik Caitlin
"eh? kenapa? menurutku mereka cocok" jawabmu
"kamu ga tau ya? mereka kan tak dapat restu dari Mom Pattie" sahut Caitlin
"mereka pacaran?" tanyamu penasaran
"begitulah"
kamu tertunduk
"ada apa? kecewa ya?" goda Caitlin
"bukan, lalu bagaiamana dengan dia" katamu
" dia siapa?" tanya caitlin penasaran
"Allya"
"jangan sebut nama dia lagi di depan Justin atau dalam keadaan begini" bisik caitlin
"kenapa?"
"dia pacar Justin yang sudah meninggal"
kamu merinding mendengar ucapan caitlin
"sebabnya?" kamu mencoba mengorek informasi
"saat itu, mereka bertengkar karena Allya melihat Justin dan Sely berciuman di depan matanya. Allya marah besar dan memutuskan Justin saat itu juga.. Justin sudah memohon dan meminta maaf padanya, tapi Allya tidak mau dengar apa-apa lagi.. dia pergi meninggalkan Justin, Justin sudah sangat down malam itu ditambah dia melihat Allya tertabrak sebuah truk saat akan menyebrang jalan, dia tak bisa membantu apa-apa karena dia di tarik Scooter karena konser akan dimulai"
"dia tak mengelak?"
"tidak bisa, kurasa dia shock jadi tak bisa berbuat apa-apa.. aku dan yang lainnya langsung melarikan Allya ke RS, tapi kami terlambat."
"sangat tragis, apa Justin datang ke pemakaman Allya?"
"ya, dia datang.. itu harus"
"baguslah" ucapmu sambil tersenyum, kamu mengjakan caitlin duduk di sebuah batu yang cukup besar, kalian mengalihkan pembicaraan menjadi membicarakan kebiasaan Ryan atau yang lainnya.
singkat cerita sore itu kalian membuat pesta BBQ di halaman belakang, kamu dan yang lainnya sibuk membolak-balik masakan
"mana Justin?" tanya Ryan
"sama Selena" jawab Chris
"aku panggil mereka ya?" tawarmu
kamu melangah pergi dan menuju kamar Justin dan Selena tapi mereka tak aa di dalam. kamu melihat Selena dan Justin seperti sedang bertengkar di sebuah taman di sebelah rumah Justin. kamu yang penasaran mendatangi mereka dan bersembunyi di balik sebuah pohon yang jaraknya cukup jauh jadi kamu tak bisa mendengar apa yang di katakan Selena ataupun Justin. tak lama terlihat Selena seperti membuang sesuatu, lalu pergi meninggalkan Justin, sedangkan Justin masih terdiam disana. kamu menghampirinya
"Justin" sapamu dengan suara pelan, Justin menoleh dia tersenyum ke arahmu, kamu membalas senyumannya "bertengkar?" tanyamu
"tidak, hanya sedikit berdebat" jawab Justin dengan suara lirih
dia menyandarkan dirinya ke sebuah pagar pembatas sebuah jembatan di taman itu, di bawahnya terdapat sebuah kolam ikan. kamu juga ikut bersandar dan menatap wajahnya
"jangan menatapku seperti itu" Justin tersenyum malu, kamu juga tersenyum maul kemudian berkata "maaf, habis aku suka degan wajahmu yang imut"
"hah?" Justin menoleh ke arahmu dengan tatapan heran
"apa itu salah? aku juga fansmu meski hanya ada satu lagumu dalam ponselku" katamu
"haha itu lucu"
"apanya?"
"ya lucu saat kau bilang 'aku juga fansmu'" ujar Justin sambil tertawa kecil
kamu hanya tersenyum
"teruslah seperti itu" katamu tiba-tiba, Justin kembali menatap wajahmu
"tetaplah ceris seperti tadi, terseyum dan tertawa"
"itu harus" Justin mendekatkan wajahnya
"ma...mau apa?" kamu mulai heran
"tidak ada"
Justin tiba-tiba mencium pipi kananmu, kamu memegangi pipi kananmu wajahmu merah padam, Justin tersenyum manis, lalu memelukmu
"Justin!! kamu apa-apaan si?"
Justin tidak menjawab dia memelukmu semakin lama pelukannya semakin erat
"aku rindu dengan seseorang, tak apakan kalau aku lampiaskan padamu? wajah kalian sangat mirip" ucap justin
"Allya, dia kan?"
Justin melepaskan pelukannya, dia menatapmu heran
"benar kan?" katamu lagi
"bagaimana kamu bisa tau?"
"Caitlin yang cerita padaku"
"diaa..." ucap Justin pelan
"jangan salahkan Caitlin, aku yang memntanya menjelaskan sesuatu tentangmu" jawabmu asal
"kamu bisa tanyakan apa saja pada Caitlin tapi tidak untuk sesuatu yang bersifat pribadi termasuk Allya" katanya dengan nada jengkel
"maaf"
"tidak apa.. ayo, kita kembali ke villa, semua pasti menunggu kita"
"ya"
kalian berjalan pergi meninggalkan taman itu, justin berjalan di depanmu punggungnya terlihat kosong dan rapuh dimatamu. kamu berlari mendekatinya lalu memeluknya dari belakang
Justin bingung dengan sikapmu yang tiba-tiba berubah
"Nina ada apa?"
"tidak ada, melihat punggungmu aku ingat ayahku" katamu sambil melepaskan pelukanmu
"kau merindukannya?"
"tentu saja"
"sama denganku, aku juga rindu dengan ayahku"
Justin tiba-tiba menggandeng tanganmu
malam harinya, tiba saatnya akustikan. Justin dan Selena tampil sempurna dengan lagu Overboard
"sekarang giliran Nina" ucap Caitlin sambil menyodorkan gitar kearahmu
"eh?"
"benarkah?? waah, aku tak sabar mendengar suaramu" ucap Justin
"suaraku jelek" katamu lirih
"Nina!! Nina!! Nina!! Nina!!" Ryan, Chaz, dan Chris bersorak untukmu
"oke,oke"
kamu bersila di tengah gazebo dimana kalian mengadakan akustikan, kamu menyetem gitar yang diberikan Caitlin, Justin menatapmu serius begitu juga yang lainnya, Selena sibuk memainkan rambutnya
"lagu apa?"
"apa aja!" ucap Ryan
"yang penting seru" ujar Chaz
"dan mencerminkan dirimu" ujar Chris
kamu tersenyum dan menatap ke arah bulan yang bersinar terang, lalu menghela nafas panjang. intro mulai dimainkan
"ini lagu favoritku dari semua lagu yang pernah kudengar" katamu sambil terus memetik senar gitar
We were both young when I first saw you.
I close my eyes, and the flashback starts,
I'm standing there,
On the balcony in summer air.
I see the lights, see the party, the ballgowns.
See you make your way through the crowd,
And say, "Hello",
Little did I know,
That you were Romeo,
You were throwing pebbles,
And my daddy said, "Stay away from Juliet."
And I was crying on the staircase,
Begging you, "Please don't go".
And I said,
"Romeo, take me somewhere we can be alone.
I'll be waiting, all that's left to do is run.
You be the prince, and I'll be the princess,
It's a love story, baby, just say, 'yes'."
So I sneak out to the garden to see you,
We keep quiet, 'cause we're dead if he knew,
So close your eyes,
Escape this town for a little while.
'Cause you were Romeo,
I was a scarlet letter,
And my daddy said, "Stay away from Juliet."
But you were everything to me,
Begging you, "Please don't go".
And I said,
"Romeo, take me somewhere we can be alone.
I'll be waiting, all that's left to do is run.
You be the prince, and I'll be the princess,
It's a love story, baby, just say, 'yes'."
"Romeo, save me, they're trying to tell me how to feel.
This love is difficult, but it's real.
Don't be afraid, we'll make it of this mess,
It's a love story, baby, just say, 'yes'."
Well, I got tired of waiting,
Wondering if you were ever coming around.
My faith in you was fading,
When I met you on the outskirts of town.
And I said,
"Romeo, save me, I've been feeling so alone.
I keep waiting for you, but you never come.
Is this in my head,
I don't know what to think,"
You knelt to the ground,
And pulled out a ring and said,
"Marry me, Juliet, you'll never have to be alone.
I love you, and that's all I really know.
I talked to your dad, go pick out a white dress,
It's a love story, baby just say yes."
We were both young when I first saw you...
lagu selesai, semua masih tertegun melihat penampilanmu, suasana hening seketika, namun langsung terpecah dengan suara tepuk tangan dari arah Justin dan Selena. kmau tersenyum dan memberi hormat
"suaramu keren!!" puji Chris dia memamerkan jempolnya
"Sempoa!" Chaz ikut-ikutan
"apaan tuh?" tanya Ryan
"salah!maksudku Sempurna" Chaz tersenyum simpul
kamu dan yang lainnya tertawa, lagu dan nyanyian terus berlanjut entah sampai kapan mungkin sampai pagi menjelang
To Be Continued
"Kalian ngomong apaan si? Justru ada Sely itu villa jadi lebih ramai, kita juga jadi punya vokalis kalo akustikan, iya kan?" Ucap Justin sambil sesekali melirik sahabat-sahabatnya dari spion. Chris yang duduk di belakang bisa puas-puas memukuli bantal kecil yang disimpan di belakang,
"Memangnya apa si yang salah dengan si Selena itu?" Katamu dalam hati
Singkat cerita kalian semua sudah sampai di Villa yang dimaksud, bisa dibilang itu adalah villa yang sangat besar dan mewah. Di pagari oleh kayu yang sangat kokoh meski kelihatannya sudah sangat rapuh dan sangat tua tapi tetap terlihat kokoh. warnanya yang gelap embuatnya terlihat sangat gagah (kaya apa aja). villa yang hampir semuanya berbahan dasar kayu dan berwarna coklat muda dan putih susu, saat melangkah masuk kamu dan yang lainnya dimanjakan dengan berbagai furniture yang kelihatannya mahal sekali, ada beberapa sofa berwarna merah tua atau merah darah yang diatasnya terdapat bantal kecil berwarna putih tapi ada juga yang berwarna hitam, di tengah ruangan ada sebuah meja bulat yang terbuat dari kayu yang di cat warna hitam dan berlapiskan kaca yang cukup tebal diatasnya. di dekat sebuah jendela yang menghadap keluar dan berkorden warna putih kamu melihat sebuah mobil limosin yang baru saja tiba
"Sh*t!! dia datang!!" pekik Chris
"bersiaplah Nina" ujar Caitlin sambil menarik kopernya masuk
"memangnya kenapa?" tanyamu heran
terlihat di luar Justin menghampiri seorang gadis berambut ikal dia memakai kacamata hitam, pakaiannya terlihat sangat formal dia memeluk Justin erat sekali, Justin menggenggam pinggangnya erat kemudian mencium keningnya kalian semua mengintip dari jendela itu. kamu melirik Caitlin dia menampakkan wajah seakan menahan rasa mual
"uueekkkhh!! Justin ko bisa si mencium dia" protes Ryan
"leih baik aku mencium ember daripada dia" komentar Chaz
"sudah, nanti kalian berdua kena karma lo" ujar Caitlin
kamu meninggalkan mereka semua, meraih tas gendongmu lalu berjalan keluar dan mendekati Justin dan Selena yang sedang berbincang
"Justin!!" sapamu
"ya! bagus Nina!!! ganggu mereka sekalian bakar si Selena itu!!" teriak Chaz dari dalam rumah kalian bertiga tak bisa mendengar apa yang dikatakan Chaz. terlihat Caitlin menutupi wajah Chaz dengan sisa korden.
"justy, siapa dia?" Selena memandangmu heran sekaligus curiga
"aku teman Justin, Justin, bisa minta kunci kamar?? dan dimana letak kamarku kalau boleh tau" katamu tanpa melihat sedikitpun ke arah Selena
"kamu akan sekamar denganku" canda Justin
"tidak lucu" kamu memasang wajah BT
"iya,iya.. semua kamar tidak di kunci ko, kamu bebas memilih dimanapun kamarmu" ujar justin
"oh" komentarmu pendek
kamu berlari masuk, Justin memperhatikanmu yang berlari masuk. Selena yang merasa terganggu dengan itu mengarahkan wajah justin ke wajahnya dan tersenyum manja. kamu berjalan melewati ruang tamu, dan ruang TV yang bersebelahan, kamu melihat sebuah tangga yang terbuat dari kayu dan naik kesana, kamu melihat sebuah koridor yang lumayan luas, disana ada sekitar 7 buah pintu yang kelihatannya tidak di kunci, kamu memilih sebuah pintu di sebelah pintu yang dikunci dan masuk ke dalam. terdapat sebuah kasur yang di selimuti bed cover warna abu-abu persis seperti yang kamu gunakan di rumah, 3 buah bantal tersusun rapi di atasnya, kamu meletakan tas gendongmu di atas kasur dan duduk disana. kamu bersila di atas kasur dan mulai bernanyi kecil, tak lama kamu mendengar suara langkahan kaki di luar, kamu mengintip keluar dan melihat yang lainnya mulai berjalan dan masuk ke kamar masing-masing
"woy! biasanya gua disini!!" teriak Chaz ke arah Ryan
"eh! dimana-mana gua yang biasanya di kamar ke 3 setelah tangga" jawab Ryan
"aahh! dasar lo!! kaya orang tua!! kamar aja pake diitung!!"
"biar aja! sirik lo dasar balita!!"
"apa?? Balita?? ga salah denger gua!!"
mereka terus berdebat kamu cekikian sendiri dari balik pintu kamarmu tak lama Caitlin terlihat membuka pintu kamarnya dengan kasar
"heh!! kembar siam!! tidur sekamar aja napa si?? berisik tau!!" jeritnya
"kembar siam?? dengannya" ucap Chaz dan Ryan bersamaan dan saling menunjuk
"siapa lagi kalo bukan kalian?? panci??"
"sekamar sama dia?? mimpi apa gua semalem" Ryan mengelus dagunya
"najis daah" komentar Chaz
"cepet masuk!!!" Jerit Caitlin lagi
dengan wajah ketakutan mereka berdua memasuki kamar itu dengan terburu-buru dan akhirnya mereka berdua terjatuh ke dalam. kamu menutup mulutmu agar suara tawa yang kamu tahan dari tadi tidak terdengar siapapun. kamu kembali masuk ke kamar, dan tertawa keras, kamu bangkit dari kasur untuk merapikan baju, dan tank sengaja menabrak sesuatu sampai kamu membentur sesuatu kamu mengelus kepalamu yang dengan sukses mendarat di sana.
"aduuuh..." katamu lirih
kamu melihat ke belakang ternyata itu sebuah pintu, tidak di kunci pula, kamu membukanya perlahan. di sebrang pintu itu ternyata kamar yang dikunci tadi (Author rasa). kasurnya di selimuti bedcover berwarna ungu tua dan sebuah meja kecil di dekat jendela yang ditutup korden hitam kamu mendekatinya dan membuka laci meja itu, kamu menemukan sebuah buku bersampul hitam pekat di sampul belakangnya terdapat sebuah tulisan yang ditulis menggunakan tinta putih kamu tak bisa membaca apa tulisannya karena tinta itu mulai pudar. kamu membolak-balik buku itu sampai ada sesuatu terjatuh dari dalam buku itu, kamu memungutnya itu sebuah kertas atau foto kamu membaliknya terlihat dua wajah yang tidak asing dimatamu itu Justin dan Allya, meraka duduk di tepi danau dalam keadaan basah kuyup dan saling bergandengan. Justin memandang Allya dengan tatapan lembut itu terlihat dari sorot matanya di foto, sedangkan Allya membentuk lambang peace dengan tangan kanannya dan tersenyum ke arah kamera sambil tersenyum manis kamu tadi sempat melihat sebuah tulisan di balik foto itu, saat akan kamu balik
"Sely, aku lelah kita lanjutkan besok ya?"
itu suara Justin kamu bingung harus berbuat apa, akhirnya kamu memasukan 2 benda itu asal dan berlari menuju pintu tadi, saat pintu kamar dibuka, pintu dimana kamu masuk tadi di tutup olehmu
"eh? suara apa tadi?" ucap Justin
kamu bersandar di pintu dengan wajah tegang, berharap justin tidak sadar dengan apa yang kamu lakukan tadi
"cuma perasaanku" ucap justin lagi, terdengar suara seperti dia membaringkan tubuhnya ke atas kasur kemudian hening, kamu mendekati kasur dan membuka sebuah kantung kecil dari tas gendongmu. foto Allya dan Justin yang ada padamu
"ternyata benar, dulu mereka sepasang kekasih, tapi apa yang terjadi? pasti ada sesuatu yang ditulis Allya di buku Diarynya itu" katamu smabil mengeluarkan buku yang bersampul merah darah itu.
esok harinya, kamu diajak Justin dan yang lainnya main ke sebuah danau. kamu memakai kaus warna putih dengan tulisan "The Other Side of Me" diatasnya, celana pendek selutut warna abu, dan sendal gladiator, kamu berjalan sejajar dengan Caitlin yang tampil manis dengan kaus abu, dan celana hotpan warna hitam. kalian mengobrol banyak. tak lama Justin dan Selena menyusul kamu dan Cailtlin sekarang mereka berdua ada di depan kalian berdua
"aku jijik dengan pasangan itu" bisik Caitlin
"eh? kenapa? menurutku mereka cocok" jawabmu
"kamu ga tau ya? mereka kan tak dapat restu dari Mom Pattie" sahut Caitlin
"mereka pacaran?" tanyamu penasaran
"begitulah"
kamu tertunduk
"ada apa? kecewa ya?" goda Caitlin
"bukan, lalu bagaiamana dengan dia" katamu
" dia siapa?" tanya caitlin penasaran
"Allya"
"jangan sebut nama dia lagi di depan Justin atau dalam keadaan begini" bisik caitlin
"kenapa?"
"dia pacar Justin yang sudah meninggal"
kamu merinding mendengar ucapan caitlin
"sebabnya?" kamu mencoba mengorek informasi
"saat itu, mereka bertengkar karena Allya melihat Justin dan Sely berciuman di depan matanya. Allya marah besar dan memutuskan Justin saat itu juga.. Justin sudah memohon dan meminta maaf padanya, tapi Allya tidak mau dengar apa-apa lagi.. dia pergi meninggalkan Justin, Justin sudah sangat down malam itu ditambah dia melihat Allya tertabrak sebuah truk saat akan menyebrang jalan, dia tak bisa membantu apa-apa karena dia di tarik Scooter karena konser akan dimulai"
"dia tak mengelak?"
"tidak bisa, kurasa dia shock jadi tak bisa berbuat apa-apa.. aku dan yang lainnya langsung melarikan Allya ke RS, tapi kami terlambat."
"sangat tragis, apa Justin datang ke pemakaman Allya?"
"ya, dia datang.. itu harus"
"baguslah" ucapmu sambil tersenyum, kamu mengjakan caitlin duduk di sebuah batu yang cukup besar, kalian mengalihkan pembicaraan menjadi membicarakan kebiasaan Ryan atau yang lainnya.
singkat cerita sore itu kalian membuat pesta BBQ di halaman belakang, kamu dan yang lainnya sibuk membolak-balik masakan
"mana Justin?" tanya Ryan
"sama Selena" jawab Chris
"aku panggil mereka ya?" tawarmu
kamu melangah pergi dan menuju kamar Justin dan Selena tapi mereka tak aa di dalam. kamu melihat Selena dan Justin seperti sedang bertengkar di sebuah taman di sebelah rumah Justin. kamu yang penasaran mendatangi mereka dan bersembunyi di balik sebuah pohon yang jaraknya cukup jauh jadi kamu tak bisa mendengar apa yang di katakan Selena ataupun Justin. tak lama terlihat Selena seperti membuang sesuatu, lalu pergi meninggalkan Justin, sedangkan Justin masih terdiam disana. kamu menghampirinya
"Justin" sapamu dengan suara pelan, Justin menoleh dia tersenyum ke arahmu, kamu membalas senyumannya "bertengkar?" tanyamu
"tidak, hanya sedikit berdebat" jawab Justin dengan suara lirih
dia menyandarkan dirinya ke sebuah pagar pembatas sebuah jembatan di taman itu, di bawahnya terdapat sebuah kolam ikan. kamu juga ikut bersandar dan menatap wajahnya
"jangan menatapku seperti itu" Justin tersenyum malu, kamu juga tersenyum maul kemudian berkata "maaf, habis aku suka degan wajahmu yang imut"
"hah?" Justin menoleh ke arahmu dengan tatapan heran
"apa itu salah? aku juga fansmu meski hanya ada satu lagumu dalam ponselku" katamu
"haha itu lucu"
"apanya?"
"ya lucu saat kau bilang 'aku juga fansmu'" ujar Justin sambil tertawa kecil
kamu hanya tersenyum
"teruslah seperti itu" katamu tiba-tiba, Justin kembali menatap wajahmu
"tetaplah ceris seperti tadi, terseyum dan tertawa"
"itu harus" Justin mendekatkan wajahnya
"ma...mau apa?" kamu mulai heran
"tidak ada"
Justin tiba-tiba mencium pipi kananmu, kamu memegangi pipi kananmu wajahmu merah padam, Justin tersenyum manis, lalu memelukmu
"Justin!! kamu apa-apaan si?"
Justin tidak menjawab dia memelukmu semakin lama pelukannya semakin erat
"aku rindu dengan seseorang, tak apakan kalau aku lampiaskan padamu? wajah kalian sangat mirip" ucap justin
"Allya, dia kan?"
Justin melepaskan pelukannya, dia menatapmu heran
"benar kan?" katamu lagi
"bagaimana kamu bisa tau?"
"Caitlin yang cerita padaku"
"diaa..." ucap Justin pelan
"jangan salahkan Caitlin, aku yang memntanya menjelaskan sesuatu tentangmu" jawabmu asal
"kamu bisa tanyakan apa saja pada Caitlin tapi tidak untuk sesuatu yang bersifat pribadi termasuk Allya" katanya dengan nada jengkel
"maaf"
"tidak apa.. ayo, kita kembali ke villa, semua pasti menunggu kita"
"ya"
kalian berjalan pergi meninggalkan taman itu, justin berjalan di depanmu punggungnya terlihat kosong dan rapuh dimatamu. kamu berlari mendekatinya lalu memeluknya dari belakang
Justin bingung dengan sikapmu yang tiba-tiba berubah
"Nina ada apa?"
"tidak ada, melihat punggungmu aku ingat ayahku" katamu sambil melepaskan pelukanmu
"kau merindukannya?"
"tentu saja"
"sama denganku, aku juga rindu dengan ayahku"
Justin tiba-tiba menggandeng tanganmu
malam harinya, tiba saatnya akustikan. Justin dan Selena tampil sempurna dengan lagu Overboard
"sekarang giliran Nina" ucap Caitlin sambil menyodorkan gitar kearahmu
"eh?"
"benarkah?? waah, aku tak sabar mendengar suaramu" ucap Justin
"suaraku jelek" katamu lirih
"Nina!! Nina!! Nina!! Nina!!" Ryan, Chaz, dan Chris bersorak untukmu
"oke,oke"
kamu bersila di tengah gazebo dimana kalian mengadakan akustikan, kamu menyetem gitar yang diberikan Caitlin, Justin menatapmu serius begitu juga yang lainnya, Selena sibuk memainkan rambutnya
"lagu apa?"
"apa aja!" ucap Ryan
"yang penting seru" ujar Chaz
"dan mencerminkan dirimu" ujar Chris
kamu tersenyum dan menatap ke arah bulan yang bersinar terang, lalu menghela nafas panjang. intro mulai dimainkan
"ini lagu favoritku dari semua lagu yang pernah kudengar" katamu sambil terus memetik senar gitar
We were both young when I first saw you.
I close my eyes, and the flashback starts,
I'm standing there,
On the balcony in summer air.
I see the lights, see the party, the ballgowns.
See you make your way through the crowd,
And say, "Hello",
Little did I know,
That you were Romeo,
You were throwing pebbles,
And my daddy said, "Stay away from Juliet."
And I was crying on the staircase,
Begging you, "Please don't go".
And I said,
"Romeo, take me somewhere we can be alone.
I'll be waiting, all that's left to do is run.
You be the prince, and I'll be the princess,
It's a love story, baby, just say, 'yes'."
So I sneak out to the garden to see you,
We keep quiet, 'cause we're dead if he knew,
So close your eyes,
Escape this town for a little while.
'Cause you were Romeo,
I was a scarlet letter,
And my daddy said, "Stay away from Juliet."
But you were everything to me,
Begging you, "Please don't go".
And I said,
"Romeo, take me somewhere we can be alone.
I'll be waiting, all that's left to do is run.
You be the prince, and I'll be the princess,
It's a love story, baby, just say, 'yes'."
"Romeo, save me, they're trying to tell me how to feel.
This love is difficult, but it's real.
Don't be afraid, we'll make it of this mess,
It's a love story, baby, just say, 'yes'."
Well, I got tired of waiting,
Wondering if you were ever coming around.
My faith in you was fading,
When I met you on the outskirts of town.
And I said,
"Romeo, save me, I've been feeling so alone.
I keep waiting for you, but you never come.
Is this in my head,
I don't know what to think,"
You knelt to the ground,
And pulled out a ring and said,
"Marry me, Juliet, you'll never have to be alone.
I love you, and that's all I really know.
I talked to your dad, go pick out a white dress,
It's a love story, baby just say yes."
We were both young when I first saw you...
lagu selesai, semua masih tertegun melihat penampilanmu, suasana hening seketika, namun langsung terpecah dengan suara tepuk tangan dari arah Justin dan Selena. kmau tersenyum dan memberi hormat
"suaramu keren!!" puji Chris dia memamerkan jempolnya
"Sempoa!" Chaz ikut-ikutan
"apaan tuh?" tanya Ryan
"salah!maksudku Sempurna" Chaz tersenyum simpul
kamu dan yang lainnya tertawa, lagu dan nyanyian terus berlanjut entah sampai kapan mungkin sampai pagi menjelang
To Be Continued
No comments:
Post a Comment