2nd Part!!!
Let's Begin!!!
"Lily, sedang apa kamu disini?" Tanya seseorang di balik orang itu
"Eh, ka.. Enggak, ga kenapa-napa"
"Ya sudah ayo kembali ke kamar! Jangan sampai kamu tersasar seperti di hotel Xx di Jepang" ucap orang itu dengan nada tegas, lalu berbalik meninggalkan seorang gadis berambut pendek model cepak itu. Dia kembali melirik ke balik belokan dimana dia bersembunyi tadi, lalu memotret sesuatu "ini pasti akan berguna suatu saat nanti" ucapnya dalam hati lalu mengikuti orang tadi dari belakang.
Kamu segera melepaskan pelukanmu dari Cody.
"Ma..maaf.. Kelepasan" wajahmu memerah saat itu juga
"Mm.. Tidak apa" wajah Cody juga memerah dia meletakan tangan kirinya di belakang kepala. "Rachel, aku ke loby dulu ya" ucap Cody lagi, kamu mengangguk. Dia belum beranjak juga dari hadapanmu, kamu mendongkakan kepalamu yang sejak tadi tertunduk karena malu. "Ada apa?" Tanyamu
"Sampai jumpa" Cody tiba-tiba memberantakan rambutmu lalu berlari-lari kecil menuju lift di ujung koridor.
"Dasar Cody.." Gerutumu sambil membenarkan rambutmu.
Malam hari sekitar pukul 10 malam, kamu mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarmu. Kamu segera membukanya, tapi lagi-lagi tak ada siapa-siapa disana. Kamu menutup pintu kamarmu. Baru 3 langkah meninggalkan pintu. Terdengar lagi ketukan.. Kamu kembali dan membukanya, lagi-lagi tak ada siapapun disana.
"Iseng banget si!" Ucapmu dengan nada kesal, kamu berdiam di depan pintu kamarmu. Baru terdengar satu ketukan kamu membuka pintu kamarmu dengan kasar
DUAK!!
"Aarrggghh" rintih seseorang dibalik pintu
Kamu melihat seorang pemuda memakai jaket kulit warna hitam dengan kaus warna merah sebagai dalaman, jeans warna hitam dan sepatu warna merah yang mengkilap. Rambut coklatnya terlihat bersinar terkena sinar lampu
"Eh.. Ma.. Maaf" kamu mendekatinya
"Ti..tidak apa-apa lagipula ini salahku" katanya sambil menutupi alis sebelah kirinya.
"Kamu terluka?" Tanyamu
"Tidak.. " Jawabnya
Kamu menyingkirkan tangan kiri yang menutupi alisnya itu dan melihat luka robek di balik poninya
"Tuh kan luka!! Ayo masuk, aku obati lukanya" pintamu
"Tidak usah.." Sanggahnya
"Nanti infeksi!! Itu luka robek kan?? Ayo!" Kamu menarik tangannya masuk ke dalam kamarmu. Kamu masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil kota P3K yang ada disana.
"Kamu si usil banget..." Ucapmu pada anak itu "hobi banget ngetuk pintu kamar orang, gini kan ujung-ujungnya" lanjutmu sambil meneteskan alkohol ke atas sebuah kapas
"Haha.. Itu sudah kebiasaanku, tak bisa dihilangkan" candanya, kamu memutar matamu, lalu berlutut di atas sofa dimana kalian duduk agar posisimu lebih tinggi darinya.
"Aaw.. Pelan-pelan" rintihnya
"Iya,iya"
Selama membersihkan lukanya kamu tidak sadar bola mata coklatnya memperhatikan wajahmu dari tadi. "Dia semakin cantik jika sedekat ini" ujarnya dalam hati
Setelah selesai membersihkan lukanya kamu memotong kain kasa menjadi 4 bagian lalu meneteskan betadine diatasnya, dan menempelkannya di atas luka tadi
"Aaaww!!" Rintihnya lagi
"Tahan-tahan sebentar lagi selesai"
Kamu memotong sebuah plester lalu menjadikannya perekat untuk tumpukan kain kasa tadi
"Nah! Selesai" ucapmu sambil menepuk-nepukan tanganmu
"Thanks" ucap anak itu sambil tersenyum
"Anytime" jawabmu
"Aku tak tau bagaimana membalas ini semua" ucap anak itu tiba-tiba
"Tidak usah sampai seperti itu, tapi aku juga minta maaf sekarang kau mungkin akan terlihat aneh di depan penggemarmu"
"Aneh bagaimana?"
"Dengan perban itu"
"Hahaha.. Jangan dipikirkan, itu urusan nanti" ucapnya diselingi tawa kecil. Suasana hening sejenak kalian saling diam tak ada yang berani membuka percakapan lagi.
"Ohya, Justin, kau menginap disini?" Tanyamu
"Iya.. Bukannya tadi kamu yang menyarankan aku menginap disini?" Tanya Justin lagi
"Oh iyaya! Aku lupa.. Hehe"
Justin tersenyum melihatmu cengengesan sendiri. Kamu menatap ke depan sambil menggigit bibir bawahmu.
"Di kamar berapa?" Tanyamu lagi
"Di kamar 150 ujung koridor dekat lift" jelas Justin
"Ooh disana,"
Justin merasakan ponselnya bergetar di dalam saku celana. Dia melihat ada apa, ternyata mamanya menghubunginya
"Rachel" panggilnya
"Apa?"
"Aku harus kembali ke kamar.. Sampai jumpa"
"Oke"
Justin berlari keluar kamarmu. Kamu bersandar di sandaran sofa.
"Tak kusangka artis yang selama ini kukira sombong dan cenderung tertutup bisa seramah ini" ucapmu dalam hati. Kamu mengembalikan kotak P3K ke dalam kamar mandi. Lalu mengunci pintu kamarmu. Dan berbaring di atas kasur sampai akhirnya kamu terlelap.
Esok paginya, kamu berjalan-jalan di jalanan kota New York dengan membawa tas kecil yang berisi kamera saku, ponsel, serta dompetmu. Kamu menggunakan kaus putih polos, jaket warna ungu muda, celana di atas lutut warna abu-abu. Serta sneakers warna hitam.
"Kota New York ternyata indah juga, kelihatannya disana taman kota.. Sepertinya menarik" kamu menuju penyebrangan jalan untuk mendatangi taman kota.
Ternyata benar dugaanmu itu taman kota terbaik yang pernah kamu datangi kedua setelah taman kota di Venezuela. Suasananya masih sangat asri, dan banyak burung merpati yang membuka musim semi saat itu.
"Walau ada berita kalau nanti sore akan ada badai lagi.. Tapi tetap saja ramai" ucapmu pelan.
Kamu melihat segerombolan gadis yang memakai gelang bertuliskan 'Cody Simpson' ada juga yang memakai gelang bertuliskan 'Simpsonizer'
"Hihi.. Si Cody sudah terkenal namanya sampai di New York juga rupanya" ucapmu sambil menahan tawa. Kamu berlari kecil menuju sebuah kolam ikan yang ada di tengah taman itu. Kamu pernah mendengar sebuah mitos jika kolam itu adalah kolam 'pengabulkan segala keinginan'. Jika kamu melemparkan koin kedalamnya dan berharap ada kemungkinan harapanmu itu akan terwujud. Kamu merogoh tas kecilmu untuk mencari koin. Setelah menemukannya kamu melemparkannya ke dalam kolam itu lalu membuat harapan.
"Kuharap, aku bisa menemukan apa yang orang bilang 'Cinta Sejati' dalam perjalananku ini" ujarmu dalam hati.
Ponselmu berdering dan memecahkan lamunanmu.
"Eh?"
Kamu segera mengeluarkan ponselmu dari tas kecil tadi lalu mengangkat telepon dari seseorang.
"Ya?"
"Rachel, kamu dimana sekarang?" Tanya seseorang di sebrang sana
"Aku di New York ada apa?"
"Iya aku tau kau di New York, di sebelah mananya?"
"Di.... Taman kota, letaknya 800 meter dari hotel" jelasmu
"Oh disana" jawab orang itu singkat lalu mematikan teleponnya
"Orang aneh" komentarmu singkat
Kamu berjalan-jalan di taman yang hampir 50% nya di datangi oleh burung merpati berbagai warna (kaya pelangi aja ). Kamu duduk di sebuah kursi yang terbuat dari beton lalu memfoto keadaan di taman itu beberapa kali. Saat menengok ke sebelah kiri, kamu melihat ada penjual es krim disana.
"Sudah lama aku tidak memakan es krim, kelihatannya enak" ujarmu
Kamu mendekati penjual es krim itu lalu berkata
"Pa, tolong es krimnya satu"
"Berapa sendok?"
"Sebesar apa sendok yang bapa gunakan?" Tanyamu, penjual es krim itu menunjukan capitan yang dia gunakan untuk menyendok es krim "kalau begitu 2 sendok saja" ucapmu lagi.
"Vanila? Coklat? Atau Strawberry?" Tanya bapa itu
"Eeem... Coklat dan Strawberry"
"Rachel!" Tiba-tiba ada yang memanggil namamu, lalu menepuk pundakmu dari belakang "eh? Cody," ucapmu
"Sssttt... Pelan-pelan.. Pa, aku juga eskrimnya ya, samakan saja dengannya" penjual es krim itu mengangguk dia sibuk menyendok eskrim untukmu dan Cody.
"Aku tak menyangka ternyata banyak fansmu disini.." Ucapmu sambil menyambut eskrim milikmu
"Maksudnya?"
"Iyaa... Banyak, eh itu es krimmu, fansmu disini"
"Ooh.. Makasih pa, ini uangnya" ujar Cody dia memberikan 2 lembar uang kertas 2 dollar. "Cody! Biar aku saja yang bayar!"
"Tidak enak, kalau wanita yang mentraktir cowo, lebih baik cowo yang mentraktir cewe" ucap Cody, kamu hanya memberikan respon dengan menggeleng-gelengkan kepalamu.
"Tapi paling tidak.... Aku membayar es krimku sendiri" kamu memundurkan tangan Cody.
"Bawel ahh! Ini pak" Cody tetap memberikan uang itu pada penjual es krim tadi.
Sementara itu,
"Ada apa dengan keningmu Justin?" Tanya ibunya saat melihat Justin keluar dari kamarnya dengan perban yang menempel di keningnya
"Eeem... Terbentur pintu ma, hehehe" jawab Justin
"Lalu? Kau mengobatinya sendiri begitu?"
"Bukan! Ada... Seorang gadis manis yang mengobatiku" ujar Justin pipinya mulai memerah, ibunya hanya tersenyum lalu mengamit lengan anaknya dan mengajaknya ke lobby.
"Jadi? Sore ini juga siapapun belum bisa melanjutkan perjalanan ke LA?" Tanya Cody
"Begitulah.... Cuaca memang sedang buruk belakangan ini" kamu bersandar pada sebuah tembok yang menjadi sandaran di kursi beton yang kamu duduki.
"Ya... Cuaca buruk, dan ekstrim..." Lanjut Cody dia kembali menjilat es krimnya. "Oh ya, nanti sore aku akan jalan-jalan dengan alli adikku. Kau mau ikut?"
Kamu mengangguk dan menerima ajakan Cody itu.
Kamu dan Cody mengalihkan pembicaraan menjadi sesuatu seperting saling Sharing tentang hal-hal yang dianggap sepele seperti tren sepatu atau film. Kalian bertukar informasi tentang hal itu, dan ya, kalian selalu saja berhasil mengaitkan hali ini dan itu dalam perbincangan itu. Kamu melirik jam tangan yang ada di tangan kirimu. Jam 12 saat itu.
"Sudah waktunya makan siang, ada rencana?" Tanyamu
"Hmmm, bagaimana jika kita makan siang bersama.. Di restoran itu." Cody menunjuk sebuah restoran Jepang yang letaknya hanya beberapa meter dari tempat kalian duduk
"Boleh, ayo!" Kamu membuang tisu bekas es krim tadi, lalu berjalan beriringan dengan Cody menuju restoran itu.
Kamu kembali ke hotel pukul 2 siang, setelah itu pukul 5 sore kamu kembali keluar untuk memenuhi janjimu dengan Cody dan adiknya Alli. Kamu menaiki lift untuk sampai di lantai 3 dimana kamarmu berada. Ting! Bel tanda kamu sampai berbunyi, pintupun terbuka. Kamu melangkah keluar, sebuah pintu yang didepannya tertulis angka 150 terbuka sedikit, kamu berniat menutupnya
"Iya... Aku pasti segera kesana jika tiba, eh?.... Benarkah?... Oh ya,ya, tidak aku tidak lupa tentang hal itu. Oke? Kau mau? Yakin?... Haha.. Oke,oke.. Jangan marah, siap nona manis.... Ya bye hun"
Kamu segera meninggalkan pintu yang masih terbuka itu agar tidak dikira menguping oleh Justin.
"Aku tak pernah mendengar Justin berbincang dengan suara dan selembut itu.... Pasti itu dengan pacarnya" kamu meletakan telunjukmu di depan dagu dan berbicara sendiri.
BRUKK!
Kamu menabrak seseorang.
"Ma... Maaf" ucapmu
"Rachel?" Katanya
Kamu mendongkakkan kepalamu, dan melihat wajahnya.
"Justin?" Ucapmu sambil menunjuk wajahnya "tapi... Bukannya... Kamu...." Kamu menoleh ke arah kamar Justin dan wajah orang itu secara bergantian
"Haha... Aku bukan Justin Bieber, aku Justin Christopher" ucapnya diselingi tawa kecil, kamu menoleh ke arah wajahnya
"Namamu juga Justin? Tapi Justin Christopher?" Tanyamu tidak yakin. Wajah Justin C, dan Justin B, benar-benar persis yang berbeda hanya warna rambut Justin C, yang agak lebih gelap, dan warna matanya yang biru bukan coklat emas. Disamping itu semua, semuanya sama.
"Iya" jawabnya singkat
"A.... Apa kita pernah bertemu?" Tanyamu lagi
"Aku Justin yang memakai topi hitam di bandara Jepang"
"OOohhh... Justin itu, hahaha.. Maaf, aku agak lupa"
"Tidak apa" jawabnya sambil tersenyum
"Miripnyaaaa~" ucapmu dalam hati
"Aku ke kamar ya?" Ucapmu lalu meninggalkan Justin C, di koridor tengah. Kamu segera masuk ke kamarmu dan menguncinya dari dalam.
"Astaga! 2 orang dengan wajah persis, dan tidak memiliki hubungan darah sedikitpun.. Wow! Dunia memang penuh ke ajaiban." Kamu segera meraih notebook yang kamu letakan di sebuah meja di samping kulkas kecil dan TV lalu membawanya ke atas kasur. Kamu duduk bersila di atas kasur empuk itu dan menjadikan salah satu bantal yang ada disana sebagai meja. Lalu meraih remote TV dan menyalakan TV, bukannya menonton TV kamu malah membuka notebook milikmu lalu mulai mengetik semua pengalaman yang kamu alami sejak kemarin sampai bertemu dengan Justin C. 5 menit yang lalu.
***
Tak terasa jarum jam sudah menunjukan pukul 4 lebih 15 menit, kamu menyimpan hasil ketikanmu tadi lalu mematikan notebookmu dan melipatnya. Kamu menyimpan notebook warna biru muda itu di samping kirimu di 3 tumpukan bantal yang tumpukannya tidak begitu teratur. Lalu bersiap untuk mandi.
Kamu keluar dari tempat shower dalam keadaan rambut dibalut handuk putih, kamu memakai kaus warna biru muda, dan celana selutut warna hitam. Kamu mengambil hair dryer yang sudah di sediakan di atas sebuah westafel yang pinggirannya terbuat dari keramik mahal dan diatasnya terdapat kaca besar yang dibuat memanjang. Kamu menatap hair Dryer itu lalu tersenyum ke depan kaca. Dan mulai bernyanyi-nyanyi sendiri. Kamu menyanyikan lagu Cody yang berjudul IYIYI.
♪ Every minute, Every Second, Every Hour of the Day. IYIYI Every hour of the day IYIYI every time that I'm away IYIYI Missing you.. Missing you ♪
Kamu bernyanyi sambil berdansa -- mengikuti gaya Cody di VCnya -- di depan kaca dan menjadikan hair dryer tadi sebagai mikrofon. Tak lama kamu mendengar suara ketukan. Kamu berhenti bernyanyi dan berlari ke luar kamar mandi, kamu melepaskan balutan handuk tadi, sekarang handuk itu terlihat seperti kerudung di kepalamu. Kamu membuka pintu. Di balik pintu ada Justin yang tersenyum sepertinya dia menahan tawa, kamu mengangkat sebelah alismu.
"Ya?" Tanyamu
"Tadi itu kau menyanyi" katanya sambil menahan tawa, wajahmu memerah membayangkan apa yang kamu lakukan tadi di depan kaca di kamar mandi
"Hehehehe" katamu sambil tersenyum dan memperlihatkan barisan gigimu yang rapi dan putih
"Hahaha... Aku ingin melihatmu beraksi seperti tadi, bisakah?" Pintanya
"Tidak" jawabmu singkat "itu memalukan bangsa dan negara" lanjutmu
"Memalukan?? Aku rasa tidak"
"Diamlah! Aku malu... Kenapa harus kamu yang mendengarnya coba." Kamu melipat ke dua tanganmu di depan dada dan berdandar di daun pintu
"Itu tandanya, kau akan ku orbitkan satu hari nanti" guraunya
"Maaf, aku tak tertarik menjadi seorang penyanyi" jawabmu singkat
"Benaaar?" Godanya dia menaik turunkan alisnya dengan tatapan menggoda
"Ooh ayolah! Menyanyi saja tidak bisa, kau mau menjadikanku penyanyi?? Jangan bergurau Justin" kamu mengibaskan-ngibaskan tanganmu
"Menurutku suaramu bagus ko"
"What? Suara seperti tikus keinjek gajah itu kamu bilang bagus"
"Apa? Tikus apa tadi?? Hahahahaha siapa bilang???" Tawa Justin meledak dia memegangi perutnya
"ssstttsss mengganggu orang lain saja, ayo, masuk saja, aku mau bersiap" ucapmu sambil mempersilahkan Justin masuk
"Bersiap?? Untuk??" Tanya Justin
"aku ada rencana untuk keluar dengan Cody dan Alli sore ini.." Jelasmu
Justin duduk di atas sofa dimana kemarin dia diobati lukanya olehmu dia menatapmu lekat-lekat.
"Kenapa melihatku seperti itu?"
"Eh... Tidaaak..." Justin mengalihkan pandangannya ke atas meja kayu yang ada di depannya, disana tergeletak ponselmu.
"Rachel, pinjam ponselnya ya?"
"Hhmmm" kamu menyahut dari dalam kamar mandi, Justin iseng menelepon nomor teleponnya menggunakan ponselmu.
"Gotcha!" Katanya setengah berbisik, dia menyimpan nomormu di ponselnya, dia memberi nama nomormu di kontaknya dengan nama 'Biscuit' lalu di ponselmu dia menyimpan nomornya dan memberinya nama 'Twix Chocolatte'.
Kamu keluar dari kamar mandi, kamu melihat Justin yang tersenyum-senyum sendiri.
"Eheem" kamu berdehem. Justin mendongkakan kepalanya. Lalu menyeringai.. Kamu tertawa kecil lalu mekai jaket warna putih dan memasuka dompet serta earphonemu ke dalam tas kecil.
"Mau berangkat?" Tanya Justin, sekarang dia ada disebelahmu
"Ya.. Ada e-mail dari Cody?" Tanyamu
"Ada, dia bilang dia menunggumu di lobby"
"Kau membuka dan membacanya yaaa?" Kamu memicingkan matamu
"Hehe.. Maaf" Justin menyeringai lagi
Kamu dan Justin keluar dari kamarmu. Kalian berjalan beriringan menuju lift. Kamu sibuk memainkan ponselmu. Justin berhenti di depan pintu lift sementara kamu masuk ke dalamnya. Kamu melambaikan tanganmu
"Dah!" Katamu setengah berbisik, Justin tersenyum.
"Rachel aku..." Dia terlambat mengatakan sesuatu, karena pintu liftmu sudah tertutup dan sebuah layar digital menunjukan simbol tanda panah menunjuk ke bawah
"Menyimpan nomorku di ponselmu" ucapmu Justin pelan. Dia masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam.
Kamu sampai di Lobby disana Alli dan Cody sudah menunggu. Cody mengenalkanmu pada Alli. Di dalam mobil kamu dan Alli berbincang-bincang dan menjadi teman saat itu juga.
"Kau cepat sekali akrab dengan Alli Nona." Puji seseorang di balik kursi supir
"Haha aku sudah biasa dengan hal itu" kamu tertawa kecil mendengar pujian itu.
Singkat cerita pukul 5:10 pm kalian sampai di sebuah pusat perbelajaan yang lumayan ramai, Cody memakai kupluk warna abu-abunya dan kacamata
"Kau culun!" Ledek Alli, Cody membalas ledekan adiknya itu dengan memberantakan rambutnya. Kalian berjalan-jalan, menikmati lembutnya fresh cream di atas kue wafel, dan menghabiskan dua pizza ukuran sedang
"Waaah aku kenyang!" Cody bersandar di sandaran tempat duduknya
"Sama.." Ucapmu bersamaan dengan Alli
"Waduh! Aku lupa! Aku harus beli-oleh untuknya.. Untung ingat" Justin bergegas mengambil dompet dan jaket kulit serta topi baseballnya. Lalu berlari kecil menuju kamar manajernya Scott.
Justin mngetuk pintu kamar managernya itu berkali-kali seperti sedang panik -- sebenarnya dia memang panik --.
"Ada apa?" Sahut managernya
"Aku pinjam kunci mobil, mau beli oleh-oleh"
"Untuk?" Scott mengangkat sebelah alisnya
"Kau tau siapa, cepatlah.. Besok tak ada waktu lagi," seru Justin. Scott mengambil sebuah kunci yang tergantung disamping pintu kamarnya lalu memberikannya pada Justin.
"Thanks!"
Singkat cerita, kamu, Cody dan Alli, berniat untuk pulang karena langit mulai gelap. Bisa-bisa mereka terjebak di mall itu karena badai.
"Wah! Aku lupa harus membeli sesuatu untuk di LA nanti.. Kalian duluan saja, mobilnya sudah sampai kan?" Ucapmu
"Bagaimana denganmu Rachel?" Tanya Alli
"Aku bisa naik bis, lagipula aku takkan lama" ujarmu sambil tersenyum. Kamupun berlari ke dalam.
"Waah, langit sudah gelap kuharap, aku takkan terjebak badai nanti" harap Justin
Kamu masuk ke sebuah toko pakaian dimana kamu sering membeli pakaian. Kamupun mulai memilih beberapa baju yang memiliki diskon. Selain diskon, kamu juga memiliki kartu tanda member jadi mendapatkan diskon 20%.
Justin baru saja tiba dia melihat sekeliling untuk mencari oleh-oleh untuk seseorang di LA.
Tapi bukannya mencari sesuatu untuk dia beli, tatapannya malah tertumpu padamu yang sedang membayar 2 kaus, 1 kemeja, 1 jaket, dan 1 celana jeans panjang. Selesai membayar dan menerima bungkusan kamupun memasukannya kedalam sebuah kresek putih yang lumayan besar lalu berjalan keluar toko. Di depan toko seorang pria memakai kaus putih, jaket kulit berwarna hitam, jeans panjang, dan sepatu supra mengkilat warna merah dia tersenyum dan berlari mendekatimu.
"Justin, bagaimana... Dan kenapa kau bisa disini?" Tanyamu
"Aku menjemputmu Biscuit" jawabnya sambil tersenyum
-2nd Part end-
No comments:
Post a Comment