14th Part!!!!
Let's Begin!!!
Rachel didalam kamarnya, nomor 174 lantai 2, waktu menunjukan pukul 9 malam dan ia belum merasakan kantuk sedikitpun. Dan masih saja berkutat di depan notebook kesayangannya mengobrol dengan teman-temannya di twitter. Tapi, muncul sebuah tweet dari Cody
Tweetnya berisi :
"TheCodySimpson CRRS I Miss You
26 second ago"
Baru beberapa detik yang lalu dia tweet-kan.
"C-R-R-S.. Apa si, CRRS.. Hmmm," Rachel menopang dagunya menggunakan tangan kiri dan terus menatap layar notebook. "CRRS = Cody Robert R Simpson.. Apa maksudnya?? Apa Cody memiliki 2 nama tengah?" Gadis itu bertanya-tanya dalam hati
Di sisi lain
"CRRS, Cody Robert.." Cody mengeja huruf-huruf tersebut dengan berbisik
"Cody Robert..." Rachel kembali mengeja huruf ejaan tersebut
"Rachel Simpson" lanjut Cody, kali ini dia tersenyum manis di depan layar iPhonenya, lalu menulis tweet terakhir sebelum dia off
"R nya apa yaaaaa?" Rachel berfikir dan terus berfikir, muncul lagi tweet dari Cody
"TheCodySimpson okay, back to studio w/ @jessicajarrel #blam!
2 minutes ago"
------------
Justin bernyanyi-nyanyi kecil di depan sebuah pintu. Dia memasang earphone pada telinganya yang satu lagi lalu bermain drum dengan tangan dipangkuannya.
"Justin" panggil seorang gadis dari arah belakang, Namun Justin tidak menggubrisnya dia mengeluarkan iPhonenya untuk memindahkan lagu. Gadis itu menggelengkan kepalanya, lalu melepas kedua earphone Justin
"Hey! That's not fun..." Justin menoleh kebelakang, di belakang tampak di belakangnya gadis berambut hitam yang bersandar di bingkai pintu dengan kedua tangan melipat di depan dada, Justin tersenyum dengan wajah tanpa dosa
"Sibuk?" Tanya Gadis itu
"Tidaak.. Aku cuma mendengarkan lagu" Jelas Justin dia bangkit dari tempatnya duduk barusan
"Ya sudah.. Aku sudah selesai, next destination?"
"Eem... Come on time to lunch" Justin menarik tangan gadis itu pelan dan membawanya ke satu tempat
"Where do we go now?"
"Eeem... Nice place to lunch, any suggestions?" Tanya Justin
Gadis itu menggeleng "no.. Up to you" lanjutnya
"ok, then we eat at the zoo" jawab Justin asal
"You're crazy! might as well eat at home to alligator" sahut gadis itu kesal
"I'm sorry Sel, endless ... eeem, what if the Japanese restaurant?" Justin coba memberikan usul
"Not bad" jawab Selena
"Okay, Leggo!"
------------------
Tak terasa ternyata jumlah seluruh ketikan Rachel sudah mendekati jumlah halaman ideal untuk di jadikan buku. Dan pagi ini, gadis asia itu duduk di cafe depan hotel dengan pemandangan negri dongeng khas Belanda dan merancang cover bukunya dan menentukan judul. Chase tak bisa menemaninya pagi itu, lelaki itu masih tertidur di peraduannya.
"Hmmm.... Apa judulnya, lagipula, tinggal 6 negara lagi lalu aku akan kuliah, seperti kata ayah.. Aaaah~ kenapa harus berakhir kegiatanku menjadi Back Packer 1 tahun 3 bulan itu sebentar" keluh Rachel sambil terus memandangi layar notebook birunya itu.
"6 negara lagi" lirihnya "aku masih betah hidup dengan cara seperti ini, tapi pendidikan juga penting... " Dia mengedarkan pandanganmu. Datang seorang anak kecil yang menggunakan kemeja kotak-kotak warna coklat,jaket warna hitam, jeans panjang, dia sungguh manis dan sopan. Rachel tersenyum memandangnya, anak itu juga tak sengaja memandang Rachel lalu membalas senyumannya dan menganggukan kepalanya, Rachel membalasnya.
"Ya ampuun.... Dia manis sekali... Seandainya dia adikku pasti aku akan jadi kaka yang paling bahagia di dunia ini" Rachel bersandar di tempat duduknya. Lalu kembali fokus memikirkan judul dan desain cover
"Maaf, bisa saya duduk disini?" Terdengar sebuah suara, Rachel mengangkat kepalanya
------------------
"Cody!! Sampai kapan kamu mau begini???" Hardik Alli
"Sampai aku puas" jawab kakanya asal
Cody memang sejak tadi berdiam di kamar mandi berbaring di bathub dengan keran air panas masih menyala
"Cody Robert Simpson!!! Cepat sedikit!! Aku harus ke pastry hari ini!!" Kesabaran adiknya sudah habis dia menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan kasar
"Ada apa sayang?" Sahut ibu Alli dari dapur yang mulai terganggu dengan omelan Alli
"Manusia yang ada di kamar mandi ini, tak kunjung keluar juga mom, sepertinya dia sengaja" jawab Alli, dengan tatapan berharap mamanya mau membantu membuat kakanya itu keluar dari kamar mandi
"Ya ! Aku memang sengaja" sahut Cody dari kamar mandi
"Kakaaaaaa!!!" Jerit Alli
"Cody, adikmu bisa terlambat sayang, keluarlah... Kamu juga bisa sakit jika berdiam di bathub seperti itu" sambung ibunya lembut dia mengetuk pintu kamar mandi pelan
"Baiklah ma" sahut Cody setengah berteriak. Suara air dari keran tak lagi berbunyi, Cody segera memakai bajunya dan mengalungkan handuk berwarna hijaunya itu di lehernya, rambutnya masih sangat basah -- wajarlah baru mandi. Dia membuka pintu kamar mandi perlahan
"Fiiuuh~ keluar juga kau manusia ikan" ledek Alli
"Ya sudah aku masuk lagi" Cody memasang ancang-ancang menutup pintu
"Eeeiit, aku sudah telat!" Alli menerobos masuk lalu mendorong kakanya keluar dan mengunci pintu kamar mandi dari dalam
Ibu mereka berdua hanya tersenyum melihat tingkah mereka, dia membelai kepala Cody yang terasa hangat
"Kamu sakit nak?" Tanyanya
"Tidak ma.. Tadi aku berendam di air panas jadi badanku agak hangat" jelas Cody "aku kekamar ya"
"Ya, ingat nanti malam kita berangkat ke California" kata ibu Cody, Cody terlihat mengacungkan jempolnya sebelum masuk ke kamar.
-------------
Cika kembali mengaduk-aduk capuchinonya dengan perlahan, dia tampaknya sangat bosan. Wajarlah, Sudah lama Greyson tak menghubunginya lagi semenjak e-mail tadi malam yang sampai ke ponselnya. Dia menghela nafas dan menatap ke jalanan yang becek karena saalju mulai meleleh.
"Musim semi sebentar lagi... Dan aku tetap saja seperti dulu.. Ditinggal Grey.. Nasib-nasib" suara Cika terdengar agak serak, gadis cantik itu memang sedang tidak enak badan sejak kemarin.
"Mana nadya tak kirim pesan sama sekali... Sibuk pacaran kali ya" Cika mengecek ponselnya yang tak kunjung berdering sejak tadi itu dia meletakan ponselnya ke atas meja lalu membaringkan kepalanya.
"Sepi" lirihnya
---------------
"Cika pasti mati kebosanan tanpa Grey, tapi... Aku sendiri juga belum boleh meninggalkan rumah.. HP pun rusak! Aah... Nasibku memang selalu jelek" Nadya terduduk di atas kasurnya, dia duduk agak ke tengah tak berapa lama dia mendengar pintu kamarnya di ketuk. Segera ia bergegas membukakan pintu
"Mama?" Katanya
"Ayo... Turun, temani mama berbelanja" ajak seorang wanita yang berwajah mirip dengan Nadya
"Oke.. Aku siap-siap dulu" Nadya menutup pintu kamarnya, lalu mendekati lemari pakaian di ujung kamarnya. Siang itu dia memakai kaus tangan panjang warna putih, jaket tipis berbahan kaus warna biru muda, jeans diatas lutut, dan sepatu kets rambutnya, ia kuncir satu kebelakang.
"Maa, aku sudah siap, jadi tidak?"
"Jadi.. Ayo"
------------------
Anak yang Rachel lihat dan kagumi kini ada didepannya, berharap Rachel mengizinkan dia duduk di kursi kosong di sebrangnya.
"Bisakah?" Tanyanya sopan, senyuman harap mengembang di bibirnya, Rachel mengangguk.
"Thank you" sahutnya, diapun duduk di sebrang kursi Rachel. Kini hanya meja bulat ukuran kecil yang membatasi mereka berdua.
"Dia tampan" ucap Rachel dalam hati, anak itu mengangkat kepalanya dan menatap mata Rachel, kalian beradu pandang
"Oi! Richard! Ayoo..." Ajak salah seorang temannya dari jauh, salah satu diantara mereka ada yang membawa bola basket, kamu mengalihkan pandanganmu ke arah 3 orang anak itu.
"Tidak... Aku mau sarapan dulu... Nanti menyusul" jawab anak yang ada didepan Rachel, sekarang dia tau anak itu bernama Richard
"Boleh aku tau siapa namamu?" Richard mengalihkan pandangannya ke arah Rachel yang kembali memperhatikan layar notebook, dia mengangkat kepalanya dan menatap mata Richard yang terlihat berwarna abu-abu itu
---------------
"Enak?" Tanya Justin
"Enak... Kukira Suzhi itu rasanya amis.. Ternyata sangat enak" jawab Selena dia melap sekitar bibirnya menggunakan tisu, Justin tersenyum lalu mengelus pipi Selena lembut
"Aku tak tau bagaimana perasaanmu saat tau aku sudah berubah sekarang" kata Justin, tentu saja kalimat itu dia ucapkan dalam hatinya, Selena tersenyum lalu mengenggam tangan Justin.
"Kamu jangan genit" katanya setengah berbisik
"Biar saja" komntar Justin dengan wajah datar
"Aku ke toilet dulu ya" Selena mengambil ponselnya yang ternyata tertukar dengan milik Justin dan membawanya pergi, Justin juga tidak menyadari hal itu.
"Oh ya, tadi kalau tidak salah Jasmine mengirimiku e-mail mana ya?" Ucap Selena saat sudah agak jauh dari tempat duduk Justin. Dia membuka kunci iPhone tersebut dan melihat wallpappernya
"Lo? Siapa ini?" Tanyanya dalam hati saat melihat wallpapper bergambar jalanan yang disisinya dikelilingi pohon sakura dan seorang gadis memakai mantel putih berdiri membelakangi kamera -- sebenarnya gadis itu kamu Justin mengambilnya saat melihatmu di Jepang dalam perjalanannya menuju Tokyo tower --. "Rasanya.. Ini bukan milikku, pasti tertukar dengan Justin" lanjut Selena
----------
Jam 10 pagi waktu Belanda, Greyson masih terlelap di balik selimutnya, kemarin memang hari yang benar-benar melelahkan baginya dan semua kru.
"Greyson!!! Ayoo bangun!!!" Terdengar suara ketukan pintu dan suara seseorang dibaliknya
"Hmmmh" Greyson membuka matanya, dan menoleh ke arah pintu "siapa?"
"Ini aku Shilla... Buka pintunya!" Ucap orang di balik pintu itu
"Buka saja tak dikunci" jawab Greyson, dia kembali menutupi wajahnya dengan selimut
"Dikunci bodoh!" Sahut Shilla lagi
Dengan malas Greyson bangun dari kasurnya dan berjalan mendekati pintu lalu membuka kuncinya
"Ya ampun..." Komentar Shilla saat melihat Greyson masih menggunakan piyama dan rambut agak berantakan "kamu baru bangun??" Lanjutnya
"Seperti yang kau lihat" Greyson menggaruk bagian belakang telinganya, Shilla menggelengkan kepalanya. "Cepat mandi dan ganti baju, kita sarapan di bawah" ucap Shilla
"Malaas"
"Terserahlah, jangan salahkan aku bila Miranda mengamuk nanti" ancam Shilla
"Ya sudah" Greyson berkomentar pendek lalu menutup pintunya
-------------
Nadya mendorong troli tempat menaruh belanjaan itu perlahan melintasi rak camilan dia memperhatikannya satu per satu. Tak ada satupun yang menarik perhatiannya, sama sekali tak ada. Tak lama ibunya memanggil daari ujung lain rak camilan tersebut, Nadya menoleh lalu mengarahkan troli itu ke arah ibunya
"Ada apa ma?" Tanya Nadya
"Ini ibu Danor" sahut ibunya, Nadya menoleh, itu memang ibu Yair dia tersenyum manis ke arah Nadya, gadis itu tentu membalasnya
"Tante.. Tumben kemari" sapa Nadya
"Ya.. Biasa Yair dia mau membeli sesuatu katanya" jawab Mrs. Danor, Nadya mengangguk
"Sekarang Yairnya mana?" Tanya Nadya
"Entahlah, tadi dia disana" ibu Yair menunjuk rak yang menjual coklat
"Ma, aku kesana" Nadya menatap ibunya, wanita itu mengangguk
Nadya berlari kecil menuju rak tempat coklat itu, memang Yair ada disana.
"Nadya, ini... Dariku... Kuharap kau... Aarrrgghh!! Bodoh!" Yair mengomel-ngomel sendiri di balik rak besar di belakang. Nadya tersenyum jail lalu mendekati rak itu perlahan-lahan
"Nadya, ini ada coklat dariku... Aku tau kamu suka coklat.. Jadi.. Eeem, Nadya?" Yair menggerakan tangannya seolah-olah Nadya ada dihadapannya, dia mengahadap belakang untuk berpikir. Sekarang Nadya ada didepannya.
"Nadya ini coklat untuk....." Ucapan Yair terhenti, dia terkejut karena gadis yang akan dia hadiahkan coklat sudah ada didepannya. "Nadya?" Katanya setengah berteriak
"Itu untukku?" Goda Nadya
"Bu...bukan, untuk,untuk, untuk ibuku.." Sanggah Yair dia menggaruk pipinya
"Setauku ibumu bukan bernama Nadya" Nadya menatap Yair senyuman jail semakin mengembang di wajah manisnya
"Su...sudah kubilang, untuk ibuku.. Hanya saja aku pinjam namamu" Yair membuat alasan yang 'cukup tidak masuk akal'.
"Dasaaar~" Nadya mencubit kedua pipi Yair karena gemas pipi Yair memerah.
------------
"Aku? Namaku Rachel" jawab Rachel dia tersenyum tipis
"Rachel?? Kau bukan orang sini?" Tanya Richard lagi
"Begitulah.." Jawab Rachel singkat, Richard menganggukan kepalanya
"Kenalkan aku Richard Gospelben salam kenal" Richard mengulurkan tangannya, dengan agak ragu-ragu Rachel menyambutnya. "Rachel, Rachel Amanda" jawabnya. Angin lembut yang berhembus dari jalanan dan melewati bagian jendela yang terbuka sedikit menerbangkan poni Rachel, dia terlihat semakin manis.
"Kau cantik" puji Richard
"Thanks, oh ya, berapa usiamu?" Tanya Rachel sebenarnya dia keceplosan. Richard tersenyum menahan geli, sementara Rachel menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
"Usiaku 16 tahun.. Kenapa?" Jawab Richard senyuman tetap mengembang di wajahnya
"Ti..tidak.. Tidak ada, hanya menanyakan pertanyaan bodoh" ungkap Rachel malu-malu
"Besok kita bertemu di taman kota ya.. Hanya 250 meter dari sini, kau hanya perlu lurus lalu belok kiri. Aku menunggu disana" Richard mengeluarkan sebuah kertas yang sudah di coreti dan membentuk sebuah peta. Tulisannya benar-benar rapi
"Besok?? Oke," Rachel mengkonfirmasi undangan Richard
"Baiklah, aku pergi dulu.. Ah, ini bunga lily untukmu, masih segar" kata Richard dia mencabut satu tangkai bunga lily dari vas di sisi kursinya lalu memberikannya pada Rachel, dengan senyuman manisnya. Dia mengambil satu bungkus roti yang dibawa pelayan dan memberikan uangnya lalu melangkah pergi.
Rachel menatap bunga Lily itu lalu memandang punggung Richard yang semakin menjauh. Dia tersenyum sambil mengirup wangi yang lembut dan lembab dari bunga Lily segar itu.
"Dia romantis " lirih Rachel
No comments:
Post a Comment