Jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi, kamu ikut tertidur karena kelelahan sebab pesta semalam.
Waktu terus berjalan, kamu membuka matamu karena sinar matahari dari jendela mengenai wajahmu. Justin masih tertidur pulas di pangkuanmu, kamu pelan-pelan memindahkan kepalanya. Kamu melihat jam, jam 9 pagi saat itu. Kamu kembali melihat ke arah Justin dan tersenyum melihatnya. Kamu naik ke lantai 2 dan menuju kamarmu, selesai mandi dan mengganti pakaian kamu turun ke lantai 1.kamu berjalan menuju ruang tengah dimana Justin tertidur. Pagi itu kamu menggunakan Kaus putih dengan gambar earphone warna ungu, rok selutut warna abu.
"Lama sekali... Sudahlah, aku buat sarapan saja" kamu meninggalkan Justin di ruang tengah dan mulai memasak,roti panggang adalah menumu untuk makan pagi hari itu. Saat sibuk mengoleskan mentega ke atas roti. Kamu kaget melihat Justin yang sudah ada di sampingmu dan mengunyah pinggiran roti yang agak gosong.
"Selamat pagi tuan" katamu
"Pagi tuan putri" katanya sambil mengambil pinggiran roti lagi
"Justin"
"Ya?"
"Ibumu tau kan? Kau menginap disini?" Justin mengangguk
"Apa dia tidak marah?" Tanyamu lagi, Justin menggeleng "dia hanya meyuruhku pulang nanti siang untuk membicarakan masalah perkawinanku dengan Alice" kamu berhenti mengoleskan mentega "secepat itu?"
"Hanya membicarakan waktunya.. Kenapa sampai sekaget itu?" Justin mengangkat sebelah alisnya
"Tidak ada" kamu memalingkan wajahmu dan kembali mengoleskan mentega. Kamu sarapan dengan Justin, wajahmu muram mengetahui hal yang tadi Justin katakan. Tepat pukul 11 setelah Justin mandi dan mengganti pakaiannya di rumahmu dia berpamitan dan pulang ke rumahnya di Atlanta. Kamu melangkah masuk dan menutup pintu. Ponselmu berdering, kamu bergegas meraihnya, telepon dari Greyson. Kamu mengangkatnya, dia mengajakmu bertemu di cafe milik keluarganya. Kamu mengambil jaket warna abu di kamar, dan kunci mobilmu lalu berjalan menuju garasi, masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju cafe itu.
Saat sampai di sana kamu melihat pemuda berambut coklat menggunakan kaus putih, jaket warna hijau sebagai luaran, jeans panjang,dan sneakers. Dia tersenyum ke arahmu, kamu membalas senyumannya dan berlari kecil mendekatinya. Cafe kelihatan sangat sepi hari itu. Kamu duduk di hadapannya
"Aku terlambat?" Tanyamu, pemuda itu menggelengkan kepalanya "kau tepat pada waktunya" katanya sambil tersenyum.
"Ada apa Gre?"
"Aku mau membuat pengakuan, ka"
"Pengakuan? Tentang apa?" Kamu melipat tanganmu di atas meja
"Sebenarnya aku menyukai kaka lebih dari sekedar sahabat, atau apapun. Aku ingin kaka jadi kekasihku" kamu kaget mendengar Greyson berkata seperti itu, kamu menganggap itu sebagai lelucon, tapi kamu melihat tatapan serius yang jarang Greyson perlihatkan padamu. Dia terlihat seperti sudah sangat dewasa saat itu. Kamu bersandar di sandaran kursimu dan sedikit tertunduk. "Ini serius Nina, jangan buat keputusan yang seenaknya seperti dengan Zero dulu" katamu dalam hati
Kamu melihat Greyson yang menatap keluar, pipinya merah merona, kamu melihat sebuah kegugupan di sinar matanya. Kamu kembali tertunduk, bingung itu yang kamu rasakan. Lagi-lagi ada 2 jawaban dalam hatimu. Sementara itu, Justin duduk di sebuah sofa panjang warna putih susu, dia memainkan iPhonenya. Tak lama Alice menghampirinya. Justin menatapnya dingin
"Maaf Justy" katanya
"Untuk apa?"
"Aku terlalu cemburu saat itu maafkan aku" Alice tertunduk
"Aku tak butuh tangis buayamu lagi Alice, sudah cukup kau menipuku" Justin mengalihkan pandangannya kembali menuju iPhonenya.
"Aku tak sedang berbohong Justy aku serius"
"Serius?" Ucap Justin senyuman mulai mengembang di wajahnya
"Apanya yang lucu?" Ujar Alice dengan nada jengkel
"Kau bilang serius? Lalu apa ini?" Justin memperlihatkan sebuah foto, terlihat Alice berciuman dengan seorang laki-laki di dalam mobilnya
"A...apa? Itu bukan aku" Alice mencoba membantah
"Ini bukan hanya sekedar foto Alicia Northon! Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Kau tak bisa mengelak lagi!" Bentak Justin
"Dengarkan aku tuan Bieber! Itu bukan aku!"
"Bukan kamu? Lalu siapa yang kulihat di malam Kamis siang pukul 12 tengah hari?? Kembaranmu? Oh, Hantu? Atau?? Atau siapa?"
"I don't know! That's not me!"
"Really? I don't think so"
"Aku berani bersumpah Justin!"
"Aku tak butuh sumpahmu, kita, kita selesai! Jangan ganggu aku, oh, aku lupa! Ambil cincin ini" Justin melepaskan cincinnya lalu melemparnya tepat ke wajah Alice dia bangkit dari tempat duduknya lalu masuk ke kamar. Dan menguncinya dari dalam.
Alice menggedor-gedor pintu kamar Justin tapi tak ada jawaban, dia tak bisa melihat wajah Mom Pattie lagi, dia yakin Mom Pattie mendengar percakapan mereka tadi --- ya, dia mendengarnya ---, dia mengambil tasnya lalu pergi dari rumah Justin dengan amarah yang meledak-ledak.
Justin memegangi kepalanya
"Apa tak ada lagi wanita jujur di dunia ini?" Lirihnya
Kamu masih bingung dengan jawabanmu. Kamu menutup matamu, dan menarik nafas panjang.
"Greyson" katamu pelan
"Ya?"
"Maaf, aku tidak bisa, aku menyukai laki-laki lain, kau memang imut, pandai, dan sangat berbakat, kamu juga ramah dan baik. Tapi... Maaf"
"Siapa dia?"
"Eh?"
"Laki-laki yang kaka sukai?"
Kamu terdiam, tidak bisa menjawab
"Apa itu rahasia?" Tanya Greyson lagi
"Aku sendiri bingung apa aku benar-benar menyukainya atau tidak, aku bingung"
"Begitu" Greyson tersenyum tipis lalu menggenggam tanganmu "aku ada hadiah untuk kaka. Aku harap kaka suka" Greyson melepaskan genggamannya, ada sesuatu dalam tanganmu, dia meninggalkanmu di restoran itu sendirian. Kamu bisa menebak apa yang dia rasakan saat itu. Karna kamu juga pernah merasakannya.
"Jangan sakit hati Gre, bukannya kau tak sempurna, tapi aku memang tidak bisa denganmu" kamu membuka lenganmu dan melihat sebuah gelang kecil dengan gantungan piano kecil. Kamu langsung mengejar Greyson keluar. Kamu tak melihatnya dimanapun. Ponselmu bergetar, telepon dari Cody!
kamu mereject telepon itu lalu mengirimi Cody e-mail berisi "jangan sekarang Cody, aku sibuk". Kamu mencari Greyson kemana-mana. Tapi dia tak terlihat dimanapun. Kamu mendengar suara piano dari sebuah gedung tua dekat cafe keluarga Greyson. Kamu membuka pintunya perlahan. Greyson ada disana, tatapan matanya kosong, kamu duduk di sebelahnya
"Maaf Gre, jangan seperti ini.. Bukan adikku kalau cemberut begini" kamu mencoba untuk menghibur Greyson
"Boleh aku nyanyikan lagu untuk kaka?" Tanyanya
"Tentu"
Try to have no regrets
even if it's just tonight
How you gonna walk ahead
if you keep living behind
Stuck in my same position,
you deserve so much more
There's a whole world around us,
just waiting to be explored
Greyson sesekali melihat ke arahmu, kamu mendekatkan diri padanya, dan mencoba membuatnya merasa nyaman dan tak ada kecanggungan seperti biasa.
Instead of just sitting around
and looking down on tomorrow
You gotta let your feet off the ground,
the time is now, just let it go
The world will force you to smile
I'm here to help you notice the rainbow
Cause I know,
What's in you is out there
I'm waiting, waiting, just waiting,
I'm waiting, waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Kamu memperhatikan Greyson yang sedang menyanyikan lagu ciptaannya sendiri. Dia terus melihat ke arah buku Chord. Kamu melihat Greyson yang mulai berkaca-kaca
I'm trying to be patient (I'm trying to be patient)
the first step is the hardest (the hardest)
I know you can make it,
go ahead and take it
I'm Waiting, waiting, just waiting I'm waiting
I'm waiting, waiting, just waiting
I'm waiting, waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Waiting outside the lines
Greyson berhenti memainkan pianonya, dia tertunduk dan menutupi wajahnya menggunakan lengan kirinya dan bersandar di piano. Kamu mengelus punggungnya
"Ayolah Gre.. Jangan begini, ini bukan Greyson yang kukenal" katamu
Greyson tidak menjawab apapun, suasana hening hanya terdengar suara isakan dari tangisan Greyson.
"Ka" katanya tiba-tiba
"Ya?"
"Bolehkan aku menangis sepuasku? Kali inii saja" pintanya, dia masih menyembunyikan wajahnya
"Iya.. Boleh"
Greyson tiba-tiba memelukmu. Kamu tersenyum dan membelai kepalanya lembut.kamu merasakan bahumu mulai basah. Tak lama Greyson melepaskan pelukannya dan menghapus airmatanya dan tersenyum.
"Gelang itu kaka pakai saja, aku juga pakai, sebagai tanda persaudaraan kita"
"Ok" kamu memasang gelang itu, Greyson membantumu memakai gelang itu
"Saat aku melangkah keluar dari tempat ini, jangan ingatkan aku tentang kejadian beberapa menit yang lalu. Aku akan kembali jadi Greyson yang biasanya. Kaka bisa membantuku?" katanya sambil tersenyum, kamu mengangguk. Greyson berjalan di depanmu dia membuka pintu yang terbuat dari kayu itu dan menghela nafas panjang, dia berlari kecil menuju trotoar yang di penuhi banyak orang.
"Kaka! Ayo beli es krim!!" Ajaknya, senyuman lebar terlihat di wajahnya. Kamu membalas senyumannya dan ikut melangkah keluar. Greyson menggandeng tanganmu dan menarikmu menuju suatu tempat.
Cody memainkan PSPnya,
"Alli" ucapnya pada seorang gadis yang duduk di sebelahnya yang sedang membaca majalah
"Apa ka?"
"Apa ya? Lupa kan, eeem..." Cody berhenti memainkan PSPnya dan menatap Alli, mereka berpandangan
"Apa si ka?" Alli mulai risih melihat tingkah kakanya itu
"Lupa.. Apa yaa?" Cody melihat ke atas berusaha mengingat sesuatu yang baru saja dia lupakan beberapa detik yang lalu
"Sudahlah, kalau lupa lain kali saja" Alli menyimpan majalah itu di sebuah meja kaca lalu mencari majalah lain di tumpukkan majalah dekat meja itu
"Ya sudah" Cody meraih PSPnya lagi dan melanjutkan bermain.
Pintu kamar hotel Cody di ketuk seseorang, Alli yang membukakan pintu, dia mempersilahkan orang itu masuk.
"Siapa?" Cody menyingkirkan PSP yang menghalangi pandangannya, "Justin? Tumben kemari, ada apa?"
Mulut Justin terkunci dia duduk di sofa sebrang kasur Cody
"Tidak ada... Bosan saja di rumah" Justin mengambil sebuah buku dan mulai membacanya
"Hmm.. Oh ya! Bagaimana hubunganmu dengan Alice baik-baik saja kan? Kudengar dari Ryan hubungan kalian mulai retak"
"Jangan bicarakan penipu itu lagi"
"Eh? Penipu? Siapa?"
"Alice" Justin meletakan buku itu, dan mengeluarkan iPhone dari saku celananya
"Penipu apanya?"
"Lihat ini" Justin memberikkan iPhonenya pada Cody dia melihat foto itu
"Ini... Alice?" Tanyanya, sepertinya dia tidak yakin
"Ya, itu memang dia"
Cody meletakan iPhone Justin di meja kaca yang membatasi mereka.
"Sudah kuduga dia memang begitu.. Dari awal aku juga tak begitu suka padanya" ujar Cody sambil memasukan PSPnya kedalam tas gendong warna hitam
"Kamu dan Nina benar-benar berpacaran?" Tanya Justin tiba-tiba. Cody menatap Justin lalu tertawa lepas
"Mana mungkin! Kami hanya mengelabui media, agar gosipmu itu mereda... Kami hanya bersahabat, bahkan menurutku kekasih Nina itu Greyson" kata Cody sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Greyson? Greyson Chance?"
"Ya, dia.. Mereka sangat romantis..."
"Benarkah? Kurasa mereka hanya bersahabat, bahkan terlihat seperti kaka adik"
"Oh ya? Memang si, perkataanmu ada benarnya, tapi Who Knows jika sebenarnya mereka sepasang kekasih benar bukan?"
"Iya si"
Kamu dan Greyson keluar dari sebuah minimarket dengan es krim di tangan masing-masing, padahal hari itu iklim sedang tidak mendukung untuk makan es krim alias dingin sekali. Tapi siapa peduli? Toh, tak ada yang menasehati kalian agar tak memakan es krim di awal musim gugur. Di pinggir jalan kalian bercanda terus tak ada henti-hentinya. Tak sengaja kamu menabrak seseorang, kamu berbalik dan meminta maaf
"Chris?"
"Nina?"
Kamu,Greyson,Chris dan Caitlin duduk di sebuah kolam air mancur,
"Lama tak berjumpa" Caitlin membuka pembicaraan
"Ya.. Lama sekali" timpal Greyson "bagaimana kabar kalian berdua"
"Baik, sangat baik.. Kalian sendiri?" Ucap Chris
"Aku baik.. Greyson pun begitu" jawabmu
"Ka Widy dan Brandon?" Tanya Caitlin
"Mereka kembali ke Indonesia tadi pagi.. Dan akan menetap disana" jelasmu
"Lo? Kamu disini sendirian?"
"Tidak, ada Greyson disini, dia sudah seperti adikku" ucapmu sambil mendekap Greyson, pipinya memerah
"Kalian berdua imut.. Cocok satu sama lain" ucap Caitlin sambil tersenyum
"Haha" Greyson hanya tertawa pendek lalu kembali menjilat eskrim vanillanya.
Kalian mengobrol banyak disana, berita putusnya hubungan Justin dan Alice sampai di telingamu melalui Chris dan Caitlin. Kamu tentu tidak menyangka sahabatmu Alice bisa berbuat seperti itu.
"Justin, aku mau check out dari hotel sebentar lagi.. Bagaimana denganmu? Ada rencana?" Cody memecah keheningan dan memudarkan lamunan Justin
"aku mau tanya, kira-kira apa maksudnya Chris memberikan kalung ini" mengeluarkan kalung yang waktu itu kamu lihat, Cody mendekati kalung itu dan memperhatikannya
"Aku pernah lihat kalung ini di suatu tempat tapi lupa dimana" katanya
"Benarkah?"
"Ya... Sayangnya aku lupa dimana. Oh ya, Chris pernah memperlihatkannya tapi ada 2 pasang" jelas Cody
"Oh ya?.. Hmm.. Aku penasaran apa maksudnya"
"Tanyakan saja padanya" usul Cody
"Benar juga, baiklah, sampai jumpa lagi sobat"
Justin menutup pintu mobilnya, dia mengeluarkan iPhonenya untuk meneleponmu
Kamu masih berbincang-bincang dengan Chris dan Caitlin. Tak lama ponselmu berdering, kamu mengeluarkannya dari tas selempang kecil warna hitam yang kamu pakai, dan menatap layarnya. Kamu segera memberi sinyal pada yang lain lalu memberi sedikit jarak untuk mengangkat telepon itu
"Ya, ada apa Justin?"
Justin yang sedang melamun tersentak mendengar suaramu dari balik telepon.
"Eh, em, anu.. Eeem" ucapnya terbata-bata
"Apaa?"
"Bisa bertemu? Aku bosan" katanya lagi
"Bisa! Kebetulan ada Greyson,Chris, dan Caitlin disini. Kita bisa bersenang-senang" jelasmu
"Tidak,tidak, berdua saja"
"Eeemm... Setelah ini aku banya pekerjaan di Sony.. Maaf"
"Oh begitu. Ya sudah lain kali saja" Justin memutuskan teleponnya, lalu menstarter mobilnya dan mengarahkan mobilnya menuju rumahnya.
Kamu kembali bergabung dengan yang lainnya, Greyson melirik jam tangan warna putih yang ia kenakan lalu melirikmu. Kamu mengangguk
"Maaf, Chris, Caitlin kami harus kembali ke kantor Sony, sampai jumpa lagi" katamu sambil bangkit dari tempat dudukmu
"Oh baiklah.. Awas ya.. Kembali ke kantor jangan kencan" goda Caitlin
"Jangan bercanda.." Greyson mengibas-ngibaskan tangannya perlahan sambil tersenyum "mana mungkin aku mengencani kakakku sendiri" katanya sambil mengamit lenganmu, kamu tertawa kecil melihat tingkah manja khas Greyson
"Oke! See you!" Chris ikut bangkit dari tempat duduknya dan pergi bersama Caitlin, tiba-tiba Greyson berteriak "Jangan kencan ya" Chris berbalik lalu menjulurkan lidahnya. Kamu tertawa lepas
"Kamu konyol" katamu sambil di selingi tawa
Justin baru saja sampai di kamarnya, dia segera merebahkan dirinya di atas kasur empuk, lalu membuka sebuah laci di samping kasur itu. Dia menemukan buku bersampul hitam legam yang kertasnya mulai menguning dan sangat kusam.
"3 tahun yang lalu, masih sangat baru.. Sekarang sudah jelek seperti ini.. " Ucapnya sambil membuka sampul buku itu. Di halaman pertama terdapat tulisan yang ditulis menggunakan huruf sambung "Love & Truth"
"Sudah lama aku tak melihat tulisanmu Allya" katanya sambil meraba tulisan itu. Kamu sampai di ruanganmu, dan duduk di depan meja komputer dekat jendela besar yang menghadap ke jalanan. Kamu membuka laci mejamu dan menemukan buku bersampul merah darah, dan mengeluarkannya "Aku rindu tulisan Allya.. Siapa tau aku bisa menemukan inspirasi untuk lagu selanjutnya nanti"
Justin baru saja ingat ada selembar 100 dollar yang tertinggal di mantelnya, dia bangkit dari kasurnya lalu menghampiri gantungan mantel di sudut kamarnya dan merogoh setiap saku. Dia menemukan selembar kertas di saku bagian bawah sebelah kiri, dan kanan. Yang ternyata salah satunya bukan uang yang dia cari.
"Surat?"
Justin duduk di sebuah lemari kecil dan membuka lembaran yang dilipat menjadi bentuk segi empat itu.
Tertulis
"hey, Justin! Selamat ya, atas pertunanganmu dengan Allya. Aku ikut bahagia mendengarnya. Tapi.. Jangan lupakan kenanganmu bersama Allya OK? Itu pasti akan jadi salah satu cerita yang bisa kamu ceritakan pada anak-anakmu... Eem, sebelumnya aku mau membuat pengakuan, dan kau pasti akan menjawab tidak............"
Tulisan selanjutnya tidak terlihat lagi karena tintanya yang sudah memudar. Justin mencari cara agar bisa membaca lanjutannya tapi sia-sia.
"Aku mau tau apa kelanjutannya.. Ayolah!!!" Justin mengotak-atik kertas itu.
Kamu membaca diary Allya itu dari awal, kamu rindu cerita cintanya yang sangat romantis itu. Kamu ikut merasakan hangatnya lilin yang menyinari Justin dan Allya ketika mereka bersembunyi di sebuah gang sempit dari fans Justin, wanginya mawar yang selalu Justin berikan setiap hari, dan lembutnya kata-kata Justin yang Allya ucapkan di tulisannya itu ikut mengenggelamkanmu. Sampai seorang pemuda berambut pirang mengejutkanmu dari belakang.
"Cody! Tidak lucu!!!!" Hardikmu
"Hehe" Cody nyengir dengan tampang tidak bersalah
"Ada apa kemari? Mau memberiku coklat yang meleleh lagi?" Katamu dengan nada ketus
"Jahatnya... Aku susah-susah membelikanmu, malah kau hina coklat itu" ucap Cody dia melihat buku yang sedang kau pegang
"Novel?" Katanya sambil mengangkat sebelah alisnya "bukan" jawabmu singkat
"Nina,aku punya sesuatu untukmu"
"Apa?"
Cody merogoh saku jaketnya, dan mengeluarkan sebuah jepitan rambut yang terbuat dari alumunium (atau apalah itu namanya) dia atasnya terdapat hiasan berbentuk gitar dalam bentuk kecil. Kamu sangat menyukainya
"Untukku?" Tanyamu sambil menerima jepitan itu, Cody mengangguk "gratis?" Tanyamu lagi. "Tentu saja!" Cody mendekapmu tiba-tiba
Kalian tertawa cukup keras.
Justin menyerah, dia meletakan kertas itu di atas meja, lalu menyingkap selimutnya dan pergi tidur padahal masih pukul 4 sore.
Cody harus pergi, dia harus menghadiri sebuah acara penghargaan di Hongkong. Kamu melanjutkan membaca Diary Allya. Muncul kata-kata dalam benakmu. Kamu menggumamkan kata-kata itu dengan suara pelan. Lalu kamu mengambil kertas dan menulis kalimat-kalimat tadi di atas kertas.
"Aaaah! Kurang bagus!" Kamu meremukkan kertas itu lalu membuangnya ke tong sampah. Kamu menatap layar monitor yang hitam karena tidak dinyalakan. Kamu menunduk untuk menekan tombol Power di CPU untuk menyalakan komputer. Tak lama managermu menemuimu yang sedang bermain game dari komputer.
"Nina!" Sapanya
"Ya.. Ada apa pa?" Kamu meklik icon pause lalu memutar kursi menjadi menghadap managermu
"Aku ada projek tapi... Untuk sebuah iklan, mau?" Tawarnya
"Boleh, iklan apa?"
"Apple baru saja merilis iPod seri terbaru. Mereka ingin kamu yang menjadi iconnya" jelasnya
"Waaah! Kebetulan! Aku selalu ingin iPod seri baru itu" katamu antusias
"Tapi pembuatannya di Sweeden (Swedia), siapa yang akan menemanimu disana?" Managermu menampakkan wajah kekhawatiran. Kamu meletakan pulpen di meja. Terdapat foto Justin denganmu disana. Dengan mudahnya kamu menunjuk Justin untuk menemanimu di Sweeden.
Semua setuju, singkat cerita ini kamu sampai di Sweeden dengan Justin. Lagi-lagi kalian dibiarkan berdua disana. Justin mengemudikan sebuah mobil Alpardh warna putih. saat itu sedang hujan yang cukup deras. Kamu memandang keluar dan menikmati pemandangan rumah-rumah yang beratap merah di luar sana.
"Nina." Panggil Justin tiba-tiba
"Ya?"
"Dimana letak villa yang kau sebutkan tadi" tanyanya
"Dii.... Ah! Itu dia! Disana! Rumah warna putih itu!" Katamu sambil menunjuk sebuah rumah berwarna putih yang pigarai oleh semak-semak yang dibentuk seperti tembok. Dan pagar besi warna hitam. Justin menghentikan mobilnya tepat di depan rumah itu. Di belakang rumah itu terdapat sebuah bukit yang cukup tinggi sehingga tak memiliki halaman belakang. Itu adalah Villa milik om dari keluarga ibumu. Di ruang tamu terdapat 4 buah sofa berwarna kuning muda, dan meja yang terbuat dari kayu dengan warna yang gelap. Sebuah jendela besar menjadi sumber penerangan di ruangan itu. Terdapat lukisan om mu yang sepertinya mengambil setting di jalanan tadi. Kamu dan Justin meletakkan koper di ruang tengah di ruangan itu terdapat lampu ganting yang terbuat dari besi warna hitam. Lantai bermotif kayu di selimuti karpet warna abu. Dan sebuah sofa panjang warna hitam terletak 2 meter dari depan sebuah TV yang di sampingnya terdapat sebuah lukisan pemandangan Sweeden lagi.
"Mewah sekali" puji Justin sambil memperhatikan lukisan yang letaknya di sebelah kiri TV itu. "Om memang selalu seperti itu. Dia selalu bisa membuat sesuatu yang bisa menjadi LUAR BIASA" katamu bangga, Justin menoleh ke arahmu dan tersenyum manis, kamu memerah malu. Terdapat 2 buah pintu di sebuah lorong. Kamu memilih pintu yang terletak tepat di depan dapur, sedangkan Justin yang disebelahnya.
Jam 7 malam, kamu dan Justin sudah tiba di kantor Apple untuk rapat pembuatan iklan nanti. Mereka memutuskan untuk memasangkanmu dan Justin nanti. Dan kalian berdua harus membuat theme song masing-masing. "Temanya harus tentang kekaguman kalian pada Sweeden, karena kamu akan mengangkat tema tentang kota kecil di Swedia ini" kata seorang wanita paruh baya yang menggunakan blezeer warna coklat muda. Dia terlihat masih sangat muda sangat berbeda dari usia yang sebenarnya.
Kamu dan Justin duduk-duduk di cofee shop dekat kantor Apple. Kalian saling terdiam. Tapi berbeda dengan jantung kalian yang berdetak kencang seperti sedang berkomunikasi satu sama lain. Kamu menyeruput capuchino mu sambil memandang Justin yang memainkan sendok di cangkir moccachinonya. Pipimu merah merona. Itu yang membuat Justin semakin menyukaimu.
Sudah sampai di villa sekalipun kalian masih saling diam. Mulut kalian seperti membeku malam itu. Cuaca di Sweeden memang sedang sangat buruk dan dinginnya musim gugur di sana sama seperti kamu berdiam di dalam kulkas selama 3 hari 3 malam. Malam berlalu, matahari bersinar cerah di luar, kalian sarapan dengan menyantap pancake yang disiram sirup mapel yang kamu hangatkan. Kalian sarapan di ruang makan jendelanya menghadap ke pemandangan sebuah kota di bawah sana. Terlihat beberapa bangunan tua beratap merah
"Kelihatannya atap merah, dan bangunan tua adalah ciri khas Sweeden" ujar Justin sambil menatapmu lembut
"Ya.. Kelihatannya begitu" kamu memotong pancakemu lalu memasukan potongan sebesar setengah kelingking manusia itu kedalam mulutmu. "Kalau pemandangannya seindah ini.. Aku akan sulit menulis sebuah lagu" ucap Justin
"Eh? Kenapa terbalik?" Kamu mengangkat sebelah alismu karena heran
"Iya.. Yang ada aku malah menikmati pemandangan ini bukannya menulis lagu" jelasnya di selingi senyuman khas Jusrin Bieber yang biasa kamu lihat di layar kaca. Kamu membalas senyuamannya. Pipi Justin memerah, dia kembali menyantap pancake miliknya.
Kamu dan Justin berbeda tujuann jadi kalian berpisah di sebuah persimpangan. Kamu menggunakan mantel panjang warna hitam, sweater bertudung warna merah,legging warna hitam,dan sepatu boots yang terbuat dari kulit berwarna coklat muda yang mencolok. Rambut sebahumu kamu biarkan terurai, angin dingin menghembus dan menyisir rambutmu lembut kamu duduk di sebuah kursi yang menghadap ke arah laut. Itu pemandangan faforitmu.
Sementara itu seorang pemuda yang menggunakan mantel hitam, syal abu kotak-kotak, celana jins panjang dan sepatu Radii warna putih berjalan cepat melintasi kerumunan orang, wajahnya tertuduk, sebuak kupluk warna hitam menutupi rambut coklatnya. dia tak sengaja melihatmu yang sedang duduk di kursi tadi, dia menghentikan langkahnya dan tertegun menatapmu. Bola mata emasnya memperhatikanmu dengan seksama, perlahan dia mendekatimu yang sedang menulis disana.
"Nana naa.. Nana naaa.. Nana naa.. Naa..naa" gumammu pelan sambil menuliskan beberapa kaliamat di atas buku catatan yang kamu bawa.
Kamu menoleh ke arah orang yang duduk sebelahmu kamu mengidolakan tatapan matanya dan senyuman yang mengembang di wajahnya. Dia Justin, kamu ikut tersenyum
"Waah, kelihatannya aku kalah" ucap Justin sambil mengintip apa yang kamu tulis di buku catatan itu
"Eh? Kalah?"
"Iya.. Kalah start" candanya, kamu menyenggol sikutnya sambil tersenyum manis. Senyuman Justin semakin mengembang.
Hari ini tidak ada rapat sama sekali, kamu sibuk mengotak-atik gitarmu di kamar, untuk mencari nada yang tepat. Sementara itu Justin juga memangku gitarnya di kamar, dengan selembar kertas di depannya
Out the darkside and you could see
Another sun, another mountain
On the red roofs contiuning the street
Can I make a some smil for you?
This is Our Heaven, Our Story and Our World
Keep move on for me, and this story
Don't try to broke up
I can't stop that
I can't read your mind
So, let me drowning your soul Girl
Itu lagu buatan Justin (Author : ngaku-ngaku kau! Itu buatanku :p). Esoknya, kalian berdua datang ke kantor Apple dengan membawa guitar case masing-masing
"Sampai jumpa" kalian saling melambaikan tangan dan berpisah di sebuah perdimpangan, kamu masuk ke dalam sebuah studio rekaman begitu juga dengan Justin. Kamu (begitu juga dengan Justin) menjelaskan maksud lagu ini. Lagu milik Justin berjudul Our Heaven, sedangkan buatanmu berjudul Your Heaven. Instrumental sudah kalian buat masing-masing. Hanya tinggal mengisi vokal saja.
Singkat cerita, lusa adalah hari rilisnya single kalian itu dan penayangan perdana iklan iPod itu. Justin tidak tegang sama sekali dia memandang kertas yang isinya belum selesai dia baca karena tintanya pudar. Berbanding terbalik denganmu, kamu tegang menghadapi hari itu yang semakin lama semakin mendekat.
Singkat cerita ini pemutaran perdana iklan itu. Entah kenapa kamu ingin menggunakan sebuah dress selutut warna ungu muda tanpa lengan, lalu jaket warna putih sebagai luaran, rambutmu sudah melebihi sebahu, kalung setengah not itu kamu kenakan, gelang pemberian Greyson selalu kamu kenakan. Sebagai pembuka Greyson menyanyikan single perdananya "Waiting Outside the Lines" di lanjutkan dengan beberapa penyanyi lainnya kecuali Cody, dia tidak bisa hadir karena harus menghadiri acara lain di California.
Jam 10 malam acara selesai, Justin mengajakmu ke sebuah balkon di bangunan megah itu yang terletak di lantai dua. Pemdandangan kota Atlanta terlihat sangat jelas dari atas sana. Jutaan lampu berkelap-kelip seperti bintang, dan lampu-lampu mobil yang melaju terlihat seperti bintang jatuh. Kamu dan Justin bersandar di pagar pembatas dan menikmati pemandangan itu. Angin bertiup lumayang kencang. Kalian menikmati pemandangan dari atas sana. Lagumu mulai di putar di teater, sebenarnya berasal dari video klipmu yang mulai diputar.
Long time ago
I saw in a picture
in a town continuing with red roofs
la la la la
I felt that i’m meeting you
Justin teringat perkataan Chris seminggu yang lalu
"Aku memberikan kalung itu padamu dan Nina, karena saat aku memberikannya pada Nina, aku tau dia menyukaimu Justin. Aku harap kalian bisa bersatu seperti kamu dan Allya dulu"
It is maybe
rather than a coincidence
it is a scarier faith
the laughing
sky’s color, what happened to it?
even if it’s the first time
it’s strange
I’m missing it
Your Voice
i’ve been listening
Kamu ingat perkataan Greyson sebelum acara dimulai tadi
"Kaka, aku sebenarnya masih penasaran dengan orang yang kaka sukai tapi.. Pasti orang itu sangat penting bagi kaka, kaka harus meraih apa yang kaka inginkan!"
if you pass through the hard night
one time you will know
yah, singing
that is why I
was believing
la la la la
la la la …
"Nina?" Ucap Justin tiba-tiba.
"Ya?" Jawabmu
"Aku mau tanya tentang surat ini" ucap Justin sambil mengeluarkan selembar kertas dari saku jasnya
"Eh? Itu kan suratku? Kau membacanya?" Katamu dengan wajah memerah malu
"Sudah tapi.. Aku tak tau apa lanjutannya, tintanya sudah memudar"
Each of one is true
even the sight in front of me
i won’t forget
I admired
beyond the smile
why?
you feel crying
I was always waiting
Kamu terdiam memandang wajah Justin yang penasaran
"Jangan gunakan surat itu lagi.." Katamu sambil mengambil surat itu dari tangan Justin, lalu membuangnya ke bawah
"Hei!"
the miracle i got from a far place
in a town continuing with red roofs
near the sea
overflowed with children’s dreams
It was shining
"Kenapa kau membuangnya?" Justin menatapmu penuh amarah, lalu berlari meninggalkanmu. Kamu menahannya
"Jangan kau pungut, kau tak membutuhkan surat itu lagi Justin" katamu
"Kenapa?"
"Itu Surat... Surat.... Surat cinta yang kubuat untukmu" kamu menunduk malu. Justin memegang kedua pipimu yang memerah dan mengarahkan wajahmu ke wajahnya
My voice, turn into a wind
i don’t need words anymore
la la la la
You start to hear it
by remembering your song
"Surat cinta?" Tanya Justin, kamu mengangguk
"Untukku?" Tanyanya dengan suara memanja, kamu mengangguk lagi, matamu mulai berkaca-kaca. Justin tersenyum manis
"Kau mau bilang 'aku mencintaimu di surat itu?" Tanya Justin lagi
I can pass through a lonely night
same as now
i won’t forget
i’m happy, if you came
Kamu terdiam, lalu melepaskan tangan Justin, dan mengangguk pelan
la la la la
la la la…
"Benarkah?" Mata Justin tebelalak
"Iya! Aku menyukaimu! Aku mencintaimu" katamu sambil tersenyum
"Jangan bercanda" Justin juga tersenyum tapi ada raut keraguan di wajahnya
"Aku mengaku Justin! Kau berhasil! Kau berhasil membuatku menyukaimu.. Selamat!" Senyumanmu semakin melebar lalu bertepuk tangan untuk Justin
Um
good bye
thank you for power of love
Justin mendekatimu, dia mengenggam tanganmu lembut lalu menatap mata indahmu sambil tersenyum
"Katakan lagi..katakan lagi Nina" katanya
"I Love You"
"Love You Too"
Justin mendekatkan wajahnya, kalian berciuman di balkon itu, suasananya pun mendukung xD
YOUR HEAVEN
12 tahun berlalu, kamu bukan lagi Nina Annisa, sekarang kamu menyandang nama Mrs. Bieber. Kalian mampir ke villa Justin yang pernah kalian kunjungi musim panas 9 tahun yang lalu. Kamu membukakan pintu belakang, turunlah anak-anak berumur sekitar 6-8 tahun. Mereka terlihat sangat bahagia.
"Oh ya? Rumah pohon yang ayah ceritakan ada dimana?" Tanya seorang gadis mungil berambut coklat muda
"Sudah roboh sayang, maaf ya" Justin berlutut di hadapannya dan mengacak-acak rambutnya.
"Mana Allya?" Tanya Justin ke 2 anaknya yang lain
"Dia di sana pa!" Tunjuk John. Kamu menoleh ke arah yang di tunjukkan John, terlihat anak berumur 9 tahun berambut pendek memakai topi baseball dan jaket jeans singkat kata sangat tomboy. Menatapmu dan berlari ke arahmu lalu memelukmu erat
"Thanks Mommy, sudah membawaku ke tempat yang sebegini indahnya" katanya sambil tersenyum
kamu dan Justin memutuskan untuk tinggal disana. Kalian mengunjungi sebuah, pantai Justin memasang sebuah kamera
"Oke, siap semua???" Katanya
"Siaaaap!" Ucapmu bersamaan dengan 4 anak di sampingmu
"3..." Justin mulai berlari mendekati kalian semua "2...1"
"Cheese!!!"
Di foto itu terlihat Justin mencium pipimu, kamu tersenyum tangan kananmu mengukir bentuk v, di sebelah kirimu ada anak paling tua bernama George yang memasang wajah cool wajahnya persis seperti Justin. Di kirinya anak paling bungsu bernama Alicia rambutnya berwarna coklat muda seperti Justin dia membentuk lambang peace dengan kedua tangannya, alis dan bibirnya menurun padamu, sedangkan hidung dan matanya dari Justin, di sebelah kiri Alicia ada Allya, wajahnya mirip sekali denganmu dia melipat tangannya di depan dada lalu mengangkat sebelah alisnya, yang berbeda rambutnya ikal sendiri. Lalu anak tertua kedua setelah George anak laki-laki bernama Jason, dia mirip dengan Justin yang berbeda warna rambutnya yang hitam. Dia terlihat sedang meloncat,
Itu dia keluarga kecilmu kalian hidup bahagia di Bahama Selamanya
【 T H E E N D 】
No comments:
Post a Comment