Saturday, April 30, 2011

Packed for Love (3)

3rd Part!!!


Let's Begin!!!!


"Biscuit? Siapa?" Tanyamu
"Siapa yaa? Kamu inginnya siapa?" Tanya Justin balik
"Eh? Mana kutau.. Kamu sendiri inginnya siapa?" Tanyamu balik (lagi)
"Aku inginnya kamu" Justin mengacak-acak poni lemparmu, sampai tak berbentuk lagi (kaya apa aja -_-")
"Justin!! Hentikan itu!!"
"Aneh?" Ucap Justin tiba-tiba
"Apanya?"
"Ko tetap cantik?"
Pipimu memerah mendengar Justin berkata seperti itu, dia hanya tertawa kecil melihat responmu
"Sial!" Gerutumu dalam hati


Justin mengajakmu berkeliling, kamupun menerima ajakannya. Kamu memasukan kresek tadi ke dalam tasmu agar tak begitu merepotkan. Kalian sampai di lantai 2, di sana banyak toko yang menjual, pernak-pernik sebagai oleh-oleh.

"Rachel" panggil Justin
"Apa?"
"Menurutmu, apa yang sebaiknya kubelikan untuk seorang gadis... Sebagai oleh-oleh" ucap Justin
"Hmmm.... Sulit, kalau menurutku si apa saja asalkan menurutmu itu akan cocok digunakan oleh sang gadis, tak peduli apa warnanya. Tapi usahakan jangan warna yang tak disukainya" jelasmu
"Begitu.. Bisa membantuku memilihkannya?" Pinta Justin
"Tentu, bagaimana kalau disana" ucapmu sambil menunjuk sebuah toko yang bagian dalamnya di cat warna ungu muda. Justin tersenyum lalu mengangguk. Kalian menuju toko itu. Di sana menjual pernak-pernik yang lucu. Ada yang bersifat glamor, mewah, gothik, sampai super feminim.

"Selamat datang" sapa salah satu pegawai, kamu dan Justin hanya tersenyum. Kalian mendekati tak yang disusun 3 lantai (atau apalah itu namanya) yang berisikan bandana, jepit, ikatan rambut, dan anting-anting kecil.

"Liat mirip denganmu" Justin menunjuk sebuah boneka di sebran rak itu, itu boneka babi. "Enak saja! Itu kamu!" Kamu menunjuk boneka sapi gendut di sebelahnya. "Itu adikmu" Justin menunjuk lagi boneka naga, "eeeeh... Kurang ajar kamu, daripada itu, itu managermu" kamu menunjuk boneka keledai.
"Hahahahaha keterlaluan kamu"
"Biar, kamu yang mulai" kamu menjulurkan lidahmu. "Justin, aku kesana dulu ya" kamu berlari kecil menuju sebuah belokan, disana tergantung beberapa kalung. Saat Justin akan menyusulmu dia melihat sesuatu yang berkilauan di atas rak kedua. Dia mengambilnya, itu sebuah jepitan rambut, dengan hiasan pita diatasnya. Di atas hiasan pita itu terdapat beberapa berlian berwarna hitam dan putih. Di balik rak itu ada seorang pegawai, Justin menanyakan berapa harganya.

"Waah, pilihanmu bagus sekali tuan" puji pegawai itu
"Eh? Maksudnya bagus??" Tanya Justin kebingungan
"Ini adalah jepitan rambut yang biasanya dipakaikan untuk orang yang paling dikasihinya, apa gadis itu kekasihmu?" Tanya pegawai itu. Justin menoleh ke arahmu yang sedang memilih-milih kalung. Dia menggelengkan kepalanya "kami hanya sahabat" ucapnya
"Begitu... Sayang sekali, padahal kalian sangat cocok" ucap pegawai itu lagi, Justin hanya tersenyum, lalu mendekatimu yang memilih-milih kalung. Dia menyembunyikan jepitan itu di balik kepalan tangannya.


"Sedang apa?" Tanya Justin
"Aku memilihkan 3 kalung untuk 'oleh-oleh' itu.. Sekarang kau pilih yang mana yang kau suka" ucapmu
Justin melihat ke tiga kalung itu, kalung pertama terlihat biasa saja. Yang kedua kesannya terlihat seperti untuk laki-laki, yang ketiga, entah kenapa dia suka kalung itu.. Kalung berwarna perak berliontinkan sebuah bentuk belah ketupat, di atasnya terdapat sebuah tulisan 'belong to you', dan ketika melihat kalung itu, dia merasa ingin kamu yang memakainya.

"Sudah tentukan pilihan?" Tanyamu
"Eem... Aku suka yang ini" Justin menunjuk kalung ke tiga
"Bagus kan? Aku juga menyukai kalung ini" ucapmu sambil menggantungkan dua kalung yang tadi.
"Rachel, apa kau tidak cemburu?" Tanya Justin tiba-tiba
"Maksudnya? Cemburu untuk apa?" Kamu menaikkan sebelah alismu
"Aku membeli kalung itu bukan untukmu, tapi untuk orang lain, padahal kau suka kalung itu" jelas Justin
"Haha.. Untuk apa?? Aku menemanimu membeli oleh-oleh untuk temanmu kan?? Untuk apa cemburu?? Sungguh tidak beralasan.. Aku bisa beli lagi di tempat lain." Ujarmu sambil tersenyum.
"Oh ya, bisa pilihkan satu lagi, seperti tadi..." Pinta Justin
"Untuk?"
"Temanku yang lain"
"Aaaaa~ pacar yaaa??" Kamu menggoda Justin yang terlihat malu-malu
"Bu...bukan! Bukan!!" Sanggah Justin
"Aaa~ ngaku... Pacar yaaa?" Godamu lagi
"Bukan Rachel.. Diam, atau kucium nih"
"Ikh! Cium?? Ga ahh, lain kali aja" candamu sambil kembali memilih kalung. Justin iseng mencium pipimu.


"Justin?"


***

"Waaah, badai.." Ucap Alli "bagaimana dengan Rachel, dia pasti terjebak badai"

"Benar.. Apa kujemput saja" ucap Cody
"Silahkan, kalau mau dihukum ayah"
"Merepotkan" Cody bersandar di sandaran sofa di kamarnya lalu membuka lipatan laptopnya.

***

Kejadian saat Justin mencium pipimu tertangkap kamera paparazzi. Hanya kalian tidak menyadarinya,

"Justin?" Ucapmu perlahan
"Ya"
"Apa maksudnya tadi?"
"Apa?"
"Tadii"
"Tadi?"
"Iya, apa?"
"Tidak ada"
"Iiihh!! Jail kamu!!!" Kamu menjambak poni Justin
"Aww! Kamuu.." Justin membalas dengan mengacak-acak ponimu.


***

Cody iseng membuka situs Google, dan mencari sesuatu yang ada hubungannya dengan dirinya sendiri.

Cody membuka salah satu situs yang keliatannya menarik. Saat melihat-lihat page itu Cody merasa tidak ada yang menarik sama sekali. Saat dia akan menutup page itu, dia melihat satu foto yang kelihatannya baru saja di upload, dan di bawah foto itu terdapat satu foto lagi yang keliatannya di ambil di malam hari. Dia mengenali seorang gadis yang ada di foto itu. Itu adalah ...



Kamu dan Justin membayar apa yang kalian beli tadi, Justin menyakukan jepitan rambut tadi, dia berniat membelinya secara diam-diam tanpa sepengetahuanmu, entah apa alasannya.

"Rachel, tolong lihatkan di sana ada strap (gantungan HP) yang cocok dengan iPhoneku tidak, tolong ya" pinta Justin
"Oke bos!" Kamu mendekati sebuah rak yang disusun lumayan tinggi.

"Maaf, jepitan ini tolong bungkusnya dipisahkan dengan yang lain" pinta Justin setengah berbisik, penjaga mesin kasir mengangguk dan mengambil sebuah bungkusan yang terbuat dari kertas ukuran kecil. Walaupun terbuat dari kertas tapi bungkusan itu terlihat sangat manis, selain itu warnanya yang putih polos membuatnya tidak menarik perhatian siapapun. Singkat kata seperti kerang jelek yang menyembunyikan permata di dalamnya.


Kamu kembali dengan membawa satu strap dengan lambang apple.

"Ini pasti cocok" katamu
"Bagus, tapi tidak jadi ahh... Aneh kalau iPhoneku dipasangi strap"
"Ngerjain nih ceritanya?" Katamu sambil menyipitkan matamu
"Iya" Justin tersenyum. Kamu menghentakkan sebelah kakimu, lalu menaruh strap itu di tempat kamu menemukannya.

***


"Bukannya ini.." Lirih Cody
"Apa ka?" Ujar Alli, dia mendekati kakanya untuk melihat apa yang dilihat kakanya
"Itu Rachel kan ka?" Tanya Alli. Cody hanya terdiam
"Dia kekasihnya Justin atau bukan?" Ucap Cody dalam hati


Tanpa kamu atau Justin sadari ada seorang paparazzi yang mengikuti kalian, dan memotret setiap kejadian yang jika dilihat sekilas kalian seperti sepasang kekasih -- padahal bukan --.

Saat sampai di lantai bawah dan kalian berniat untuk pulang, kalian melihat di luar ternyata turun hujan yang sangat deras dan angin yang sangat kencang. Di dekat pintu keluar juga banyak anak-anak seusia kalian dan beberapa pekerja kantoran yang tertahan disana. Justin segera memakai kacamata hitamnya untuk menghindari adanya keributan disana.


Kamu mulai menyadari bahwa sejak tadi ada yang mengikuti kalian berdua, tapi saat kamu menoleh kebelakang selalu saja tidak ada siapapun.

"Apa cuma perasaanku ya?" Katamu dalam hati

Justin yang melihatmu terdiam, dan sesekali selalu melihat sekeliling bertanya

"Ada apa?"
"Rasanya ada yang mengikuti dari tadi.." Jelasmu terang-terangan
"Jangan-jangan paparazzi" ucap Justin
"Ya, aku juga khawatir itu paparazzi" ucapmu pelan


Tak lama lewat seorang pria memakai jaket kulit dia mengenakan topi yang hampir mirip dengan topi pelaut. Dia berjalan mendekati kalian. Di dadanya tergantung sebuah kamera digital. Justin segera memegang tanganmu erat, kamu melihat ke arahnya

"Apapun yang terjadi kita harus menghindar" Justin berbisik di telingamu, kamu mengangguk.

Kalianpun bersikap biasa saja, dan perlahan mulai berjalan menjauh. Bodohnya, kalian salah arah, karena sibuk menutupi wajah kalian malah berjalan menuju pintu keluar bukannya masuk kedalam mall. Tapi karena kesalahan itu pria tadi kehilangan jejak kalian.


"Kau bawa mobil?" Tanya Justin
"Aku Back Packer, mana mungkin membawa mobil" jawabmu
"Back Packer.. Apa itu?"
"Payah!" Gerutumu dalam hati "back packer itu orang-orang yang mengeliling dunia dengan biaya murah" jelasmu
"kalau begitu ayo!" Justin membuka jaket kulitnya
"Eh? Mau apa?"
"Aku memarkirkan mobilku di depan situ *menunjuk sebuah mobil range rover di halaman mall letaknya hanya 5 meter dari tempat kalian berdiri* kita kesana, orang itu pasti mencari kita" ujar Justin dia memakaikan jaket kulitnya di badanmu
"Lo? Kamu sendiri?"
"Apanya?"
"Jaketmu kan dipakai olehku.. Kamu sendiri pakai apa?"
"Pake gentong" Gurau Justin

Kamu menahan tawa, saat akan melangkah keluar angin malah bertiup makin kencang, Justin menarikmu mundur, karena sangat berbahaya di luar sana.


***

Scott merasakan ponselnya bergetar, dengan mata masih tertutup dia meraba-raba kasurnya untuk mencari di mana ponselnya yang terus berdering itu.

"Ya?" Jawabnya
"Scott, kau masih di New York?" Tanya seseorang di sebrang sana kelihatannya dia seorang lelaki seumuran dengan Scott
"Hhmm ya"
"Jika sampai di LA kabari aku, kita bertemu disana. Teman-teman kampusmu juga akan datang"
"Oke" jawab scott singkat, dia meletakan ponselnya di bawah bantal dan melanjutkan tidurnya lagi.


Hujan mulai mereda semua orang yang ada disana bisa bernafas lega, banyak yang mulai melangkah keluar dan membuka payungnya. Karena saat itu masih turun hujan walau hanya gerimis kecil. Kamu dan Justin juga ikut melangkah meninggalkan mall. Justin masuk ke mobilnya, kamu membuka pintu belakang, Justin segera membuka kaca jendelanya

"Rachel, di depan saja.. Bersamaku... Ayo! Jangan sungkan!" Pinta Justin
"Baiklaah"

Saat kamu membuka pintunya, ternyata Justin sudah membukakannya terlebih dulu dari dalam dia tersenyum "silahkan masuk tuan putri" ucapnya. Kamu tersenyum lalu masuk. Justin mulai menggas mobilnya, keluar dari parkiran dan melaju menuju jalan raya.


Singkat cerita, kalian sampai di parkiran hotel. Justin membukakan pintumu. Kamu kembali tersenyum saat keluar dari mobil kamu merasa kakimu sakit sekali.

"Ada apa?" Tanya Justin
"Tidak ada, sepertinya kakiku lecet" ucapmu
"Lecet?" Justin menatap kakimu yang sejak tadi kamu pegangi "mau kugendong?" Lanjutnya


***

"Cody! Alli! Waktunya sudah tiba.." Sahut seseorang dibalik pintu kamar Cody dan Alli
"Untuk apa?" Cody membukakan pintu kamr hotelnya
"Kemarin aku janji membawa kalian ke New Jersey sebelum ke LA kan?" Ucap orang itu mengingatkan
"Oh ya! Aku lupa" Alli menepuk keningnya
"Kalau begitu aku bersiap dulu" ujar Cody dia kembali melangkah masuk ke dalam kamarnya.


Akhirnya Justin memapahmu masuk ke dalam hotel. Saat sampai di lobby, kamu didudukan dulu di kursi yang disediakan disana. Sementara Justin mengambil kunci kamarnya dan kamarmu.

"Masih sakit?" Tanya Justin
"Tidak.. Sudah baikan" ucapmu. Tapi saat berdiri kamu terpeleset untung saja Justin memegangi tanganmu. Sekarang kakimu terkilir (lengkap semua penderitaan itu xD).

"Aaw!" Rintihmu
"Sudahlah kugendong saja"
"Tapii..."
"Cepatlah" Justinpun jongkok di depanmu. Kamu naik ke belakang punggungnya. Kamu menyandarkan dagumu di bahu kiri Justin, saat kalian sampai di depan lift, dan lift baru saja tiba dan mengantarkan Cody,Alli dan ayahnya. Cody terdiam di dalam lift melihatmu dan Justin ada disana.

"Hey Buddy!" Sapa Justin
"Hey" Cody menyapa balik temannya itu lalu keluar dari lift.

Sialnya ada sekitar 10 orang pekerja mendahului kalian masuk ke dalam lift. Dan membuat lift penuh.

"Payah!" Gerutumu "maaf merepotkan Justin" ucapmu pelan
"Tidak apa...." Jawab Justin. Kamu bisa melihat dia sedang tersenyum lewat pantulan bayangan kalian di pintu lift yang sudah menutup.


"Justin, pria itu datang lagi" kamu melihat pria yang memiliki ciri-ciri persis seperti yang kalian temui di mall tadi.
"Kita naik tangga saja" usul Justin
"Hah!"
"Sudah! Ayo!"

Justin masuk ke dalam sebuah pintu yang di depannya tertulis 'pintu darurat'.

"Justin, aku turun saja, akan semakin berat jika kamu menggendongku sambil menaiki tangga" ucapmu
"Sudahlah, jangan berkata seperti itu, siapa bilang kamu berat?" Ucap Justin


***

Cody melamun dia menatap ke luar kaca jendela mobilnya yang melaju dengan kecepatan 20 mil/jam di jalanan yang sedang macet.

"Rachel dan Justin itu berpacaran ya? Tapi.. Sejak kapan.. Dan kenapa aku harus memikirkannya?... Aaakkhh kenapa si aku ini?" Ucap Cody dalam hati.


Di lantai 2 kalian beristirahat sebentar, di sekitar sana tidak ada lift. Kalian harus berjalan ke sekitar restoran untuk menemukan lift.

Kamu duduk di 2 tangga di atas Justin, kamu turun perlahan, sekarang kamu duduk di tangga yang sama dengan Justin.

"Rachel?"
"Pinjam tasku"

Justin memberikan tasmu yang letaknya di samping kirinya. Kamu mengeluarkan ponselmu lalu mengirimi ayahmu pesan. Entah kenapa ingin sekali rasanya kamu mengrimi ayahmu itu pesan. Ayahmu membalas pesanmu. Dia bilang saat ini dia sedang ada di Texas, dan besok akan ke LA. Kamupun janjian bertemu dengan ayahmu di bandara LAX.

"Ada apa?" Tanya Justin
"Tidak ada" kamu kembali memasukan ponselmu ke dalam tasmu.

"Aku berat kan?" Katamu tiba-tiba
"Haah? A..apa?"
"Tuli ya?"
"Bukan, maksudnya pertanyaan itu apa?"
"Lupakan!" Kamu menyembunyikan wajahmu menggunakan ponimu yang panjang
"Kalau malu bilang saja" Justin menyingkirkan poni yang menutupi matamu. "Mukanya meraaah" goda Justin
"Aaahhh!!! Diaaaaam!!!" Jeritmu, Justin buru-buru menutupi kedua telinganya.


Singkat cerita, kalian sampai di lantai tiga, dan di depan kamarmu.

"Yah kuakui, kau lumayan berat" ucap Justin
"Tuh kan.. Sudah kuduga" kamu memutar matamu. Dan turun dari gendongan Justin. Kamu membuka pintu kamarmu, Justin segera berpamitan, tapi kamu menahannya

"Ini, untuk ucapan terima kasih, sekaligus balas budi" ucapmu sambil memberikan sebotol pulpy orange, Justin menatap botol itu lalu menatap wajahmu dengan tatapan heran
"Ya sudah kalau tidak mau"
"Eit,eit, barang gratis! Tidak boleh di tolak.." Ujar Justin sambil cengengesan, "thanks ya" Justin mengacungkan botol itu, kamu mengangguk sambil tersenyum.

Kamu menutup pintu kamarmu, dan berjalan menuju kasur, saat akan membuka jaket kamu baru sadar bahwa jaket Justin masih kamu kenakan.

Justin melihat pintu kamarnya terbuka, dia menyembunyikan botol itu di belakang punggungnya dan mengintip ke dalam. Ternyata mamanya sudah ada di dalam, entah bagaimana caranya.

"Mama?" Ucap Justin
"Justin" wanita paruh baya itu bangkit dari tempat duduknya "kenapa kau berkeringat seperti ini nak?" Tanyanya dengan wajah penuh kekhawatiran
"Ti..tidak apa-apa" Justin mencoba menghindari ibunya.

"Apa itu?" Tanya ibunya lagi
"A..apa?" Justin berbalik
"Minuman itu.. Dapat darimana kamu?"
"Aku beli tadi.."
"Kau tidak berbohong kan tuan Bieber?"
"Tidak maaa...."
"Ya sudah, istirahat! Besok kita berangkat ka LA"

Setelah mamnya keluar, Justin buru-buru menutup rapat pintunya dan menguncinya dari dalam.

"Fiiuuhh... Untung saja, jika tadi aku bilang dapat dari Rachel, mama pasti akan mengambilnya.. Lumayanlah, pelepas dahaga" ucap Justin dia meneguk minuman itu. Tak lama ada yang mengetuk pintu kamarnya, dan itu membuat Justin tersedak,

"Uhuk... I..iya sebentar" ucapnya terbata, dia membuka pintu kamarnya dan....


- 3rd Part End -

No comments:

Post a Comment