1st Part!!!!
Let's Begin!
Siang itu, kamu dan kaka sepupumu berada di lantai atas rumahmu. Kaka sepupumu yang biasa disapa Rio itu sibuk Internetan mencari bahan skripsi, sedangkan kamu membaca sebuah majalah remaja dengan judul 'High End Teen'. Disana terdapat artikel yang memuat tentang artis-artis berbakat taun itu.
"Coba lihat mereka ka, mereka bisa berkeliling dunia dengan mudahnya.. Padahal hanya dengan modal sebuah album saja" katamu,matamu fokus menuju lembaran halaman yang penuh dengan foto-foto artis luar negri itu.
"Jelas, mereka berprestasi.. Albumnya juga laku keras di beberapa negara itu yang membuat mereka bisa berkeliling dunia.. Oh ya, Ada Taylor Swift tidak?" Rio mengalihkan pandangannya dari layar komputer dan ikut memperhatikan majalah itu denganmu.
"Kaka suka? Pada si Taylor itu?" Tanyamu
"Jelas, dia cantik dan sangat berbakat" jelas kakamu singkat, dia membalikkan majalahnya lalu membuka halaman selanjutnya, di halaman itu terlihat seorang wanita cantik bermata biru dan rambut blonde yang tergerai panjang, terlihat dia sedang memegang sebuah gitar "nih! Cantik kan?" Rio menunjuk foto itu. Di bawah foto itu tertulis nama 'Taylor Swift' kamu mengangguk-ngangguk pelan. Dan kembali membalikkan majalah itu ke arahmu. Sementara Rio kembali browsing Google mencari bahan skripsi.
"Dia memang cantik, sangat cantik" kamu bergumam sambil memperhatikan foto itu. Dibawahnya terdapat foto seorang wanita dia tampak lebih muda dari Taylor rambutnya keriting berwarna hitam. Wajahnya sangat manis, kamu membaca namanya 'Selena Gomez'.
"Cantiknyaa" serumu
Rio hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ka! Kaka tau Selena? Dia ka! Dia!" Serumu lagi sambil menunjuk foto Selena
"Ya.. Aku tau, kenapa? Ngefans?"
"Iya ka! Cantik!! Coba kaka jadi pacarnya" candamu
"Iih.. Bukan tipe kaka, lagipula sepertinya dia sudah punya kekasih"
"Siapa?"
"Baca aja disitu.. Ada ga?"
"Ga ada..."
"Rachel (baca: Racel bukan Rahel) !!!!" Panggil mamamu dari lantai bawah
"Apa maa?" Jawabmu
"Kesini sebentar nak"
Kamu bergegas turun ke bawah, dan menemui mamamu di dapur.
"Ada apa ma?" Ucapmu sambil melangkah masuk
"Tolong buka kan, pintu sayang.. Rasanya sejak tadi mama mendengar ada yang mengetuk pintu"
Kamu memasang telingamu, tak terdengar apapun selain suara minyak panas dari wajan. Kamu buru-buru menuju pintu depan. Ternyata benar di depannya ada seseorang memakai seragam berwarna oranye semua. Di halaman rumahmu terdapat sebuah motor bebek yang di bagian jok belakangnya terdapat tas besar dengan tulisan "Pos Indonesia". Bapak itu tersenyum lalu menyerahkan sebuah amplop yang diujung amplopnya terdapat perangko bergambar daun maple warna oranye.
"Pasti dari ayah, makasih pa pos!" Ucapmu sambil tersenyum. Pa pos itu mengacungkan topi oranyenya lalu berkata, "itu sudah jadi tugasku" lalu melangkah pergi. Kamupun melangkah masuk dan terus memperhatikan amplop yang ada ditangan kananmu itu.
"Maa!" Kamu memanggil mamamu dan berjalan menuju dapur lagi
"Apa nak?" Mamamu baru saja muncul dari dalam dapur ada serbet berwarna putih di tangannya
"Surat dari ayah" katamu sambil menunjukan surat tadi. Raut wajah mamamu berubah dia terlihat sangat senang, dia menyambut surat itu dari tanganmu lalu duduk di kursi meja makan. Kamu duduk di sebelahnya, dia membuka perekat di amplop itu perlahan lalu mengeluarkan sebuah kertas yang dilipat membentuk persegi panjang dan membuka lipatannya. Di dalam surat itu ayahmu menuliskan bagaimana kabarnya, dan sedang ada dimana dia sekarang.
Tapi, itu 3 tahun yang lalu, sejak hari itu kamu memiliki ambisi untuk mengelilingi dunia seorang diri.
"Aku mau berkeliling dunia! Aku yakin, aku bisa mengelilingi dunia, dan melihat berbagai panorama indah di setiap bukit,gunung, dan atap gedung pencakar langit!" Ucapmu mantap
"Jika kamu mau berkeliling dunia, kau harus mengetahui apa yang kamu incar.. Jangan hanya mengandalkan melihat panorama alam" ucap seorang lelaki yang sibuk membaca buku di depan meja belajarnya
"Siapa bilang? Aku bukan hanya ingin melihat panorama indah, tapi juga ingin mencari pendamping hidup" katamu lagi
"Haaah?" Rio semakin tidak yakin dengan keinginanmu. Dia merasa kamu hanya main-main. Tapi tidak dengan ibumu, dia selalu mendukungmu untuk impian gilamu itu. Dia menawarkanmu bekerja di perusahaan VOA seperti ayahmu dan menjadi seorang reporter tapi kamu menolak. Kamu lebih suka menjadi seorang Back Packer. Seseorang yang suka berjalan-jalan ke luar negri dengan tidak menrogoh kocek dalam-dalam. Dan biasanya Back Packer menuliskan pengalamannya dalam sebuah Notes lalu dijadikan buku dan mendapatkan predikat Best Seller.
Hari yang sama,sekarang kamu berusia 15 tahun, back Packer termuda sepanjang sejarah. Kamu gadis berambut warna coklat kopi panjang sebahu, bernama Rachel Amanda. Anak tunggal, yang memiliki sepupu bernama Rio yang sekarang melanjutkan kuliah S1 nya di Adelaide University, Adelaide Australia. Kamu sendiri sedang berada di sebuah cofee shop bernama Starbucks di kawasan Shibuya, Tokyo, Jepang. Kamu mendengarkan lagu-lagu Jepang dan membaca komik online. Di samping kirimu terdapat sebuah buku berukuran 90 x 45 cm. Dengan sampul seorang pemuda yang saat ini digilai jutaan gadis di seluruh dunia, Justin Bieber. Kamu memiliki buku Otobiografinya yang berjudul "First Step To Forever : My Story". Kamu menjadikan buku itu sebagai bacaan saat kamu bosan menunggu bis atau saat sedang rehat dari mengetik Notes di Notebook warna biru mudamu di cofeeshop, hotel, atau perpustakaan, bahkan toko buku.
Kamu berhenti membaca komik tadi dan melirik tas warna putih yang kamu letakan di samping kananmu.
"Apa persediaan uangku masih banyak ya?" Katamu. Kamu merogoh tasmu lalu mengeluarkan sebuah dompet kecil yang terbuat dari kulit. "Lumayan lah, untuk 3 hari kedepan di Jepang" kamu meregangkan badanmu. Tak lama ada yang mendatangimu. Dia seorang gadis sebaya denganmu rambutnya lurus panjang sebahu, dia tersenyum ke arahmu, walaupun kamu tak mengenalnya kamu membalas senyumannya.
"Maaf, boleh aku membeli buku itu?" Katanya sambil menunjuk buku Justin yang tergeletak begitu saja, kamu melirik buku itu sebentar lalu berkata "maaf, itu tak dijual"
"Tapi, darimana kau mendapatkan buku itu? Bukankah belum dijual di Jepang?" Tanyanya
"Aku membelinya di Paris 3 bulan yang lalu" jawabmu singkat
"Wah,wah, seharusnya aku ke paris minggu lalu" gerutunya "ada apa?" Tanyamu
"Eh, tidak ada..oh ya, kenalkan namaku Tsuji (baca : suji)" dia menjulurkan tangannya, kamu menyambut tangannya " Rachel" kamu berjabat tangan dengannya, lalu meraih selembar kertas kosong dan menulis nama lengkapmu di kertas itu. Orang Jepang memang seperti itu, mereka selalu membutuhkan kartu nama atau paling tidak selembar kertas bertuliskan namamu, itu berguna untuk mereka melafalkan namamu karena orang-orang Jepang sering kesulitan menyebutkan nama asing seperti Rachel, Christian, Christopher dll. Tsuji menerima kertas itu lalu tersenyum dan memasukannya ke dalam tas. Kamu mempersilahkannya duduk di sebuah sofa di depanmu yang kebetulan kosong.
"Kau berlibur disini?" Tanya Tsuji membuka percakapan
"Tidak, tapi bisa juga si dibilang liburan.." Jawabmu sambil mematikan notebookmu
"Lo? Kenapa?" Tsuji melipat kedua tangannya di depan meja
"Aku seorang Back Packer" jawabmu singkat
"Back Packer?? Sama denganku! Kamu menggunakan Rute siapa?" Tanyanya
"Aku tak pernah mengikuti rute siapapun, aku membuat rute perjalananku sendiri" katamu sambil tersenyum "kamu sendiri?"
"Aku? Aku mengikuti idolaku.. Dia sedang tur dunia bukan? Jadi aku mengikutinya sekaligus memenuhi ambisiku mengelilingi dunia" jelas Tsuji sesekali dia melirik wajah Justin yang ada di cover buku milikmu
"Justin Bieber kan?" Kamu mencoba untuk menebak
"Haha ya, dia.."
"Sudah kuduga,"
Kalian mengobrol dan bertukar pengalaman disaat itu, dan langsung menjadi sahabat dekat. Kebetulan tempat selanjutnya yang akan kalian kunjungi sama,Fukuoka. Kalian segera bergegas pergi dari Cofee shop dan menuju Station Tokyo untuk berangkat ke Fukuoka menggunakan Kereta.
"Kudengar Justin akan mengadakan Showcase disana? Kau datang?" Tanyamu sambil mempererat pelukanmu ke buku Justin
"Tidak, aku mana sempat mengikuti kuisnya.. Lagipula, hanya showcase... Aku baru akan datang jika Big Concert" ucap Tsuji
"Big Concert? Dasar kau ini"
"Hehehe.. Tak puas aku hanya melihat perform acoustic tak ada dansa sedikitpun"
"Iya juga ya" komentarmu.
Kereta mulai muncul dari ujung terowongan dan mulai melambat sampai akhirnya sebuah pintu berhenti tepat di depanmu dan Tsuji, saat melangkah masuk kamu berpapasan dengan seseorang yang memakai kupluk warna abu-abu. Kamu memperhatikan oerang itu dari jendela di dalam kereta, tak lama muncul seorang gadis yang tampaknya lebih muda dari dia. Mereka tertawa dan bercanda sebentar lalu pergi menghilang di tengah keramaian.
"Ada Rachel?" Tanya Tsuji yang baru saja akan duduk di depanmu
"Betsuni (dalam bahasa Jepang artinya tak ada apa-apa)" ucapmu
"Mmm.. Aku punya ide"
"Apa?"
"Bagaimana kalau selama di Fukuoka kamu menginap di rumah omku.. Lagipula di sana tak ada hotel yang berharga pas dengan kantong kita" usul Tsuji
"Eh? A..apa tidak merepotkan?? Tidak usah, lebih baik aku menelepon ayahku saja minta dikirimkan voucher"
"Itu akan menghabiskan waktu yang lama, ayolah! Kebetulan rumah Om ku tak jauh dari sebuah pemandian air panas di Fukuoka juga keramaian kota"
"Baiklah" ucapmu dengan nada agak sedikit terpaksa kamu kembali menatap keluar, memandang pemandangan yang berganti-ganti dengan begitu cepatnya.
Singkat cerita, sudah 2 menit berlalu kalian sampai di Okinawa, bel tanda stasiun sudah dekat dibunyikan berkali-kali. Kamu dan Tsuji segera bersiap untuk turun. Kalian menyewa taksi untuk mengantarkan kalian kerumah om Tsuji yang letaknya lumayan jauh dari stasiun.
Diperjalanan, taksi yang kamu tumpangi melewati sebuah gedung dimana ada ratusan gadis yang meneriakan nama yang sama.
"Lo? Bukankah Showcasenya besok? Kenapa sudah seramai ini?" Ujar Tsuji bingung
"Ada apa ya pa?" Tanyamu pada sang supir taksi
"Tadi saya mengantarkan seorang gadis darisini juga, dia bilang kalau Mr. Bieber sudah ada di dalam gedung itu untuk Check sound" jelas sang supir. Kamu dan Tsuji hanya mengangguk-ngangguk tanda mengerti.
Singkat cerita, kamu sampai di rumah Om Tsuji, dia seorang lelaki yang seumuran dengan ayahmu hampir mirip dengan Tsuji. Kamu diberikan kamar di lantai bawah dekat halaman belakang. Kamu segera menuju kamarmu untuk menaruh tas punggungmu yang semakin terasa berat dan mencas Notebook yang habis Batrainya.
"Ini baru jepang!" Ucapmu saat memasuki sebuah ruangan yang semuanya berbahan kayu, dan terletak sebuah kasur dengan letak yang cukup rendah hampir menyentuh lantai kasurnya. Di atas kasur itu terdapat sebuah jendela gesre dan gantungan Teru-Teru Bozu di depannya -Teru-Teru Bozu adalah boneka sederhana yang terbuat dari kain, biasanya dipasang ketika mengharapkan turunnya hujan-. Kamu meletakan tas punggungmu di atas kasur, lalu mengeluarkan ponselmu dan mengirimi mamamu e-mail.
"Mama, pasti kesepian di rumah, semoga hari ini Tante Fajar datang dan mengajak mama menginap di rumahnya" harapmu.
Sore harinya, kamu memakai pakaian yang lumayan bagus, yaitu sebuah kaus tipis warna putih polos, Hoodie warna ungu muda, lalu jeans panjang. Kamu mengikat rambutmu menuju ruang tamu dan bertemu dengan Pa Tsuji -Om nya Tsuji-.
"Selamat sore" sapamu
"Sore, mau kemana kamu? Tak bersama Tsuji"
"Tidak Tsuji-san, aku mau ke toko kaset sebentar"
"Ooh, kalau mau ke toko kaset lurus saja dari sini lalu belok kiri, disana, menjual kast-kaset dengan harga murah"
"Domou Arigato~" kamu membungkukan badanmu, lalu melangkah pergi keluar rumah sederhana itu.
Diperjalanan kamu melihat banyak gadis berlalu-lalang dengan memegang sebuah poster dengan tanda tangan di atasnya.
"Ada apa ya? Apa ada artis kemari?" Tanyamu dalam hati. Akhirnya kamu sampai di toko kaset yang dimaksud om Tsuji. Saat masuk kamu disambut sebuah lagu bernada RnB, kamu mendekati sebuah rak kaset yang sangat mencolok.
Tertulis 'YUI - It's My Life / Your Heaven'
"Ini dia yang kucari!" Serumu dalam hati, kamu mengambil sebuah kaset yang disampulnya terdapat sebuah stiker mengkilap bertuliskan 'CD + DVD'
"Hhmmm, benar harganya jauh lebih murah dibanding toko kaset di Shibuya.. Hmm, rasanya aku semakin betah di Okinawa. Tapi lusa aku harus ke Akibahara menemui ayah" katamu
Di ujung toko itu kamu mendengar sebuah keributan kecil, kamu melihat ke arah keributan itu. Dan pelan-pelan mendekatinya
"Thanks Cody!! You so Kind!!" Ucap seorang gadis sebenarnya grammarnya kacau tapi cukup masuk akal untuk diterjemahkan
"Yah, Your welcome" terdengar suara pemuda dari balik kerumunan itu, kamu memegang kaset YUI tadi sambil menjingkit untuk melihat wajahnya yang tak terlihat.
Tak lama gadis-gadis itu melangkah pergi meninggalkan pemuda tadi, kamu masih terdiam disana begitu juga dengan pemuda tadi. Kalian saling diam, tak ada yang memberikan sebuah respon.
"He..Hey" ucapmu
"Hey, mm.. Teman mereka?" Tanya pemuda itu
"Bukan, aku kesini mau membeli kaset ini" katamu sambil mengacungkan kaset YUI tadi.
"Oh, siapa namamu?" Tanyanya lagi
"Rachel, Rachel Amanda" jawabmu
"Cody, Cody Simpson" katanya sambil mengulurkan sebelah tangannya kalian berjabat tangan disana.
"Aku ke kasir ya" ucapmu sambil melangkah pergi
"Tunggu, kita sama-sama ke kasir"
"Oke"
Kamu membeli kaset tadi, sedangkan Cody membeli sebuah kaset yang diatasnya tertulis 'Paramore -Riot' saat kasetmu selesai dibungkus dan sekarang giliran kaset Cody yang dibungkus kamu bertanya
"Fans Paramore?"
"Bukan.. Aku membelikan ini untuk adikku" katanya
"Ooh.. Bukankah itu album lama?"
"Iya, tapi dalam koleksi adikku hanya kaset ini yang belum dia miliki" jelas Cody
"Begitu.. Kaka yang baik" katamu sambil tersenyum
Hari berlalu biasa saja, kamu sering berbincang dengan Cody via twitter atau via e-mail. Dan kalianpun resmi menjadi sahabat saat itu.
Tiba saatnya kamu berpamitan karena harus berangkat ke Akibahara untuk menemui ayahmu.
Di dalam kereta tak ditemukan lagi bagku kosong, selain sebuah bangku yang didepannya diduduki seorang pemuda yang sedang membaca buku.
"Maaf tuan, apa tempat ini kosong?" Tanyamu menggunakan bahasa Jepang
"Pardon?"
"Tempat ini kosong?" Tanyamu lagi menggunakan bahasa inggris
"Oh iya itu kosong"
"Boleh aku duduk disini?"
"Tentu"
"Thanks"
Kamu duduk di depannya, pemuda itu menutup bukunya, sementara kamu sibuk berkirim e-mail dengan Cody.
"boleh aku tau siapa namamu?" Ucap pemuda itu tiba-tiba
"Eh? Eem.. Tentu. Namaku Rachel, Rachel Amanda" jawabmu
"Aku Michael, senang bertemu denganmu.. Kelihatannya kamu seorang Back Packer?"
"Ya, aku memang Back Packer" jawabmu sambil tersenyum
"Ooh.. Sama denganku, berapa usiamu, rasanya kau Back Packer termuda yang pernah kutemui"
"Usiaku 15 tahun"
"Ternyata benar, kau Back Packer termuda yang pernah kutemui.. Wah,wah, sejak kapan kau memulai perjalanan ini?"
"Eeem, 2 tahun yang lalu"
"Masih baru yaa.. Kemana spot selanjutnya?"
"Aku? Ke Akibahara"
"Waah... Berbeda denganku, aku Shibuya"
Bel tanda stasiun bagi yang akan ke Shibuya di deringkan berkali-kali. Michael segera bersiap. Keretapun berhenti, dia berpamtian padamu dan melangkah pergi.
Di stasiun terjadi keributan, kamu segera melihat ke luar, terlihat seorang pria berbadan besar yang memanggil-manggil nama seseorang, kamu tak bisa mendengar siapa yang dipanggilnya, yang membuatmu semakin bingung adalah banyak gadis yang berkerumun dan ada yang menangis.
"Ada apa si?"
Kereta mulai berjalan, kamu memperhatikan keramaian itu, tak lama pria itu mengangkat seorang pemuda yang lemas tak berdaya.
"Itu kan..." Katamu
Di kereta kamu tiba-tiba gelisah tak keruan.. "Mana mungkin, pasti salah liat, ya pasti salah liat"
Singkat cerita kamu sampai di Akibahara, saat akan menyebrang jalan, kamu melihat sebuah berita di TV besar yang letaknya cukup tinggi. Saat lampu tanda menyebrang menyala kamu menyebrang bersamaan dengan ratusan orang lainnya. Kamu membuka buku Justin lalu membacanya sambil berjalan.
Kamu bertemu dengan ayahmu, di sebuah cafe yang lumayan ramai.
"Setelah ini kamu berencana mau kemana?" Tanya Ayahmu
"Entahlah, kurasa ke kawasan Amerika" ucapmu
Sementara itu,
"Mama bilang juga apa? Sekarang kita pulang ka Atlanta"
"Tapi ma.."
"Tidak ada tapi-tapian, kita pulang hari ini juga!"
"Amerika, mau ke Hollywood?" Goda ayahmu
"Boleh, tapii.. Hehe Ayah biasa" ucapmu sambil menyeringai
"Dasar! Ini ayah tadi dibelikan tiket ke LA, dan ini uang untukmu disana kalau kurang ke ATM saja"
"Iya aku tau yah, eem kenapa tidak ayah saja yang menggunakan tiket itu?"
"Ayah masih banyak pekerjaan disini sayang,"
"Ooh.. Oke, Thanks Dad" kamu mencium pipi ayahmu
"Aku pergi dulu ya" kamu berpamitan pada ayahmu.
Di perjalanan kamu melihat tanggal berangkat dari tiket tadi, betapa terkejutnya kamu begitu melihat jam berangkatnya pukul 16:15.. 30 Menit dari sekarang kamu harus ada di bandara!
Kamu memberhentikan sebuah taksi lalu naik ke dalamnya, di dalam taksi kamu menelepon ayahmu
"Ayah! Ayah kejam!! Tidak bilang kalau pesawatnya berangkat hari ini!" Gerutumu
"Hahaha.. Kena kau! Selamat menikmati LA" canda ayahmu
"Ayah jahat!! Aku masih betah di Jepang"
"LA lebih bagus dari Jepang tau"
"Aaah! Terserah" kamu menutup telepon karena kesal lalu memandang keluar.
Singkat cerita, kamu sampai di bandara, beruntungnya pesawat di lay..
"Beruntung aku tak terlambat" kamu menyandarkan diri ke sebuah tembok, tiba-tiba tiket yang kamu pegang terbang tertiup angin. Kamu mengejarnya, karena barang penting.
Tiket itu terjatuh di dekat kaki seorang pemuda, dia memakai topi warna hitam. Wajahnya tertutupi topi itu.
"Eh? Apa ini?"
Kamu melihat dari kejauhan tiketmu dipungut pemuda. Kamu berlari mendekatinya.
"Maaf tuan, tiket itu milikku" katamu
"Milikmu?"
"I..iya.. Bisa kembalikan?" Pintamu
"Tentu, ini lain kali lebih hati-hati lagi ok?" Kamu tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang terlihat hanya bibirnya yang sedang tersenyum.
"Iya, terima kasih sebelumnya" kamu membungkukan badanmu karena mengira dia orang Jepang asli. Lalu berbalik dan melangkah pergi
Pemuda itu memperhatikanmu yang berjalan menjauh,
"Manis juga.. Siapa ya dia?" Katanya pelan
"Heh! Senyam-senyum aja!!" Muncul seorang anak laki-laki berkulit hitam, dia menggunakan kacamata hitam,
"Jaden, kau mengejutkanku tau" gerutu pemuda itu
Sambil menunggu pesawat kamu duduk di kursi di halaman Dunkin Donuts di dalam Bandara. Kamu mengeluarkan notebookmu lalu mengkoneksikannya ke Internet.
"Waah.. Offline, masa harus keluar bandara.. Sudahlah nanti saja" kamu melipat notebook. Betapa terkejutnya kamu kursi didepanmu yang kosong sekarang sudah diisi pemuda tadi. Dia tersenyum ke arahmu.
"E..eh?" Kamu memberikan respon singkat atas kehadirannya
"Menganggu?" Tanyanya
"Tidak.. Tidak menganggu sama sekali.." Kamu menggeleng-gelengkan kepalamu
"Boleh berkenalan?"
"Bo..boleh"katamu "siapa si ni cowo SKSD banget" ungkapmu dalam hati
"Kenalkan aku.. Eemm... Justin!" Katanya sambil menjulurkan tangan kanannya
"Aku Rachel, senang bisa mengenalmu.. Justin?"
"Sama-sama.."
Hening sebentar, kamu mendengar ponselmu berdering dari dalam tas. Kamu buru-buru mengambil tasmu dan merogohnya untuk mencari ponselmu
"Aaakkh! Menghalangi saja!" Gerutumu sambil mengeluarkan buku FS2F dari dalam tas, pemuda tadi memperhatikanmu yang kasak-kusuk sendiri.
"Hah! Ini dia!" Kamu mengacungkan ponselmu lalu melihat ada apa.. Ternyata hanya sms dari operator
"Kirain kenapa.. Oh! Hehe maaf, aku urakan seperti ini" ucapmu sambil menyeringai
"Hahaha tidak apa-apa kau lucu tadi"
"Thanks" ucapmu sambil memasukan buku FS2F kedalam tasmu dan membereskan notebookmu.
Tak lama anak laki-laki tadi menghapiri Justin dan memberi sinyal agar dia pergi.
"Rachel" panggil Justin
"Ya?"
"Aku harus pergi, sampai jumpa lagi"
"Ya.."
Justin bangkit dari tempat duduknya, lalu mengikuti anak tadi. Kamu menghela nafas, tiba-tiba terdengar pemberitahuan bahwa pesawat menuju LA sudah siap. Kamu segera bersiap.
Singkat cerita kamu sudah ada di dalam pesawat, kamu mencari nomor yang sama dengan yang tertera di tiketmu. Kursimu terletak di samping sayap pesawat. Berbangku dua. Tapi disebelahnya sudah diisi oleh seseorang. Kamu mengeluarkan buku FS2F untuk bacaan nanti. Lalu memasukan tas punggungmu ke bagasi yang letaknya di atas kepalamu.
"Permisi" ucapmu dengan nada sopan. Orang itu menyingkirkan majalah yang menutupi wajahnya. Ternyata dia Justin yang ada di cover FS2F dan Justin yang selalu diteriakan namanya oleh gadis-gadis yang memakai baju ungu yang di atasnya bertuliskan I Love JB, atau I'm a Beliebers.
"Tentu" jawabnya singkat
Kamu melewati Justin dan duduk di sebelahnya. Kamu meletakan FS2F di sebelah kirimu. Lalu mematikan sinyal ponselmu (dibuat mode offline).
Kamu mengeluarkan earphone dari saku jaket yang kamu pakai. Lalu mendengarkan lagu menggunakan itu.
Kamu memutar lagu Usher yang berjudul "OMG" lalu mengeluarkan buku FS2F dan membaca buku itu untuk yang kesekian kalinya. Justin sendiri merasa bosan membaca majalahnya. Dia melihat kearahmu yang asik membaca sambil mendengarkan lagu.
Dia memutar matanya, lalu menengok kebelakangnya dimana Managernya duduk. Tak ada yang menarik. Dia merendahkan tempat duduknya.
"Hei"
Kamu menoleh kearah Justin, dan melepaskan sebelah earphonemu
"Ya, ada apa?" Jawabmu dengan nada sopan
"Mau temani aku mengobrol? Aku bosan,"
"Boleh" kamu mengingat-ingat sampai dihalaman berapa kamu membaca lalu menutup buku itu. Sekarang kamu memberhentikan musik lalu melepas earphone yang sebelah lagi.
"Baiklah, tentang apa?" Tanyamu
"Eem.. Siapa namamu?"
"Aku Rachel"
"Rachel, apa kau asli orang Jepang?"
"Oh bukan, aku asli Indonesia"
Justin mengangguk-ngangguk tanda mengerti
"Ohya, tuan Bieber bolehkah aku..."
"Jangan panggil Tuan Bieber, rasanya aku sudah sangat tua kalau seperti itu, panggil Justin saja" katanya sambil tersenyum
"Aah ya, Justin, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Tentu, apa?"
"Sebenarnya apa tujuanmu membuat buku ini, *menunjukan buku FS2F*?? Maaf kalau pertanyaanya aneh"
"Sederhana, aku hanya ingin fansku tau bagaimana ku sebenarnya.. Oh ya, setauku di Jepang buku ini belum diperjual belikan"
"Aku membelinya di Paris 3 bulan yang lalu"
"Hmm, saat liburan disana?"
"Bukan.. Tapi, iya juga si.. Bisa dibilang begitu"
"Kamu tidak sekolah?"
"Tidak, aku mengelilingi dunia untuk rencanaku membuat buku saat dewasa nanti" jelasmu singkat
"Buku?"
"Iya, tentang perjalananku ini.. Jadi sekarang kumpulkan pengalaman dulu hehe"
"Begitu.. Sepertinya menarik, aku akan menunggu buku itu rilis"
"Masih beberapa tahun lagi kali..."
"Tak apa, aku akan tetap membeli dan membacanya"
"Dasar."
Tiba-tiba suasana menjadi hening begitu terasa ada sedikit guncangan karena pesawatmu menembus awan yang lumayan tebal diluar sana. Kamu membuka korden yang menutupi jendelamu lalu melihat keluar
"Astaga! Gelap sekali.."
Justin menoleh ke arah jendela, di luar semuanya gelap sesekali muncul sebuah kilatan. Tak lama muncul pengumuman bahwa pesawat harus mendarat di New York karena terjebak badai besar. Kalian semua terpaksa transit disana.
Singkat cerita, kamu sudah berada di kamar hotel yang alamatnya terletak di sebuah brosur yang terselip di antara tiket pesawat. Benar saja, turun hujan badai. Kamu meringkut di dalam selimut karena kedinginan. Ponselmu berdering tanda ada e-mail masuk.
Kamu membuka e-mail itu, ternyata dari Cody. Dia menanyakan hotel yang dekat dari bandara xx. Kamu mengirimkan alamat hotel dimana kamu menginap. Lalu kembali menyembunyikan wajahmu ke dalam selimut.
"Dingin sekalii~" katamu
Ponselmu kembai berdering e-mail dari Cody lagi kali ini dia bilang bahwa dia sudah sampai di hotel yang tadi kamu berikan alamatnya. Dan menanyakan kamu sedang ada dimana.
To : Cody
Aku ada di hotel yang sama. Di kamar 142
From : Cody
142?? Tetangga dong
To : Cody
Maksudnya?
From : Cody
iya, kamu kamar 142 aku kamar 141 kita tetangga (;
To : Cody
Haha
Tiba-tiba pintu kamarmu di ketuk seseorang, kamu bangun dan segera membukakan pintu. Tapi tak ada seorangpun disana. Kamu melihat ke arah koridor sebelah kanan tak ada siapapun disana. Kamu melihat pintu kamar dimana Cody menginap. Tak lama Cody keluar dari kamarnya
"Hei" sapanya
"Kamu ya!"
"Apaan?"
"Ngetuk pintu!"
"Lo? Enggak, aku baru aja ganti baju"
"Banyak alasan" katamu sambil memicingkan mata
Tak lama lampu di koridor semuanya mati, dan kilat yang lumayan besar menyambar pohon yang ada di sebrang hotel kalian. Spontan kamu memeluk Cody karena ketakutanmu terhadap petir.
Tanpa kalian berdua sadari ada sepasang mata yang melihat kalian berdua berpelukan. Dan dari tatapan matanya dia kelihatannya tidak suka melihat kalian seperti itu.
- 1st Part End -
No comments:
Post a Comment