Saturday, April 30, 2011

Don't Use this Love Letter (2)


Waktu menunjukkan pukul 9 pagi, suasana villa sangat sepi seperti tidak ada penghuninya. Mereka semua masih terlelap di kamarnya masing-masing kecuali Selena, dia pergi entah kemana jam 4 dini hari. Ponselmu berdering tanda ada telepon masuk, kamu menyembunyikan kepalamu masuk ke dalam selimut. Hening sebentar, lalu ponselmu kembali berdering lagi. Dengan malas kamu mengangkatnya

"Yaa" katamu
"Kaka! Pasti masih tidur"

Kamu bingung ini siapa, kamu melihat layar ponselmu ternyata Brandon.

"Apa?" Tanyamu
"Aku cuma mau bilang, kaka liat buku merah yang di kamar kaka ga?"
"Buku apaan?"
"Kata tante itu si, buku bersampul merah darah ya tan?"

Terdengar suara wanita paruh baya yang menjawab 'iya' pada Brandon.

Kamu berfikir sebentar, buku sampul merah darah. Kamu bangkit

"Buku Allya!"
"Nah! Itu ka, itu nama pemiliknya"

Kamu melirik buku yang ada di meja kecil. Itu buku Allya, kamu menepuk keningmu.

"Kebawa," jawabmu singkat
"Haah? Maksudnya?"
"Iya, kaka kira itu ga kepake, jadi kaka bawa buat tulis-tulis, tapi belum di coret sedikitpun, ko" katamu asal
"Ooh, ya sudah, dadah!"

Brandon memutuskan teleponnya, kamu menghentak-hentakan kakimu ke lantai kayu. Dan berteriak dalam hati "Begooo!"

Kamu memutuskan untuk mandi, kamu meraih handuk, dan baju ganti lalu masuk ke kamar mandi. Pagi itu kamu memutuskan untuk memakai kaus putih bergambar anak laki-laki memakai kacamata dan memegang bunga, dan celana warna abu selutut. Kamu mengeringkan rambut sambil menatap pemandangan jalanan yang terlihat dari jendela kamarmu.

Selesai mengeringkan rambut kamu turun ke lantai satu dan menuju dapur, masih bersih seperti belum di gunakan, memang belum pernah di pakai sejak kemarin.

Kamu mulai memanggang roti menggunakan pemanggana yang terletak di samping kulkas, sambil menunggu roti matang kamu mencari sesuatu yang bisa kamu gunakan untuk teman makan roti

"Apa buat salad ya?.. Eh, apa anak-anak cowo mau makan ya?" Katamu sambil berdiri di depan kulkas, yep! Kamu juga akan membuatkan yang lainnya sarapan meski belum ada satupun yang sudah bangun dari tidurnya selain kamu.

"Aha! Buat sandwich saja, siapapun bisa makan.. Tapi roti sudah dipanggang, aaah! Bodoh! Ya sudah sandwich panggang, masakan baru" katamu sambil mengambil bahan-bahan dari kulkas.

Saat kamu berbalik kamu melihat seorang pemuda di depanmu, mata emasnya terlihat berkilau terkena sinar matahari

"J..Justin, membuatku kaget saja" katamu sambil berjalan menuju meja yang berwarna putih di tengah dapur
"Maaf, sedang apa?" Justin mengambil minum
"Membuat sarapan untuk semuanya" jawabmu singkat
"Apa itu? Kenapa rotinya dipanggang" Justin mengambil sepotong roti dan memakannya
"Eh! Nanti kurang!" Hardikmu
"Biar, masih banyak ini persediaannya" Justin kembali mengambil sepotong roti yang sudah kamu olesi mayonaise
"Justin!! Aku malas memanggangnya lagi tau" ucapmu dengan nada jengkel
"Gitu aja marah.." Katanya
"Kamunya juga yang rese"

Justin mengambil sepotong roti lagi, kamu yang melihatnya langsung menahan tangannya. Dan akhirnya tangan kalian bersentuhan

"Maaf, maksudku aku.. Eemm..aku.."
"Ga usah salah tingkah gitu napa" Justin berjalan keluar dapur "ngomong-ngomong aku juga buatkan masakan aneh itu ya?" Pintanya
"Ga sudi!" Kamu memalingkan wajahmu
"Dah cantik!" Katanya

Kamu mendengar langkahan kaki dari tangga, entah kenapa jantungmu berdebar-debar kencang, kamu berhenti memotong tomat, dan memegang dadamu

"Aku kenapa?" Tanyamu dalam hati

Masakan selesai, kebetulan semua juga sudah bangun dan sudah siap beraktifitas seperti biasa.

"Sandwich panggang, keren!" Ujar Chaz dia sudah menghabiskan sandwichnya lebih dulu dibanding yang lainnya.
Kalian semua tertawa melihat Chaz menepuk-nepuk perutnya

"Hari ini kita mau melakukan apa?" Tanya Caitlin
"Aku si terserah yang lain" jawabmu
"Skateboard" usul Chris
"Basket aja" sanggah Ryan
"Surfing!" Usul Chaz
"Mana pantainya" ujarmu dan yang lainnya bersamaan, Chaz nyengir lalu meneguk jus jeruknya
"Jadi? Keputusannya?" Tanya Justin
"Entah" kamu menyandarkan dirimu ke kursi yang kamu duduki
"Kamu maunya kita ngapain hari ini? Atau pagi ini?" Tanya Caitlin sambil menatap Justin
"Inginnya si Basket tapi, Skate juga boleh" jawabnya sambil tersenyum
"Lakukan keduanya sekaligus"usul Chaz lagi
"Chaz kalau jawabanmu aneh-aneh lebih baik jangan menjawab deh" protes Caitlin, kamu tertawa kecil
"Oh ya, Cody tak jadi ikut ya?" Tanyamu
"Hari ini dia menyusul" jawab Justin dia memainkan iPhonenya
"Ooh" komentarmu singkat

Kamu baru sadar sesuatu, Justin memakai kaus abu yang cocok dengan kaus yang kamu pakai, jika di gambar kausmu bergambar lelaki yang memegang bunga dan seperti akan memberikannya ke seseorang, sedangkan kaus bergambar seorang gadis yang terseyum malu sambil menerima bunga itu.

Justin menatapmu heran, kamu mengalihkan pandanganmu ke arah Caitlin yang mengobrol dengan adiknya.

Dia melihat kaus yang kamu pakai dan mengerti kenapa kamu memperhatikannya tadi

"Kaus kita serasi ya Na" katanya tiba-tiba
"Eh?" Kamu pura-pura bodoh
"Lihat, serasi" dia memperlihatkan kausnya
"Hehe iya" kamu menunjukan senyum setengah hati
"Ciiiiiiiiieeeeeeeee" seru yang lainnya
"Waah, janjian lagi jangan-jangan" Chaz menggoda kalian berdua
"Belinya bareng lagi jangan-jangan" lanjut Chris
"Sambil kencan berdua, dan berpegangan tangan" goda Caitlin dan Ryan mereka mencontohkan apa yang mereka gambarkan (berpegangan tangan)

Wajahmu merah padam

"Iya, kita belinya memang bareng" Justin memelukmu dari belakang, jantungmu berdebar-debar lagi. Kamu bangkit dari tempat dudukmu, lalu meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamarmu

"Nina, mau kemana?"

Kamu mengunci pintu kamarmu dari dalam, kamu bersandar di pintu sambil memegangi dadamu

"Tolong jangan seperti ini" katamu dalam hati

Kamu duduk di kasur dan memainkan ponselmu, karena bosan kamu melemparnya ke tengah kasur dan menatap Diary milik Allya, kamu membukanya dan mulai membaca lanjutan yang kemarin kamu baca

*isi buku*

Malam itu Justin mengajakku ke sebuah tempat dia mengamit lenganku dan tersenyum, dia mengajakku ke lapangan basket tempat dia bermain dengan Chris di pagi harinya. Aku mengajaknya naik ke rumah pohon yang keluarga Beadless bangun 6 bulan yang lalu, Justin tidak mau ikut denganku dia bilang, ada pengalaman buruk saat dia akan naik ke atas sana, aku tak menanyakan apa itu. Aku naik ke atas, dan menyimpan surat cinta yang aku buat kemarin di sebuah laci yang ada disana. Aku mendekati batang pohon dan mengukir namaku dan Justin disana.

Justin memintaku agar turun, aku berkata tidak mau, dia yang harus ke atas. Dia iseng melemparkan bola basket yang dia bawa dan mengenai tepat di kepalaku. Akhirnya aku memutuskan untuk turun dan melemparkan bola basket itu untuk membalas tindakan Justin. Kami mengobrol cukup lama, sampai akhirnya Justin memberikanku sebuah kalun berliontinkan namanya, dia juga menunjukan kalung berliontinkan namaku dan memakainya. Kita berdua berjanji untuk menyimpannya sampai nanti.




Kamu membuka halaman selanjutnya, tapi belum membaca pintu kamarmu diketuk seseorang

"Siapa?" Teriakmu dari dalam
"Ini aku Chris, ayo kita ke lapang basket" ajaknya
"Ya, sebentar"

Kamu memakai jaket hitam bertudung dan mengantungi ponselmu di saku celana dan menyiapkan sandal gladiatormu

Kamu turun ke lantai satu, kelihatannya semua sudah siap, kamu memakai sandal gladiatormu, lalu mengikat rambutmu.

Singkat cerita kalian sampai di lapang yang dimaksud, kamu dan Caitlin duduk di pinggir lapang. Sementara anak laki-laki bermain basket. Caitlin memainkan ponselmu, kamu melihat sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu yang letaknya di atas sebuah pohon tua. Rumah itu sudah sangat tua dan mulai rapuh. Tangga-tangga untuk menuju ke ataspun banyak yang hilang

"Pasti itu rumah pohon yang dimaksud Allya" katamu dalam hati

"Caity, itu rumah pohon siapa?" Katamu sambil menunjuk rumah pohon tadi
"Oh itu, dibangun keluargaku 1 tahun yang lalu,"
"Ooh"
"Kenapa?"
"Tidak ada, hanya penasaran saja, oh ya.. Kita kesana yuk! Ajak yang lainnya juga"
"Justin takkan mau"
"Lo? Kenapa? Sempit?"
"Bukan dia pernah jatuh dari atas sana, untung tidak apa-apa, jadi sampai sekarangpun dia tak mau naik ke atas sekalipun Selena yang memintanya" jelas Caitlin
"Begitu.. Aku penasaran ada apa didalamnya"
"Sama, sudah lama aku tak kesana" ucap Caitlin sambil tersenyum

Tak lama kamu melihat anak laki-laki yang datang menyusul menggunakan sebuah sepeda, dia memakai kaus putih, dan jaket warna coklat, celana pendek selutut warna putih, dan kets warna putih juga. Rambut pirangnya sangat mencolok, benar,itu Cody

"Cody!"
"Hei Nina.. Hei Cait" sapanya
"Heey"
"Waaah terlambat kau" protes Chaz tak lama bola basket mendarat di kepalanya
"Sori Bro! Ga sengaja, Hey Cody" ucap Chris dia menyusul Chaz
"Hahahahaha... Cody kau telat, dan melewatkan banyak hal" ujar Ryan
"Apa saja?"
"Banyak" Justin mendekati Cody
"Iya, apa saja?"
"Selena nyebur ke kolam, Justin kepeleset di tangga kayu, Caitlin ngegosongin makan malam, ngerjain Ryan pas tidur siang, daaan satu lagi perform Nina" ucap Chris dan Chaz bergantian
"Waaah, aku menyesal ikut liburan keluargaku dulu di Australia"
"Yang penting sekarang kamu disini, kita bisa lebih gila lagi kalau kau bergabung" katamu sambil tersenyum
"Yep! Lebih gila,liar,tak terkendali"
"Tanpa pengawasan orang tua"
"Tanpa paparazzi"

Cody tertawa, dia bergabung dengan yang lainnya bermain basket.

Sore harinya, kamu jalan-jalan sendirian di luar. Kamu melewati lapangan tadi, karena penasaran apa saja yang ada di atas kamu menaiki tangga menuju rumah pohon tadi. Saat sampai di atas kamu melihat 3 buah meja yang terbuat dari kayu dan beberapa sofa dari kain yang rusak entah kenapa sebabnya, dan lantai serta tembok yang mulai rapuh termakan usia dan juga rayap. Kamu mendekati batang pohon di tengah ruangan itu. Karena berlumut kamu membersihkannya. Tak sengaja kamu melihat sebuah tulisan "Allya dan Justin". Kamu menghapus lumut yang ada di sekitarnya agar tulisannya bisa terlihat lebih jelas, tak ada tulisan apa-apa lagi disana selain tulisan "Allya dan Justin".

Kamu tersenyum melihat tulisan itu. Kamu mendengar sesuatu yang berasal dari bawah. Kamu mengintip ke bawah melalui jendela yang ada disana. Ada Justin disana! Kelihatannya dia sedang kesal. kamu turun ke bawah, saat sampai di bawah Justin melihatmu dengan tatapan sinis

"Kenapa kamu ada disini?" Tanyamu
"Dan mau apa kamu ke atas sana?" Justin bertanya balik
"Orang nanya, malah nanya balik"
"Jawab dulu pertanyaanku"
"Oke, aku ke atas hanya karena aku penasaran apa yang ada di atas ternyata tak ada apa-apa, jadi aku turun" jelasmu, "kamu sendiri kenapa ada disini?"
"Jangan ganggu aku" Justin duduk di bawah pohon
"Aku juga kan bertanya, jadi jawab pertanyaanku"
"Kubilang jangan ganggu aku!!" Bentak Justin, kamu terdiam dan pergi meninggalkan Justin

Di perjalanan pulang entah kenapa air matamu menetes, kamu tidak mengerti kenapa kamu menangis setelah dibentak oleh Justin tadi.

Sementara itu Justin terdiam disana dan menutup kedua matanya. Dia berhasil mendapatkan ketenangan

"Aku keterlaluan, kesal pada Sely tapi yang dibentak Nina. Aku harus minta maaf"

Kamu sampai di villa kamu langsung masuk ke kamar, dan membaringkan dirimu ke atas kasur. Kamu melihat Diary milik Allya, dan kembali membacanya

*isi buku*


Hari ini Justin mengajakku ke suatu tempat, dia mengajakku ke bioskop. Dia memilih film horror yang sebenarnya aku sudah pernah menontonnya. Tapi untuk menghargai Justin aku menerima ajakannya,



Ada yang mengetuk pintu kamarmu

"Buka saja, tidak dikunci" katamu dari dalam

Orang itu membuka pintu kamarmu, kamu menoleh dia Cody

"Ada apa?" Kamu menyembunyikan buku Allya di bawah bantalmu
"Bisa kita bicara, eemm.. Di luar, berdua denganku?"
"Bisa"

Cody mengajakmu ke sebuah taman di sebelah Villa Justin, kalian berdua duduk di samping kolam ikan

"Tentang apa?" Pertanyaanmu memecah keheningan
"Apa kamu kenal dengan seorang gadis berambut ikal, dan tingginya kira-kira setinggi Justin?"
"Eem, siapa tuh? Banyak yang punya ciri-ciri seperti itu"
"Ini, aku punya foto wajahnya" Cody membuka galeri di ponselnya lalu menunjukkan foto orang yang dimaksud
"Itu ka Widy, kenapa dengannya?"
"Kamu kenal?"
"Iya, dia kakakku"
"Begitu, eem"
"Apa?" Kamu melihat wajah Cody merah padam, kamu menyenggol lengannya
"Ciiiee.. Naksir ya?"
"Apa-apaan si? Enggak" wajahnya semakin merah
"Sudahlah jangan bohongi perasaanmu, kamu naksir kan? Iya kan?" Kamu terus menggodanya

Justin melewati taman dimana kamu dan Cody sedang bicara disana. Dia melihatmu dan Cody disana, melihatmu sedang berdua dia membatalkan niatnya untuk mendekatimu dan minta maaf, dan pulang ke rumah.

Malam harinya, kamu tak melihat Justin ataupun Selena menurut Caitlin mereka sedang jalan-jalan keluar. Kamu dan yang lainnyapun browsing internet, dan menemukan berbagai foto Justin dan Selena yang ditangkap kamera paparazzi.

Tengah malam kamu mendengar ada yang datang, kamu bangkit dari tampat tidurmu dan berjalan menuju lantai satu, Justin baru saja tiba, kebetulan lampu dalam keadaan mati karena di luar hujan badai, semua listrikpun mati, Justin menyalakan ponselnya. Dari sinar ponselnya kamu bisa melihat bahwa Justin dalam keadaan basah kuyup, kamu ingat Justin tidak membawa mobil atau kendaraan lainnya malam itu. Dia duduk di kursi ruang tengah. Hanya sinar dari lampu jalanan yang menerangi ruangan itu, kamu mendengar suara isakan

"Kamu penipu Sely"

Kamu yakin itu berasal dari Justin, Justin menyalakan BBnya dan memutar sebuah rekaman, karena sedang sepi kamu bisa mendengarkan apa yang Justin dengar

Sely : tenang saja Jonas aku tidak selingkuh pada JB
Jonas : lalu?
Sely : aku memanfaatkannya
Jonas : maksudnya?
Sely : aku memanfaatkannya untuk ketenaran semata tidak lebih

Rekaman dimatikan, kamu mengerti kenapa Justin menangis, kamu bersandarr di bagian belakang sofa dimana Justin duduk dan airmatamu juga menetes mendengar isakan Justin.

Tak lama lampu menyala, listrik sudah kembali mengalir meski di luar hujan badai. Kamu menghapus air matamu dan pura-pura baru datang.

"Justin?" Katamu sambil duduk di samping Justin "ada apa?"
Justin diam, dia menggigil
"Kamu hujan-hujanan? Ganti baju sana, nanti sakit kita yang repot"
Justin masih diam
"Aku ambilkan handuk ya?"
"Jangan"tangan dinginnya menggenggam tanganmu erat "tetaplah disini" pintanya

Kamu menurut dan kembali duduk, Justin tiba-tiba membaringkankepalanya di pangkuanmu. Dia menutup matanya

"Justin, kalau mau tidur ganti dulu bajumu,"
"Diaam"
"Bukan apa-apa tapi kalau kamu sakit repot urusannya"
"Diamlah, aku lelah"
"Kalau kamu sakit jangan salahkan siapapun ok?"
"Terserah"

Suasana hening, pahamu terasa dingin akibat rambut Justin yang masih basah, kamu membenarkan poninya

"Manisnya" katamu dalam hati

Esok paginya sekitar jam 5 kamu terbangun karena mendengar suara deringan dari ponsel Justin. Justin sendiri masih tertidur di pangkuanmu wajahnya pucat, kamu memegang keningnya

"Kan bener sakit" katamu

Kamu mengambil 2 bantal kecil yang ada di sofa itu dan memindahkan kepala Justin ke sana, kamu mengambil selimut dari kamar Selena yang ada di lantai satu dan menyelimuti Justin menggunakan selimut itu

"Sekarang aku mandi dulu, baru merawat orang ini" katamu sambil berjalan menuju kamarmu

Selesai mandi, kamu mengompres Justin yang masih tidur

"Kenapa dia?" Tanya Caitlin sambil mengambil roti yang sudah kamu panggang dan melahapnya
"Sakit, bandel si tadi malem disuruh ganti baju sebelum tidur ga nurut"
"Ooh.. Demam?" Caitlin menyentuh kening Justin "kayaknya lumayan parah" katanya lagi
"Sepertinya, apa perlu ke dokter ya?"
"Nanti aja kalo yang lain udah bangun"
"Siip"

siang hari setelah yang lainnya sudah bangun dan Justinpun begitu, kalian berangkat menuju rumah sakit

"Dok, kalo sakit Bieber Fever obatnya apa ya?" Canda Chaz
Dokter itu hanya tersenyum, Justin menatap Chaz tajam
"Bagaimana mau disembuhkan dokter untuk penyakit itunya saja sakit" kata Dokter itu sambil menepuk pundak Justin pelan, Justin tersenyum
Yang lainnya menahan tawa
"Aku ga tau kamu punya bakat jadi dokter,Justin? Katanya mau jadi arsitek?"
"Berisik ahh"
Tawapun terpecah dari kamu dan yang lainnya.


Singkat cerita, sore hari kalian main di halaman belakang, sementara Justin duduk di ayunan berdua dengan Caitlin.tak lama seorang gadis muncul dia Selena

"Justy, aku mau bicara" katanya
"Bicara apa lagi?, tak ada yang perlu dibicarakan"
"Tolonglah, sebentar saja"
"Tidak, aku sedang tidak enak badan, pulanglah, lanjutkan pekerjaanmu. Aku mau istirahat" Justin beranjak dari ayunan tapi Selena menahannya
"Please"
"Oke!oke! Sebentar saja"

Mereka menghilang dari halaman belakang, tak lama Chris juga mengajakmu ke suatu tempat. Tempat yang sama seperti Justin dan Selena tuju.

30 menit kemudian kamu dan Chris baru saja sampai, sementara Justin sendirian disana udara terasa dingin sekali.

"Aku mau jujur tentang sesuatu" ucap Chris
"Apa itu?"
"Sebenarnya, aku menyukaimu"
"Eh?"
"Kamu mau jadi kekasihku?"
"Eh? Eem.. Chris, aku...."

Justin tidak sengaja melihat kalian berdua, dia tentu kaget.. Tapi, dia berusaha untuk tidak ikut campur dan pergi meninggalkan kalian berdua

"Aku tidak bisa Chris"
"Kenapa?"
"Aku belum begitu mengenalmu, aku tak bisa ini terlalu cepat, kita berteman saja ya?" Pintamu
"Oh begitu.. Aku cuma mau bilang itu saja, aku selalu disini kalau kau berubah pikiran" katanya

Hari itu hujan kembali turun dengan derasnya, kalian semua tidak melihat dimana Justin. Kamu kebetulan berniat membeli sesuatu di supermarket kamu meminjam mobil Cody dan pergi ke sana sendirian, di perjalanan pulang, kamu melihat seseorang sedang bermain basket tengah hujan badai, semakin dekat dan semakin dekat kamu mengenalinya, dia Justin, kamu mengambil payung dan mendekatinya

"Justin! Apa-apaan kamu? Kamu mau demammu makin parah?"
Justin berbalik, dia tersenyum tapi ada kesedihan di raut wajahnya kamu spontan memeluknya, badan Justin melemah dan dia jatuh pingsan. Sebelum pingsan kamu mendengar sesuatu, Justin seperti mengatakan sesuatu tapi tidak jelas, kamupun membopongnya masuk ke mobil dan membawanya pulang.
Di tengah perjalanan pulang mobil mogok.

"Sh*t.. Uups! Kelepasan" katamu sambil menutup mulutmu "gimana nih, mogok lagi? Telepon Cody deh"

Kamu meraih ponselmu di samping stir dan menekan nomor ponsel Cody, tapi sialnya telepon tak diangkat begitu juga saat kamu menelepon ke yang lainnya.

"Sial banget si hari ini" katamu menggpark stir mobil

Di jok belakang Justin mengigau, dia berulang kali mengucapkan nama Allya.

"Ah elah, ni orang malah ngigo.. Gimana ya? Tadi aku iseng beli handuk kecil kan? Dimana ya?" Kamu mengacak-acak belanjaan yang kamu simpan di samping kursi supir. Setelah menemukannya kamu. Memindahkan semua belanjaan, dan melipat kursi itu begitu juga dengan kursi supir dan mengeringkan rambut Justin.

Di luar hujan semakin deras, kamu menatap keluar.

"Makin deras lagi.."

Kamu menyimpan handuk tadi dan melepaskan jaketmu dan kamu selimuti Justin menggunakan itu. Kamu duduk di kursi supir dan mencoba untuk menyalakan mobil, setelah 15 menit akhirnya bisa kembali menyala, kamu memanaskan mesin dan meminum susu yang tadi kamu beli.

Kamu duduk di kursi supir yang dilipat dan memainkan ponselmu. Di akun twittermu kamu menulis

"Udah hujan mobil mogok ga mungkin ada ojek, becek-becek XD"

Kamu melihat jam dari ponselmu jam 10 malam, kamu kembali duduk di kursi supir dan mulai mengendarai mobil ke villa. Di perjalanan kamu melihat Justin baru saja bangun

"Ini dimana?" Tanyanya sambil melihat sekililing
"Dimana aja boleh" jawabmu
"Nina? Kita mau kemana?"
"Pulang lah, kemana lagi?"
"Jangan, aku tidak mau"
"Eh? Terus? Ke rumah sakit dulu? Kamu sakit kan?" Kamu sesekali melirik melalui kaca spion
"Bukan, aku tak mau kembali sampai Selena keluar dari villa itu"
"Ga baik seperti itu, semua masalah harus diselesaikan baik-baik, jangan begini.. Ga Gentle ahh!"
"Bukannya begitu.. Seandainya aku pulang juga, disana pasti ada Jonas"
"Siapa?"
"Lupakan"

Suasana hening, hanya terdengar suara tetesan air mengenai body mobil, dan deru mesin mobil yang melaju di tengah hujan badai. Jalanan juga tampak sepi malam itu, hanya ada sinar dari lampu jalanan dan mobilmu yang menghiasi malam itu. Tidak mungkin ada bintang di tengah hujan seperti ini gumammu dalam hati. Kamu melirik Justin yang duduk di belakang, dia tertidur di sana, kamu tersenyum simpul dan kembali memerhatikan jalan.

Singkat cerita kalian sampai di villa, kamu buru-buru keluar setelah melihat Ryan yang membuka pintu garasi. Langkahan sepatu ketsmu tertutupi suara hujan dan deru mesin mobil, Ryan mengarahkan senternya mengenai wajahmu. Kamu menutupi matamu

"Ryan! Singkirkan itu" protesmu
"Sorry, kukira siapa.. Ketemu Justin?"
"Iya, kenapa?"
"Nanya aja, mobilnya parkir aja di garasi, aku masuk dulu"
"Ok"

Kamu kembali ke mobil dan memasukkannya ke garasi, kamu membuka pintu belakang mobil dan masuk untuk membangunkan Justin.

"Justin.. Bangun, sudah sampai" ucapmu dalam suara pelan sambil mengguncang-guncang badan Justin
"Eeem? Iya"

"Aku masuk duluan ya? Mau anterin barang-barang pesenan anak-anak" katamu sambil tersenyum, Justin mengangguk pelan

Kamu menghilang dari sebuah pintu yang mengarah ke dapur. Justin keluar dari mobil dan menutup pintunya lalu masuk ke pintu yang sama. Dia di sambut Christian yang mengemut permen pesanannya

"Yo!"

Justin tidak menjawab, dia menepuk pundak Christian lalu meninggalkan Christian disana. Dia hanya menanggapi sikap Justin yang berubah dengan mengangkat sebelah alisnya.

Justin melewati ruang tengah tempat kalian berkumpul dan memakan beberapa camilan dan langsung masuk ke kamarnya

"Kenapa dia?" Tanya Cody sambil melahap kripik kentangnya
"Ga tau" Caitlin mengangkat kedua bahunya
Kamu hanya diam sambil memakan kue muffin coklat yang tadi kamu beli, kamu sebenarnya membeli dua satu lagi akan kamu berikan pada Justin, kamu bangkit dan meninggalkan yang lainnya.

Kamu naik ke lantai dua dan melihat pintu kamar Justin yang terbuka, kamu mengintip ke dalam kamu melihat Justin baru saja selesai mengganti bajunya. Saat akan menuju kasurnya dia melihatmu

"Masuk saja" katanya

Kamu melangkah masuk, kamu menyembunyikan kue muffin yang akan kamu berikan di belakang punggungmu

"Bagaimana perasaanmu saat ini?" Tanyamu
"Buruk, dan ini hanya untuk malam ini" jawab Justin dia duduk di atas kasurnya dan menatapmu yang duduk di bagian depan kasurnya
"Buruk?"
"Iya.. Masalah Sely, kau tau lah bagaimana rasanya sakit hati"
Kamu memegang erat kue muffin itu
"Ya, aku tau bagaimana rasanya, sekarang istirahatlah, hari takkan menyenangkan jika kau tak ikut hang out besok" katamu diselingi senyum manis
"Ya" jawab Justin singkat, dia menarik selimutnya dan pergi tidur

Kamu melangkah ke luar, di samping pintu kamu melihat sebuah tempat sampah, kamu membuang kue muffin itu ke dalamnya. Lalu keluar dari kamar Justin, di luar kamu terdiam sebentar di depan pintu kamar Justin.

"Kenapa aku harus cemburu? Itu wajar kan? Sely itu kekasihnya Justin jadi wajar jika..... Aarrggghh!! Lupakan!!!" Kamu memberantakkan rambutmu lalu masuk ke kamar.

Justin membalikkan badannya, sekarang dia menghadap ke pintu kamarnya. Dia mencoba bangkit dan menyalakan lampu kamarnya, dia melihat sebuah muffin di tempat sampahnya hanya itu satu-satunya sampah di dalamnya, dia memungutnya

"Apa ini yang tadi dia buang?"

Justin mengintipmu melalui sebuah pintu yang menghubungkan kamarmu dan kamarnya, sebenarnya dia sudah tau kamu pernah masuk ke kamarnya saat itu. Tapi dia tidak tau tentang apa yang kamu lakukan di kamarnya kala itu.

Melihatmu yang sudah tertidur, Justin melihat muffin tadi, muffin itu dihias sebuah selai berwarna coklat membentuk wajah yang sedang tersenyum dan buah ceri sebagai hidungnya

"Besok saja kutanyakan pada yang memberimu ok?" Justin berbicara pada muffin itu (kaya orang gila -_-")

Dia menyimpan muffin itu di meja dekat kasurnya dan kembali berbaring, dia menyalakan lampu tidur lalu mematikan lampu, dia tidak tidur dia menatap muffin yang tersenyum ke arahnya, dia membalas senyuman kue itu lalu menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut dan tidur.

Keesokan harinya, kamu terkejut dan nyaris terpeleset begitu melihat Justin berdiri di depan pintu kamar mandi di kamarmu

"Pagi!" Sapanya
"Pa...pagi.. Ada apa ya?"
"Aku mau tanya tentang ini *menunjukkan kue yang kemarin* dia tersenyum ke arahku, kurasa dia menyukaiku, bahkan kurasa dia naksir padaku" katanya sambil memandang wajah kue itu
"Bodoh, mana ada kue naksir pada manusia, dan memangnya kamu mau berpacaran dengan kue?" Katamu sambil berjalan menuju meja rias untuk menyisir rambutmu yang masih basah
"Bukan kuenya, tapi yang memberikannya" katanya sambil tersenyum. Di kaca meja rias kamu bisa melihat senyuman manja milik Justin. Pipimu merona,

Ada yang bergerak di dalam darahku ini

Lagu gita gutawa yang kamu gunakan sebagai ringtone sms berdering, kamu membuka laci meja rias dan mengeluarkan ponselmu

"Ini boleh untukku? Dia terus tersenyum padaku membuatku ingin melahapnya :D"

Sms dari Justin, kamu berbalik ke belakang, Justin tersenyum sambil mengoyang-goyangkan kue itu

"Iya boleh" katamu
"Benar?"
"Karna memang untukmu ko" kamu berbalik lagi
"Eh? Benarkah?"
"Kenapa si?" Kamu salah tingkah dibuatnya
"Tidak, ya sudah. Sampai jumpa"

Justin berlari kecil menuju pintu kamarmu yang masih tertutup, dia membentur pintu itu

"Aaarrgghh!" Rintihnya sambil memegangi kepalanya

Kamu tertawa kecil, wajah Justin memerah, dia buru-buru membuka pintu kamarmu dan keluar.

"Cowo aneh"

Pagi itu kamu memakai kaus warna putih, dan jeans panjang warna abu, kamu browsing internet dengan Caitlin mencari sesuatu yang unik. Cody memainkan gitarnya, ada buku kosong di depannya kelihatannya dia sedang menciptakan lagu baru. Sedangkan 3 serangkai (kalian tau itu siapa saja XD) main catur cina di dekat kolam renang (entah apa maksudnya main catur cina di pinggir kolam renang).

"Hei, tolong carikan website Greyson" pinta Cody dia berhenti memainkan gitarnya
"Greyson? Greyson Chance maksudmu?" Tanyamu
"Siapa lagi?"
"Mau apa?"
"Siapa tau ada nomor managernya, atau e-mail ya apalah"

Caitlin membuka tab baru dan membuka google untuk mencari website Greyson. Cody duduk di sebelahnya, gitar masih dipangkuannya. Kamu beranjak dari halaman belakang untuk mengambil air minum. Di ruang tengah kamu melihat Justin sedang berbaring dia menutupi wajahnya

"Kalau mau tidur, di kamar dong" katamu sambil mengambil air

Justin bangun, kamu duduk di dekatnya

"Kuenya enak" katanya sambil tersenyum
"Oya, ga minum obat?"
"Males.." Justin kembali berbaring
"Masih betah sakit dia" meneguk minuman
"Siapa yang betah sakit? Aku ga suka obat"
"Mau ga mau kamu harus tetap minum kan?"
"Ga mau"
"Payah!"
"Lagipula, aku berharap ada yang merawatku di saat seperti ini"
"Yang lainnya bisa, aku juga bisa"
"Ini beda"
"Kamu mau dirawat oleh Selena?"
"Bukan, oleh Allya" Justin mengadahkan kepalanya bola mata emasnya menatapmu serius

Kamu menyimpan gelasmu di meja yang ada di depanmu

"Apa pentingnya dia si? Sampai kamu tak bisa melupakannya sama sekali"
"Dia berbeda dengan semua gadis yang pernah kukencani atau aku pacari. Dia sempurna"
"Sesempurna apa?" kamu menatap Justin, dia bangun dan mendekatimu. Wajah kalian berdekatan
"Kamu cemburu?" Tanyanya
"Cemburu? Untuk apa?"
"Untuk ini" menunjukkan kalung berliontinkan nama Allya

Dadamu terasa sesak, Justin memegang dagumu

"Kamu cemburu?"

Kamu tak berani menatap mata Justin, kamu menatap kalung yang mengkilap jika terkena cahaya itu. Justin membelaimu lembut

"Kau tau? Kau berhasil menarik perhatianku sejak pertama kali bertemu"
"Karena aku persis seperti Allya?"
"Bukan, entah kenapa aku tertarik oleh semua yang ada padamu"
"Makasih gombalannya itu tidak berpengaruh sama sekali" kamu beranjak dan meninggalkan Justin di ruang tengah, Justin melepaskan kalung itu dan menuju halaman belakang

Kamu kembali bergabung dengan Caitlin dan yang lainnya, kamu melihat Justin menyusulmu, dia memakai jaketnya lalu mendekati pagar yang membatasi villa Justin dan danau yang ada di belakang villa mewah itu. Justin tiba-tiba mengacungkan kalung tadi, lalu melemparnya ke danau itu. Semua orang yang ada di halaman termenung melihat tingkah Justin.

"Sekarang kamu tak usah cemburu lagi" katanya sambil tersenyum. Rambut coklatnya terlihat menyala terkena sinar matahari, Dia mendekatimu dan mencium keningmu tiba-tiba lalu kembali masuk ke dalam. Kamu terbengong, begitu juga dengan yang lainnya.

Caitlin berlari masuk, kamu semakin tidak mengerti

Sorenya sekitar jam 4 sore, kamu mendengar seperti ada perdebatan antara Caitlin dan Justin

"Kamu gila!" Hardik Caitlin
"Apa maksudmu menyebutku 'gila'??' "
"Itu harusnya jadi benda yang terpenting yang harus kamu jaga, paling tidak sampai kamu memiliki seorang pendaping yang serius"
"Kamu tidak usah ikut campur Caity"
"Tentu aku harus, Allya adalah sahabatku!"
"Dia sudah pergi!!! Dia takkan kembali!!! Biarkan aku melupakannya!!!!"

Ada yang menepuk pundakmu, kamu kaget dan menoleh kebelakang, ternyata Chris

"Biarkan mereka berdebat, bisa kacau kalau mereka tau kamu menguping" katanya
"Iya, maaf.."

Chris mengandengmu turun ke lantai dasar, dia bilang dia punya sesuatu yang ingin di tunjukan padamu. Setelah sampai di tempat yang dimaksud kamu melihat sekeliling tapi tak ada apapun

"Close your eyes" pinta Chris
kamu menurut, dan menutup matamu, setelah agak lama kamu merasa ada sesuatu yang dingin menggantung di lehermu. Kamu merasakan ada tangan hangat yang memegangi pundakmu dan menuntunmu ke suatu tempat
"Sekarang buka matamu" suara lembutnya terdengar ramah di telingamu, kamupun membuka mata, dan melihat sebuah kalung berliontinkan sebuah gitar dalam bentuk kecil, kamu memegangi liontinnya

"Chris? Ini untukku?" Tanyamu
"Iya, anggap hadiah dari penganggummu" katanya sambil tersenyum
"Haha, ini bagus sekali, seharusnya kekasihmu yang mendapatkannya" kamu berbalik dan menghadap Chris
"Tidak apa, untukmu saja. Lagipula kamu gadis impianku"
"Maaf Chris, aku tak bisa mewujudkan impianmu sekarang"
"Tidak apa. Dibawa santai saja" katanya sambil tersenyum

Saat makan malam, kamu tak melihat Justin duduk di kursinya seperti makan pagi, atau siang

"Mana Justin?"
"Dia istirahat katanya kepalanya sangat sakit"

Kamu mulai melahap makan malammu begitu juga yang lainnya, kamu terus melihat kursi yang kosong itu. Selesai makan kamu memasakan spageti untuk Justin, setelah selesai kamu mengantarnya ke kamarnya. Seperti biasa pintu kamar Justin terbuka

"Justin?"

"Masuk saja" terdengar suara yang sangat berat dan berbeda seperti bukan suara Justin

Kamu melangkah masuk, Justin bangun dan duduk dengan menyandar ke tembok, dia terlihat lesu

"Karena kamu tak ikut makan malam, jadi kubuatkan spageti aku harap kamu suka"
"Thanks"
"Ada apa?.. Apa perlu ke dokter lagi?"
"Tidak, besok juga aku pasti sembuh"
"Yakin" kamu memegang kening Justin terasa lebih panas dari kemarin
"Aku baik-baik saja" melepaskan tanganmu
"Kelihatannya kamu malah semakin parah, ga minum obat si nakal"
"Aku tidak apa-apa jangan sedikit-dikit obat, dikit-dikit obat, dokter atau apalah"
"Oke, tapi biarkan aku merawatmu malam ini"
"Eh?"
"Makan dulu spagetinya, aku akan ambil kompresan"

Kamu bangkit dan melangkah keluar, kamu menuju dapur dan membuka kulkas untuk mengambil es.

"Hei,hei.. Es krimnya untuk besok" Chaz tiba-tiba muncul di belakangmu
"Bukan mau ambil es krim ko," kamu mengambil wadah es batu (yang kotak-kotak itu lo tau kan?) Dan melepaskan semua esnya dan kamu masukan ke sebuah mangkuk
"Buat apa? Mau kamu makan?" Chaz menaikkan sebelah alisnya
"Bukan mau aku minum"
"Lo? Kan bentuknya udah jadi es?"
"Bukanlah! Mau aku pake buat ngompres kakiku sakit nih, lecet tadi" kamu berbohong pada Chaz
"Tadi kan ga kemana-mana?"
"Ga tau aku juga, tadi begitu aku mandi ternyata lecet-lecet gitu lah, aku aja bingung"
"Aneh" Chaz mengambil sebotol jus jeruk dan kembali naik ke atas, kamu mengintipnya dari dapur, setelah Chaz masuk ke kamrnya, kamu mengambil handuk kecil yang ada disana, dan memasukannya ke dalam mangkuk lalu naik ke lantai atas, menuju kamar Justin

Kamu masuk ke kamar Justin, dia berbaring dengan posisi membelakangi pintu kamar, kamu duduk di depannya,

"Nyenyak banget tidurnya" kamu menusuk-nusuk pipi Justin pelan menggunakan telunjukmu sambil tersenyum.

Kamu mulai mengompres Justin, dia sempat terbangun sebentar tapi tak lama dia kembali tertidur. Kamu melirik jam tangan menunjukan pukul 4 pagi dan kamu masih terjaga, akhirnya kamu tertidur di samping Justin

Pagi hari sekitar jam 5, Justin terbangun dia sudah merasa lebih baik. Dia melihatmu tertidur di sebelahnya, dia melepaskan kompresanmu, dan bangun.

"Jam berapa sekarang?" Katanya sambil melihat sekeliling bermaksud mencari jam dinding
"Masih jam 5 lebih" dia menatapmu,

Dia diam-diam turun dari kasur dan duduk bersila di depanmu sambil tersenyum manis, dia membelai rambutmu yang panjang dan lembut itu.

"Thanks ya" senyuman lebarnya terlihat sangat menawan, sayang kamu tak melihatnya. Dia menggendongmu ke kamar mu yang letaknya di sebelah kamarnya. Dia membaringkanmu di kasur. Dia tak sengaja menjatuhkan sesuatu dari meja kecil di samping kasurmu. Buku Allya, Justin memungutnya

"Ini punya Allya kan?.. Kenapa bisa ada padamu?" Justin menatapmu tajam, dia membuka laci meja itu dan mencari sesuatu. Dia menggeledah semua laci yang ada di kamar itu. Suara laci kayu yang terbuka dan tertutup berkali-kali membuatmu terbangun, kamu kaget Justin memegang buku Allya, dan mencari sesuatu di semua laci yang ada di kamarmu

Justin menoleh ke arahmu , tatapannya tidak terlihat ramah sedikitpun. Kamu melihat amarah di matanya. Kamu mendekatinya

"Kamu mencari apa?"

Justin diam, tak lama dia menemukan apa yang dia cari

"Kenapa ada 2 benda ini padamu?"
"Eh? Itu.. Kutemukan di kamarku"
"Kenapa kau membawanya kemari?"
"Terbawa"
"Oh, terbawa.. Kalau begitu boleh kan, kalau aku mengambilnya?"
"Tidak! Jangan!"
"Kenapa?? Ini tak ada hubungannya denganmu, bahkan kau bukan siapa-siapanya Allya.. Apa keuntunganmu menyimpan ini? Ooh, kau mencari sesuatu tentang aku dari dalamnya kan?"
"Jangan menuduhku yang tidak-tidak! Aku tidak seperti itu!"
"Lalu? Untuk apa?"

Kamu terdiam, kamu sendiri tak mengerti kenapa kamu menyimpan 2 benda yang seharusnya tidak kamu simpan.

"Untuk apa? Itu pertanyaanku"
"Kembalikan!" Kamu berusaha meraih buku dan kalung itu dan merebutnya dari tangan kiri Justin
"Tidak akan!! Ini bukan milikmu!!"

Justin mendorongmu tapi tidak sampai membuatmu terjatuh. Dia melangkh keluar dan mengunci pintu yang menghubungkan kamarmu dan kamarnya. Kamu terduduk di pinggir kasur,

"Kamu bodoh Nina! Bodoh!"

Air matamu menetes, sementara itu Justin memasukan 2 benda itu ke dalam laci yang sama dengan laci dimana dia menyimpan buku miliknya, lalu menguncinya.

"Darimana dia mendapatkan semua itu? Tidak mungkin dia hanya menemukannya.. Lagipula, kenapa aku jengkel jika dia menemukan buku itu.. Aarrgghh!! Kamu kenapa Justin!"

3 hari berlalu, hubunganmu dan Justin semakin mengeruh, kalian tak pernah berbicara lagi sejak hari itu. Singkat cerita kamu sampai di rumahmu karena liburan di Villa Justin sudah selesai, malam harinya, saat kamu sedang mencari tempat untuk Street Live, kamu bertemu seseorang yang kamu kenal dia Greyson

"Nina! Lama tak berjumpa" sapanya sambil tersenyum
"Hehe... Habis liburan" kamu menjulurkan lidahmu, Greyson tertawa pendek
"Mau Street Live?" Tanyanya
"Begitulah."
"Bagaimana kalau kamu menjadi penyanyi Cafe dimana omku bekerja? Gajinya lumayan lo.." Tawarnya
"Eh? Benarkah? Dimana?"
"Ikut aku" Greyson menggandeng tanganmu

Kalian sampai di Cafe yang dimaksud Greyson. Suasananya sangat romantis, banyak lilin bertebaran dimana-mana, lampu seperti sengaja di redupkan. Atmosfer yang sempurna jika kau diajak berkencan dengan kekasihmu untuk Candle Light Dinner

Greyson menarikmu ke suatu tempat, di sana berbeda sekali dengan di bagian depan cafe, semua tembok di cat warna putih, lampu terasa menyilaukan disana. Dia mengajakmu masuk ke sebuah ruangan, ada seorang wanita paruh baya yang wajahnya mirip dengan Greyson

"Dia ibuku" ucap Greyson sambil tersenyum dan duduk di sebuah kursi merah dekat sebuah cermin
"Selamat malam tante" kamu membungkukkan badanmu untuk menunjukkan rasa hormat.
"Malam, Greyson, dia si calon penyanyi itu?" Tanyanya sambil membelai rambutmu pelan
"Iya ma, aku yakin mama takkan kecewa begitu mendengar suaranya" katanya sambil memainkan pensil di tangannya
"Begitu.. Sekarang, biarkan tante mendandanimu sayang" katanya
"Eh? Boleh"

kamu berubah menjadi seorang putri malam itu, make up tipis membuatmu seperti boneka di tambah dress warna putih yang roknya di buat berlipat-lipat, rambutmu di buat agak curly, dan sepatu hak warna putih membuatmu kelihatan lebih tinggi. Greyson terbengong melihatmu

"Aku aneh ya?" Tanyamu kuatir, karena kamu tak biasa didandani seperti ini
"Cantik ko.. Seperti putri malah" dia memperhatikanmu dari ujung kepala sampai kaki lalu tersenyum

Kamu memberikan senyuman terbaik yang kamu miliki, lalu mengeluarkan gitarmu, dari guitar case.

Sementara itu, Justin baru saja tiba di cafe itu dia tidak sendiri ada seorang gadis yang mengamit tangannya dia sangat cantik, mereka duduk di posisi dekat panggung. Kamu baru saja naik ke atas panggung dengan gitar di tanganmu. Semua pandangan kini tertuju padamu. Jujur kamu tegang, kamu berbisik pada semua personil band yang sudah berada di atas panggung lebih dulu

Kamu duduk di kursi yang didepannya sudah terdapat sebuah mik, kamu menyetem gitarmu, dan mulai memetiknya

"Aku hanya seorang gadis biasa yang mencari suatu tempat di dunia ini"
Suara lembutmu memecah keheningan cafe itu.

Kamu mulai memetik gitarmu dan membuka lagu yang akan kamu nyanyikan.

I don't know what I want, so don't ask me
Cause I'm still trying to figure it out
Don't know what's down this road, I'm just walking
Trying to see through the rain coming down
Even though I'm not the only one
Who feels the way I do

I'm alone, on my own, and that's all I know
I'll be strong, I'll be wrong, oh but life goes on
I'm just a girl, trying to find a place in
This world

Got the radio on, my old blue jeans
And I'm wearing my heart on my sleeve
Feeling lucky today, got the sunshine
Could you tell me what more do I need
And tomorrow's just a mystery, oh yeah
But that's ok

Maybe I'm just a girl on a mission
But I'm ready to fly

Lagu selesai, kamu menggumamkan kata "Thanks" dalam hatimu. Semua bertepuk tangan untukmu. Kamu tersenyum, lalu semua bersorak mengucapkan kata "lagi" dengan bersamaan. Kamu menoleh ke belakang semua personil band mengangkat bahu mereka

"Ok,ok.. Hentikan itu, aku akan nyanyikan lagu lagi, tapi kalian semua janji harus berdansa dengan pasangan masing-masing Ok?"

Justin melirikmu, kamu tak menyadarinya, penampilanmu yang berbeda membuatnya tidak mengenalimu (haha sebegitu bedanya kah?).

Kamu melihat sekeliling, dan akhirnya bertemu pandang dengan Justin, gadis yang harusnya duduk di depannya hilang entah kemana. Kamu merasakan jantungmu berdebar kencang. Kamu menutup matamu, dan berusaha agar tidak gugup. Kamu mulai memainkan gitarmu lagi. Dan memainkan intro lagu "Crazier" band yang mengiringimu ikut bermain

I've never gone with the wind
Just let it flow
Let it take me where it wants to go
'Til you open the door
There's so much more
I've never seen it before
I was trying to fly but I couldn't find wings
But you came along and you changed everything

Kamu sesekali menatap Justin dia menatapmu lekat-lekat, mulai banyak pasangan kekasih yang melakukan slow dance, kamu terus bernyanyi sambil menatap Justin

You lift my feet off the ground,
Spin me around,
You make me crazier, crazier
Feels like I'm falling,
And I'm lost in your eyes,
You make me crazier, crazier, crazier

Kamu menutup matamu. Semakin banyak yang melakukan slow dance, mereka terlihat sangat romantis, Justin tiba-tiba berdiri

Baby you showed me what living is for
I don't want to hide anymore

Justin naik ke atas panggung, kamu kaget dan berhenti menyanyi, tapi musik terus berjalan

"Mau berdansa denganku?" Justin mengulurkan tangannya. Beberapa personil band memberi sinyal agar kamu menerima ajakannya.

Kamu menyimpan gitarmu. Dan mengambil mik dan menerima ajakan Justin untuk berdansa

You lift my feet off the ground,
Spin me around,
You make me crazier, crazier
Feels like I'm falling
And I'm lost in your eyes,
You make me crazier, crazier
Crazier, crazier

Kamu berdansa sambil menyanyi, Justin tersenyum melihat wajahmu. Kamu membalas senyumannya,

You make me crazier,crazier,crazier,crazier oh

Kamu melepaskan depakan Justin, karena lagu sudah selesai. Kamu naik ke panggung, dan memberi hormat. Lalu turun ke belakang. Ada pergantian penyanyi. Kamu memeluk gitarmu di belakang, Jantung berdegup kencang sekali, kamu mempererat pelukanmu pada gitar itu.

"Tadi itu sangat dekat, sangat dekat!" Kamu menyembunyikan wajahmu ke belakang gitar. Entah kenapa air matamu menetes, kamu buru-buru ke ruangan tadi, dan mengganti pakaianmu dengan pakaian yang tadi kamu gunakan. Kamu berjalan meninggalkan tempat itu. Tapi di depan cafe Justin sudah berdiri disana. Dia melihatmu, kamu menghentikan langkahanmu

"Kuantarkan pulang ok?" Tawarnya
"Tidak usah! Untuk apa? Aku bukan siapa-siapamu" jawabmu sinis
"Aku hanya tidak mau kamu mengalami sesuatu yang aneh di jalan, lagipula, tidak baik gadis pulang sendirian di malam hari"
"Aku bisa sendiri" kamu berjalan meninggalkan Justin disana

"Kamu cantik dengan dress dan rambut seperti itu" serunya
Kamu berbalik, dan menatapnya aneh
"Kenapa?" Justin mendekatimu, lagi-lagi wajah kalian saling dekat
"Aku menyukainya" katanya lagi
"Makasih" kamu tersenyum lalu berjalan pergi sesekali kamu berlari kecil.

Di sebuah belokan, kamu memeluk Guitar casemu dan menatap jalanan yang kosong, kamu duduk di sebuah pagar tembok, dan mengeluarkan gitarmu.

Kamu bernyanyi kecil, sambil memetik gitarmu, setelah kamu merasa sudah cukup kamu memasukan kembali gitarmu ke dalam Guitar Case dan berjalan pulang.

You lift my feet off the ground,
Spin me around,
You make me crazier, crazier
Feels like I'm falling
And I'm lost in your eyes,
You make me crazier, crazier
Crazier, crazier
Justin kembali masuk ke dalam cafe, gadis yang tadi menghampiri Justin

"Justy, aku harus pulang, ayah dan ibuku sudah berkali-kali meneleponku" katanya
"Oke, sekarang kita pulang"

Justin menggandeng tangan gadis itu sampai ke mobil lalu mengantarnya pulang, sementara itu kamu masih terbengong bersila di atas kasurmu, gitar ada dipangkuanmu tapi kamu tidak memainkannya, masih terbayang wajah Justin saat berdansa tadi, dan lagu crazier terus menggema di telingamu.

"Aku benar-benar gila sekarang" kamu menggaruk kepalamu padahal tidak gatal
"Apa yang harus kulakukan agar aku tidak seperti ini?"

Kamu menyimpan gitarmu lalu mendekati ponselmu dan berkirim pesan dengan Caitlin untuk melupakan yang tadi. Tapi saat bertexting ria dengan Caitlin kamu terus menyanyikan lagu crazier

To : Caitlin

Cait, kurasa aku benar-benar gila sekarang

From : Caitlin

Kenapa?

To Caitlin

Bayangkan, tadi aku dan Justin slow dance, dan sampai sekarang aku tak bisa melupakan saat-saat itu!! DX aku bisa gila kalau begini urusannya

Caitlin yang sedang memakan sebuah kue dengan Chris tersedak, dia buru-buru mengambil minum dan kembali mengetik balasannya

To : Nina

Hee? Wah,wah kelihatannya ada yang Fallin' In Love dengan Bieber ;)

From : Nina

Siapa?

To : Nina

Ambil kaca..

From : Nina

Lalu?

To : Nina

Apa yang kau lihat?

Kamu bingung apa maksud Caitlin, kamu memperhatikan kaca itu, tidak ada apapun kecuali bayangan wajahmu.

To : Caitlin

Wajahku? Kenapa

From : Caitlin

Nah! Dialah yang Fallin' In Love pada Justin!!

Kamu kembali melihat ke kaca, dan memperhatikan wajahmu lekat-lekat

"Aku?" Katamu sambil menunjuk wajahmu sendiri

"Aku?? Jatuh cinta pada Justin?? Aku?? Justin?? Aarrggghhh" kamu memberantakan rambutmu

"Aku benar-benar gila sekarang, bukan, bukan gila.. Tapi... Lupakan!"

Kamu kembali duduk di atas kasur, apa ini yang pertama kali dirasakan oleh Allya saat pertama kali jatuh cinta pada Justin dan Justin akhirnya jadi cinta terakhirnya katamu dalam hati. Ini gila! Kamu merasa kalau semuanya salah, tapi kamu tak bisa melupakan apa yang kamu rasakan tadi, dan jika muncul bayangan wajah Justin, hatimu terasa hangat dan jantungmu berdebar kencang. Kamu memutuskan untuk tidur.

Esok paginya, kamu memakai, tank top warna hitam dan sweater warna biru jeans sebagai luaran, jeans panjang dan sepatu kets warna putih. Kamu sedang berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan dengan kakamu dan Brandon.

Kamu ingat kalau Justin bilang dia suka dengan rambut curlymu kemarin.

"Ka"
"Apa?"
"Punya catokan dirumah?"
"Buat apa?"
"Aku kan sekarang kerja di sebuah Cafe sebagai penyanyi, jadi yaa.. Kurasa akan lebih baik jika rambutku bisa ditata lebih bagus lagi"
"Boong, ka! Paling buat pacarnya" Brandon tiba-tiba menyambar
"Ada ko.. Tapi yang rambutnya mau dibuat keriting"
"Ya! Memang itu yang aku butuhkan!"

Setiap malam rabu dan minggu, kamu kebagian menyanyi di cafe kemarin, gajinya sangat cukup bahkan berlebih. Kamu bisa membantu perekonomian rumahmu sekarang. Malam itu, kamu bersiap untuk tampil, kali ini kamu memakai dress warna biru, dan sepatu hak warna merah muda tapi agak sedikit tua warnanya. Seperti biasa rambutmu kamu buat curly, dan itu menjadi ciri khasmu sekarang jika tampil di panggung.

Kamu meraih gitarmu. Malam ini bisa dibilang sangat spesial karena kamu akan berkolaborasi dengan Greyson. Kalian menyanyikan beberapa lagu slow seperti "Your Call" dari Secondhand Serenade, atau "The Only Exception" dari Paramore. Greyson memberikan mik padamu. Kini giliranmu tampil solo, kamu kembali tegang dan gugup. Kamu menarik nafas panjang, dan berkomunikasi dengan personil band yang ada di belakangmu.

"Malam ini, akan sedikit spesial karena aku akan menyanyikan lagu yang kuciptakan sendiri, walau belum begitu bagus tapi.." Kalimatmu terhenti begitu melihat Justin masuk dengan seorang gadis yang sangat kamu kenal dia sahabatmu saat masih sekolah dulu dia bernama Alice. Dadamu terasa sesak

"Tapi... Aku harap kalian akan menyukainya" kamu agak sedikit tertunduk. Intro mulai kamu mainkan

I walk up to you I've made up my mind
I've something show to you
in my pocket is a song I wrote for you

I raise up the volume to make you sure you hear every word that I'll sing to you

Justin dan kekasihnya (Author rasa) duduk di tempat dimana saat itu mereka duduk


oh...goodbye days to you
I can feel things changing now
until yesterday so long
It's always times like these
that I dont know what to say but I feel so good
la la la la la with you

I hand you to the earphone and I feel like the world has stopped
as the music plays I wonder if you are thinking of me right now

I have been thinking I'm in love with you
sometimes my mind get so confused

Justin tidak memperhatikanmu seperti saat-saat kemarin, kamu menutup matamu dan mencoba untuk terus bernyanyi tanpa memperdulikan pemandangan yang mengganggu di depanmu

oh...goodbye days to you
I can feel my change in heart
now everythings allright
its always times like these
that I dont know what to say but I feel so good
la la la la la with you

i try my best to never think of those things that make me sad
but i know that they will come anyways
and when they do ill say to you
yeah,hello my friends how are you?
And smile on just like nothing is wrong

Lagu hampir berakhir, gadis itu meminta izin pada Justin untuk mengangkat telepon dia menjauhi Justin, sekarang Justin melihat penampilanmu dengan serius

whenever youre with me
and were singing the same song
with you by my side,i wish
that things would never change
and youll always be right here listening to me
la la la la goodbye days

Lagu selesai, semua bertepuk tangan

"Maaf"

Kamu membawa gitarmu turun ke bawah, dan terpaksa harus pergantian penyanyi secara ekspress.. Greyson menatapmu heran

"Ada apa? Kenapa kau menangis?"
"Aku lelah, aku mau pulang, tidak apa kan?"
"Tentu saja.. Aku antar pulang ya? Kebetulan aku juga mau pulang"
"Thanks"

Kamu berganti pakaian, raut wajahmu berbeda tidak seperti hari-hari sebelumnya, di perjalanan Greyson terus berusaha menghiburmu dan dia berhasil mengembalikan senyumanmu

"Aku ingin punya kaka perempuan" katanya tiba-tiba
"Eh?"
"Iya, selama ini pasti selalu aku yang jadi seorang kaka, jika ada kaka sepupu pun pasti laki-laki.."
"Aku bisa jadi kakamu" katamu sambil tersenyum
"Benarkah? Kau mau?" Matanya berbinar-binar
"Tentu, sebagai ungkapan termia kasih karena sudah menghiburku tadi"
"Horeee!! Mulai besok aku akan memanggilmu kaka ok?"
"Iya,iya"

Greyson memelukmu erat, kamu membelai kepalanya lembut. Sementara itu Justin, kebingungan kenapa kamu hanya menyanyikan satu lagu

"Justy, dimakan dong, cakenya" ucap Alice
"Iya.." Jawab Justin sambil tersenyum "bagaimana dengan rencana kuliahmu di LA?"
"Berjalan baik, minggu depan aku berangkat"
"Oh, kau akan sering kemari kan?"
"Tentu Justy, aku tak mungkin bisa hidup tanpamu"

Justin tersenyum, tak lama Alice kembali harus menerima telepon setelah menerimanya. Dia berpamitan, Justin membuat alasan agar dia tidak mengantarkan Alice pulang. Setelah Alice pergi, dia menuju belakang panggung dan bertemu ibu Greyson

"Maaf, bisa saya bertanya?" Katanya
"Ada apa ya?"
"Eemm.. Penyanyi yang berambut ikal yang memakai dress biru tadi kenapa ya?"
"Ooh sepertinya terjadi sesuatu sehingga dia menangis, saya juga kurang tau apa yang terjadi.. Mungkin besok dia bisa kembali tampil, jika anda ingin bertemu temui saja disini"
"Oh begitu, terima kasih" Justin memberi salam lalu melangkah pergi, senyuman mengembang di wajahnya dia keluar dari cafe dengan senyuman yang terus terpampang di wajahnya.

Esok paginya, kamu janji bertemu dengan Cody karena kamu sudah berjanji untuk menemaninya photo shooting di sebuah redaksi majalah. Kamu memakai kaus putih polos kemeja merah kotak-kotak sebagai luaran dal celana jeans panjang, kamu hanya memakai sepatu kets warna putih dan rambut yang masih dalam keadaan keriting kamu ikat.

"Kamu mengubah gaya rambutmu?" Cody membuka pembicaraan di mobil
"Hehe.. Begitulah"
"Lebih cantik seperti ini" dia memainkan sisa rambut yang tidak terikat sambil tersenyum
"Apaan si, genit deh"

Kalian bercanda di sepanjang perjalanan. Begitu sampai di lokasi kamu hanya diam duduk di sebuah kursi yang disediakan untukmu. Kamu menonton dari balik kamera.

Tiba-tiba ada seorang lelaki yang mendekatimu. Kamu spontan memundurkan wajahmu

"Kamu manis, pasti pacarnya Cody"
"Bu..bukan" kamu mengibas-ngibaskan tanganmu "kami teman"
"Mau menemani Cody photo shooting?"
"Aku sedang melakukan itu"
"Bukan di belakang kamera tapi di depan kamera"
"HAH!!"

Laki-laki itu memanggil teman-temannya, kamu dibawa ke suatu tempat, sementara itu

"Mana Nina?" Tanya Cody

Kamu di make over habis-habisan, kamu dipakaikan dress selutut warna biru muda, kalung yang manis warna biru tua, gelang yang sepasang dengan kalungnya, rambut curlymu di hiasi jepit berbentuk pita warna biru tua. Sepatu hak warna biru muda menyempurnakan penampilanmu.

"Nina!" Cody menunjukmu dia merasa tak percaya dengan apa yang dia lihat
"Cody, aku dipaksa" kamu memperlihatkan senyum terpaksa
"Hahaha.. Kau berbeda! Seperti putri"
"Berlebihan"
"Serius... Cantik sekali"
"Thanks" kamu tersenyum

Kalian mulai melakukan photo shooting di saat terakhir sang fotografer meminta Cody memelukmu dari belakang, kamu dan Cody saling berpandangan

"Bisa yang lain? Selain pelukan? Bergandengan tangan misalnya?" Tawar Cody pada sang fotografer
"Oh ayolah, chamestry (bener ga nulisnya? Salah deh kayaknya --") kalian sangat bagus"
"Eeemmm.... Tapi... Kalau peluk rasanya berlebihan"
"Jangan begitu nona, jarang-jarang lo di peluk artis seperti Cody"

Kamu memasang senyum terpaksa lagi, kalian berdua terpaksa menurut. Beberapa minggu setelah itu kamu melihat fotomu dan Cody sedang berpelukan di sampul majalah itu. Kamu melempar majalah itu ke atas meja Brandon menatapmu bingung

"Apa?"
"Kaka pacarnya ka Cody?" Tanyanya
"Bukan"
"Terus kenapa di peluk ka Cody?"
"Bukan urusanmu"

Kamu bangkit dan langsung masuk ke kamarmu. Sementara itu, Justin sedang mengantar Alice membeli sebuah buku di toko material ups! Sori toko buku maksudnya. Dia melihat-lihat rak majalah, dan melihat sebuah cover majalah dimana ada fotomu dan Cody berpelukan

"Nina?" Katanya dia mengambil majalah itu dan menatapnya serius

Dia mencari majalah yang segelnya sudah dibuka, setelah menemukannya dia membukanya, dia menemukan artikel sebanyak 5 halaman yang penuh berisi hasil photo shootingmu dengan Cody waktu itu.

Di atas artikel itu tertulis

"Gadis beruntung yang berhasil mencuri perhatianku tapi dia bukan kekasihku

-Cody"

Entah kenapa hati Justin panas melihat hal itu. Malam harinya kamu berangkat menuju cafe seperti biasa, kali ini kakamu dan Brandon ikut menyaksikan penampilanmu. Malam itu, kamu tak melihat Justin, kamu menyanyikan lagu "Back To December" dari Taylor Swift dan "Maniac" dari Girlicious. Selesai giliranmu. Kamu turun ke belakang panggung dengan gitar di tanganmu. Kamu terkejut melihat Justin bersandar di tembok dekat dengan tempatmu berdiri saat ini

"Justin!"
"Hei.. Bagaimana kabarmu?"
"Baik, ada apa?"
"Bagaimana hubunganmu dengan Cody?"
"Eh?"
"iya, kutanya bagaimana hubunganmu dengan Cody?"
"Kami berteman"
"Oh ya?"
"Memangnya kenapa? Aaah, pasti foto itu"
"Memangnya apa lagi?"
"Dengarkan aku, kami hanya bersahabat"
"Oke aku percaya"
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Kamu bertanya hal itu?"
"Tidak ada, aku suka kostummu hari ini" Justin tersenyum tipis lalu pergi meninggalkanmu, dia memakai tudungnya kembali dan berlari kecil keluar dari lorong itu. Kamu menggelengkan kepalamu lalu masuk ke ruang ganti. Kamu iseng membuka akun tweetmu

"Justinbieber tidak yakin dengan penjelasannya"

Tweet dari Justin, kamu yakin itu pasti mengarah padamu.

Kamu menghiraukannya dan membuka mention, banyak yang menulis "I Love You" untukmu disana tapi ada yang menarik perhatianmu Cody mengirimimu mention berisi "143" yang berarti "I Love You" kamu langsung membalasnya

@Thecodysimpson apa maksudnya?

Tidak ada hanya iseng :p RT @Ninaannisa @Thecodysimpson apa maksudnya?

Balasan dari Cody tak kamu balas lagi, kamu off dari Tweet. Dan terdiam di ruang ganti.

Justin make me crazier,crazier,crazier

Kamu bernyanyi kecil disana.ponselmu berdering tanda ada telepon masuk, kamu tidak menyangka siapa yang meneleponmu dia "Alice"
Kamu bengong menatap layar ponselmu

"Alice? Mau apa dia?"

Kamu mengangkat teleponnya,

"Ya?"
"Nina?"
"Ya?"
"Ini aku Alice, masih ingat kan?"
"Eeeemm ya.."
"Jawabanmu dari tadi 'iya' dan 'ya' melulu."
"Hehe maaf, bagaimana kabarmu? Rasanya sudah lama kita tidak bertemu bahkan berkomunikasi"
"Bagaimana kalau kamu datang ke .... "
"Boleh!"
"Kutunggu"
"Siip"

Kamu memutuskan telepon, dan bersiap. Kamu mengganti pakaianmu dengan Dress warna biru muda, jaket warna putih dan menyiapkan sneakers warna putih yang akan kamu gunakan. Sementara itu

Alice sedang menelepon seseorang di sebuah meja yang menghadap ke sebuah danau.

"Aku harap kamu datang kemari... Ya.. Tamu spesial... Hahaha, sangat spesial ko... Tidak, dia pasti sangat cantik... Oke, eh? Ok boss! Kutunggu"

Dia memutuskan teleponnya lalu kembali menekan nomor ponsel yang lain dan meneleponnya

"Justy, aku mau bertemu bisa kan? Iya sekalian Dinner.. Bisa? Benar? Thanks Justy, iya... Ohahaha.. Yessir! Bye" Alice kembali memutuskan telepon. Kamu baru saja tiba di tempat janji

"Alice?" Tanyamu pada seorang gadis berambut pirang dan berponi yang duduk di hadapanmu
"Nina? Itu kau?" Mata birunya menatapmu dengan penuh ketidak percayaan
"Iya.. Eem... Kau bilang kita tidak akan berdua saja, mana yang lainnya?"
"Dalam perjalanan, oh ya, bagaimana proyek mu itu"
"Proyek apa?" Kamu duduk di kursi depan Alice
"Untuk menjadi seorang penyanyi pro.."
"Ooh itu, begitulah, aku sudah seorang penyanyi di sebuah cafe" katamu sambil tersenyum. Tak lama muncul seorang pemuda memakai kaus putih dan jaket jins muda muncul di belakangmu kamu menoleh ke belakang,

"Nina?"
"Cody?"
"Kalian saling kenal?" Tanya Alice
"Begitulah" jawabmu dan Cody secara bersamaan
"Ooh.. Duduklah Cody"

Cody sedikit menjauhkan kursinya lalu duduk. Kamu juga menjaga jarak dengan kursi dimana Cody duduk

"Kalian tidak akrab?"
"Eh?" Lagi-lagi sahutan dari kalian diucapkan secara bersamaan
"Tidak!!!" Tidak hanya ucapan gerakanpun bersamaan. Kalian mendekatkan kursi dan tersenyum pada Alice, Alice menahan tawa, kamu dan Cody saling berpandangan.

"Kalian cocok lo.."
"Maksudnya?" Bersamaan lagi
"Cocok, kompak, cantik dan tampan pula"
"Tidak terima kasih.. Kami hanya sahabat" sanggah Cody
"Ooh begitu" Alice mengangguk pelan, dia menoleh ke belakang dan melambaikan tangan pada seorang pemuda yang semakin lama semakin dekat. Dia Justin, Alice berdiri dan berpelukan dengan Justin sebentar lalu mempersilahkan Justin duduk.

Kamu dan Cody berpandangan lagi

"Kalian berpacaran?" Tanya kalian berdua
"Kalau iya kenapa?" Justin membetulkan posisi kursinya
Kamu manggut-manggut semantara Cody hanya tersenyum.

"Sebenarnya ada apa kau memanggilku, dan mereka untuk bertemu?" Tanya Justin dengan nada serius
"Aku hanya ingin reuni dengan teman SMPku, selain itu aku rasa tidak lucu kalau hanya berdua, jadi kupanggil kalian berdua juga.. Justin kau sudah kenal Nina kan?"
"Tidak ini pertama kali bertemu"

Kamu menatap Justin, omongan yang tidak masuk akal keluar dari mulutnya, musim panas lalu kalian berlibur bersama, dia juga sudah mencium keningmu sekarang dia bilang dia tidak mengenalmu?

"Ooh pertama bertemu, kalau begitu kenalan dulu dong"

Justin mengulurkan tangannya padamu.

"Justin" katanya
"Nina"
Kalian berjabat tangan, kamu kesal dengan sikap Justin yang pura-pura tidak mengenalmu

"Cowo macam apa dia? Membuat sebuah kenangan indah lalu menghancurkan semuanya dalam sedetik" katamu dalam hati. Sesekali kamu menatap Justin, saat kalian bertemu pandang kamu membuang muka.

"Hei.. Ada saus di bibirmu" Cody mengambil selembar tisu lalu membersihkan bibirmu.

Justin mengalihkan pandangannya,

"Kalian romantis ya" ucap Alice
"Eh? Romantis apanya?" Katamu
"Iya... So sweet sekali, aku iri"
Kamu tersenyum begitu juga dengan Cody lalu kembali menikmati makan malam kalian masing-masing.

Tiba-tiba Cody berbisik padamu

"Psst... Sepertinya Justin marah padamu"
"Eh? Benarkah? Kenapa?"
"Kau berbuat salah tidak?"
"Tidaak..."
"Hhmmm... Kalau begitu dia cemburu"

Kamu menginjak kaki Cody, dia memegangi kakinya

"Ada apa Cody?" Tanya Alice
"Tidak..."

Kamu kembali melahap makan malammu. Kamu pulang diantarkan oleh Cody, di perjalanan kalian mengobrol banyak, kamu juga bercerita tentang pekerjaanmu sekarang.

"Pasti sebentar lagi akan ada banyak orang yang mengerumunimu dan meminta tanda tangan atau foto"
"Haha itu masih sangat jauh"
"Siapa tau? Eh,eh, kapan kamu perform lagi? Aku mau menontonnya"
"Jangan ucapkan janji jika akhirnya kamu tak bisa menepatinya"
"Aku janji akan datang"
"Oke, kalau begitu aku juga janji akan datang ke setiap show mu sepanjang kamu datang ke performku Ok?"
"Janji?"
"Janji"

Singkat cerita kamu sudah sampai, kamu pamit pada Cody, dia tersenyum lalu meminta supirnya untuk tancap gas karena dia ada acara di sebuah stasiun televisi. Kamu masuk ke rumah dan di sambut oleh kakamu

"Sama Cody ya?"
"Kaka, kenapa bisa tau?"
"Tebakan beruntung"
"Hahaha.."
"dia anak yang baik, kau tau... Asik untuk diajak hang out pula"
"Kaka sudah date dengannya?"
"Date apanya? Dia minta kaka mendekatkannya padamu (di coblangin)!!"
"Haaah?"

Kakamu tertawa kecil, kamu menggaruk kepalamu padahal tidak gatal lagi. Brandon mentertawaimu, kamu membalasnya dengan menggelitikinya.

"Ka, besok Lily mau main ke sini!!!"
"Oh ya?"
"Ya.. Dengan Zero juga" kakamu ikut bergabung di depan tv
"Hmm.. Besok bisa jadi hari terbaik untukku"

Keesokan harinya tepatnya pukul 9 pagi, rumahmu sudah sangat ramai, Zero dan 3 kaka sepupunya Anria (bu Author mau ikut main ga apa kan?), Noir, dan Taylor baru saja tiba. Kamu menghabiskan waktu dengan mengobrol dengan Noir dan Anria.

Sore hari kamu bersiap menuju cafe untuk perform

"Mau kemana?" Tanya Noir
"Aku ada kerjaan malam ini.. Ga apa-apakan kutinggal?"
"Tidak apa" jawab Zero sambil tersenyum "lagipula Brandon masih disini" Anria melanjutkan

Kamu berpamitan, singkat cerita kamu sudah sampai, dan bersiap untuk perform di tempat biasa malam itu, Dress warna coklat muda (krem) yang kamu gunakan, terdapat renda-renda kecil di ujung roknya dan sepatu boots warna putih menghiasi kakimu. Seperti biasa rambut kamu buat curly, saat kamu merapikan polesan lipgloss di bibirmu kamu melihat Greyson masuk

"Ada apa Grey?"
"Kaka, hari ini mau menyanyikan lagu apa?"
"Entahlah, kamu mau request?" Kamu duduk di hadapan Greyson
"Boleh?"
"Tentu, kenapa tidak"
"Eem.. Lagu Miley Cyrus - the climb ya?"
"Yessir!"
"Pasti keren!" Katanya bersemangat
"Haha semoga saja"
"Pasti!!" Katanya mantap

Kamu meraih gitarmu dan bersiap di belakang panggung, terjadi pergantian penyanyi. Kamu naik ke atas panggung, dan melihat sekeliling Cody ada disana, dia bersama 2 temannya Gill, dan Zac. Kamu duduk di kursi tepat di depan panggung dan memangku gitarmu

"Selamat malam" sapamu
"Malam ini, aku akan menyanyikan lagu yang di requestkan oleh adikku 'the climb' "

Kamu memberi sinyal pada personil band yang lainnya.

Intro mulai dimainkan melalui piano di ujung panggung. Kamu meraih mik dan mulai bernyanyi

I can almost see it
That dream I am dreaming
But there's a voice inside my head saying
"You'll never reach it"

Every step I'm taking
Every move I make feels
Lost with no direction
My faith is shaking

Seorang pemuda baru saja tiba, dia mengambil tempat duduk di ujung, kamu mengenalinya dia Justin. Kamu terus menatapnya

But I gotta keep trying
Gotta keep my head held high

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be a uphill battle
Sometimes I'm gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb

Justin seperti menerima telepon, dia mengangkatnya dan berbicara dengan seseorang di sebrang sana. Kamu terus bernyanyi dan kini kamu menatap Cody lalu tersenyum padanya.

The struggles I'm facing
The chances I'm taking
Sometimes might knock me down
But no, I'm not breaking

I may not know it
But these are the moments that
I'm gonna remember most, yeah
Just gotta keep going

And I, I got to be strong
Just keep pushing on

Setelah menerima telepon, Justin pergi dan keliatannya dia takkan kembali lagi. Kamu yakin yang menelepon tadi pasti Alice, siapa lagi selain dia.. Jika bukan pun pasti Mom Pattie, atau Scooter.

'Cause there's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be a uphill battle
Sometimes I'm gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb

Lagu selesai, kamu menatap pintu masuk, tidak ada lagi yang masuk melalui pintu itu. Kamu semakin yakin Justin takkan kembali lagi. Kamu sendiri bingung kenapa mengharapkan Justin kembali dan duduk di kursinya. Melihat penampilanmu. Setelah lagu climb kamu menyanyikan lagu-lagu yang biasa dan sudah pernah kamu nyanyikan sebelumnya.

Selesai perform kamu terdiam di depan cafe dengan Guitar Case di sampingmu. Kamu bersandar pada sebuah tembok dan menatap ke bawah. Setiap ada mobil yang lewat kamu mengangkat kepalamu, tapi semua mobil itu hanya melewatimu. Hujan mulai turun, kamu buru-buru menuju halte dan menunggu bis disana. Sialnya sudah 30 menit duduk di halte bis itu belum ada satupun bis yang lewat.

"Bis pada kemana si? Mana ga bawa HP lagi" gerutumu. Hujan semakin deras kamu mulai kedinginan. Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan halte, kamu menatap mobil itu lekat-lekat. Dari dalam mobil itu keluar seorang pemuda yang kamu kenal dia Justin. Dia membawa payung lalu menghampirimu. Kini dia berdiri di depanmu dengan sebuah payung di tangannya. Kamu menatap ke arah lain.

"Mau kuantar pulang tidak?"
"Tidak usah! Aku menunggu bis disini"
"Jangan menunggu bis! Kamu bisa sakit"
"Apa pedulimu?"
"Jelas aku peduli!"
"Sekarang kutanya apa maumu? Liburan musim panas lalu kamu mengecup keningku, lalu kemarin kamu pura-pura tidak mengenalku, lalu tadi baru saja tadi kau dengan sok peduli seperti tadi menawarkan tumpangan. Apa kamu punya otak untuk berfikir?" Amarahmu sudah meledak-ledak "tolong jangan permainkan perasaanku, aku paling tidak suka di begitukan mengerti!"
"Oke aku minta maaf"
"Permintaan maaf macam apa itu?" Kamu berdiri dan mengangkat Guitar Casemu bermaksud berjalan pergi. Justin melepaskan genggamannya dari payung, dia menahanmu. Kalian bertemu pandang, kamu bermaksud melepaskan genggaman Justin, tapi genggamannya sangat kuat kamu menatap matanya dia tiba-tiba menarikmu dan menciummu tepat di bibir. Kamu melepaskan ciumannya lalu menampar Justin kuat-kuat

"Kurang ajar!" Jeritmu

Kamu berlari meninggalkan Justin, kebetulan jaket yang kamu gunakan memiliki tudung, kamu memasang tudung itu dan berlari di tengah hujan sambil menutupi bibirmu.

"Kurang ajar! Dia kurang ajar" kamu menghentikan langkahanmu, dan menangis disana. Tiba-tiba dari belakang ada yang memayungimu. Kamu mengira itu Justin, kamu berbalik dan memukulinya

"Hei,hei!! Apa salahku?" Katanya sambil memegang tangan kirimu
"Zero ? Maaf, kukira orang lain"
"Tidak apa, badanmu basah, aku bawa mobil. Kita pulang ya?"
Kamu mengangguk pelan, sementara itu Justin dalam perjalanan pulang ke rumahnya, tapi di sebuah perempatan dia memilih belok ke kiri dan menuju rumahmu. Entah apa yang ada dipikirkannya

Kamu di ruang tengah, duduk di samping perapian, dan secangkir coklat panas di tanganmu.

"Ka, kenapa hujan-hujanan?" Tanya Brandon dengan polosnya
"Habisnya bis ga lewat-lewat, jadi kaka hujan-hujanan deh"
"Mata kaka ko merah gitu si? Kaya habis menangis"
"Sok tau! Ini karena mengantuk tau" kamu menjulurkan lidahmu
"Ooh.."

Brandon berdiri dan mengambil segelas susu hangat di meja makan lalu meminumnya.

Kamu mendengar deru mesin mobil dari depan rumahmu. Kamu berdiri dan mengintip melalui kaca jendela. Tak ada seorangpun yang keluar dari mobil itu. Kamu terus memperhatikannya.

Tak lama muncul seseorang, kamu membuka pintu depan dan memicingkan matamu untuk mengenali orang itu. Setelah semakin dekat ternyata dia Justin. Kamu bermaksud menutup pintu tapi tertahan oleh tangan Justin

"Tunggu!" Katanya
"Mau apa lagi?"
"Aku minta maaf Nina, aku minta maaf" Justin tertunduk sepertinya dia sangat menyesal
"Lalu?"
"Apanya yang lalu?"
"Selain itu kamu mau apa lagi?"
"Aku cuma ingin minta maaf,"
"Kumaafkan" kamu berusaha menutup tapi kembali dithan oleh tangan Justin.
"Aku mau bicara,"
"Bicara saja, kau punya mulut kan?"
"Tidak jadi, besok saja temui aku di ... "
"Sudah?"
"Iya"
"Selamat malam"

Kamu membanting pintu, kakamu mengangkat sebelah alisnya, kamu menghiraukan kakamu dan langsung masuk ke kamar. Kamu duduk di tepi kasurmu, dan memandang foto Allya dan Justin yang masih ada padamu.

"Kekasih menciumku tadi Allya, apa dia juga melakukan itu padamu? Bodoh! Pasti iya.." Kamu meletakan foto itu di meja kecil lalu menarik selimut dan tidur.



Malam sudah berakhir, hari ini keberangkatan Alice ke LA, Justin mengantarnya ke Bandara. Kamu dan Cody juga datang, sebelum pulang kalian makan-makan di J-Co yang ada disana. Kalian bertiga terlihat sangat bersahabat, sesekali kalian bercanda. Saat pulang, kamu dan Cody bergandengan tangan, itu sudah biasa, saat liburan yang lalu kalian juga saling bergandengan tapi bukan berarti kalian memiliki hubungan.

Justin memperhatikan kalian berdua. Kalian masuk ke mobil yang sama, dan kembali mengobrol, tak lama Justin menerima telepon. Dia terlihat sangat senang begitu menerima telepon itu. Kamu dan Cody berpandangan

"Siapa?" Tanya Cody begitu Justin memutuskan teleponnya
"Tak ada, hanya ada gadis cantik yang mengajakku bertemu malam ini"
"Oi,oi ingat Alice.. Main kencan aja sama cewe lain"
"Kami membicarakan pekerjaan, bukan Kencan"
"Yang benar?" Kamu menatap keluar
"Aku serius"
"Aku tidak yakin" kamu menatap Justin
"Ya sudah kalau tidak percaya" Justin mengangkat bahunya lalu bersandar pada jok tempat dia duduk.

Kamu memainkan permainan sederhana dengan Cody, kalian tertawa dan terlihat sangat akrab. Memang kalian sahabat yang sudah sangat dekat, Kamu sudah menganggap Cody sebagai saudaramu sendiri.

Sore hari sekitar pukul 4 Justin duduk di sebuah kursi kayu, hari itu hari yang cukup dingin karena sudah mulai masuk musim gugur. Berkali-kali dia melirik jam tangannya.

Kamu dalam perjalanan, kamu memakai, kaus putih, rompi coklat tua, dilapisi jaket tebal warna coklat tua, Rok panjang warna krem, dan uggs kamu sengaja menggunakan uggs agar Justin tidak betah berada di dekatmu dan ingin segera pergi.

Kamu sampai di tempat janji, Justin melihatmu menggunakan uggs, jujur dia kecewa tapi dia juga tau kamu sengaja menggunakan uggs agar dia tidak betah denganmu.

Kamu duduk di sampingnya, kamu menatap lurus kedepan

"Ada apa?"
"Kamu sengaja ya?"
"Sengaja apa?"
"Pakai uggs"
"Tidak, hari ini hari yang dingin, apa itu salah?"
"Kita ke toko sepatu"
"Ngapain?"
"Jangan banyak omong" Justin menarikmu naik ke mobilnya, kamu terpaksa menurut, singkat cerita kalian sampai di toko sepatu yang dimaksud, Justin menyuruhmu memilih sepasang sepatu, kamu sengaja menmilih uggs lagi.

"Tolong jangan buat aku marah" ucap Justin jengkel
"Aku suka uggs, aku cinta uggs, kenapa? Itu melanggar hukum?"
"Oke, fine kamu boleh gunakan uggs setiap hari, tapi tolong jangan gunakan itu dihadapanku!"
"Memang kau siapa? Aku bukan siapa-siapamu? Untuk apa aku menuruti perintahmu?"
"Tolonglah hal yang mau kubicarakan itu penting"
"Sepenting apa?"
"Sangat penting, jadi tolong jangan rusak moodku"

Kamu sedikit tertunduk, Justin tiba-tiba memegang tanganmu, kamu mengangkat wajahmu kalian saling pandang, lagi-lagi jantungmu berdebar-debar kencang. Kamu memalingkan wajahmu

"Kita keluar dari sini" pintamu
"Kenapa?"
"Tolong, kita ke sebuah tempat saja dimana kau tak bisa melihat uggsku ok?"
"Oke"

Justin menarikmu keluar dari toko itu. Di mobil dan dalam perjalananpun jantungmu masih berdebar-debar. Kamu memegangi dadamu

"Ada apa?" Justin sesekali melihatmu
"Tidak ada"
"Benar?"
"Iya"

Kamu menatap keluar. Justin menghentikan mobilnya, di sebuah tempat.

"Mau apa kita kemari?" Tanyamu
Justin tidak menjawab dia terdiam sambil memegang stir mobil, dan menatap lurus kedepan.

"Jawab aku?" Katamu
"Bagaimana aku dimatamu?" Justin menoleh ke arahmu
"Eh?"
"Bagaimana aku dimatamu, katakan sejujur-jujurnya"
"Kamu baik, dan ramah"
"Apa yang kamu tak suka dariku?"
"Apa maksudmu?"
"Aku hanya ingin instropkesi diri, apa itu salah?"
"Tidak... Tapi.."
"Aku tau kamu bingun tapi dengarkan aku, aku ingin instropeksi karena aku sebenarnya...."

Susana sedang sunset saat itu, sinar matahari mengenai kalian berdua, langit memerah di luar mobil, kamu melihat keseriusan di kedua bola mata indah milik Justin.

"Sebenarnya apa?" Tanyamu
Justin menghela nafasnya, dan memainkan jarinya sambil mengigit bibir bawahnya
"Apa Justin? Jangan membuatku penasaran"
"Sebenarnya, aku... Lupakan!"
"Hah?"
"Lupakan! Aku belum siap, lain kali saja"
"Apa itu sebuah pernyataan?"
Justin menatapmu lagi, dia terlihat sangat gugup sekarang.
"Bukan, lupakan saja" katanya sambil tersenyum

Kamu mengalihkan pandanganmu, kamu merasakan jantungmu berdebar kencang karena kejadian tadi.

Kamu diantarkan pulang oleh Justin, kamu berpamitan dengannya, beberapa menit setelah Justin pergi kamu melihat kakamu baru saja pulang, dengan Cody. Dia tersenyum ke arahmu, kakamu membisikkan sesuatu yang membuatmu sangat terkejut. Cody buru-buru pamit setelah melihat ekspresi wajahmu. Kamu dan kakamu masuk ke dalam rumah.

"Kaka yang tadi itu serius?"
"Serius.. Percaya pada kaka, itu benar"

No comments:

Post a Comment