Saturday, April 30, 2011

Packed for Love (15)

"Rachel sekarang sedang apa ya?" Ucap Cody dalam hati, kini dia dalam perjalanan menuju California dengan produsernya Shawn Campbell

"Kau bengong saja sejak tadi, apa yang kau pikirkan?" Shawn menoleh ke arah Cody yang sedang melamun, spontan Cody menoleh.
"Ti...tidak ada, hanya.. Lupakan" jawab Cody agak terbata
"Memikirkan wanita?" Goda Shawn, Gotcha! Wajah Cody memerah seperti kepiting rebus
"Bu...bukan" bantah Cody dia menatap keluar jendela guna menutupi wajahnya yang memerah
"Jangan berbohong sobat, aku tau itu" Shawn tersenyum geli melihat tingkah bocah Australia yang duduk di sebelahnya itu.

----------------

Sementara itu di restoran yang letaknya di dekat lobby hotel.


"Chase! Kau ada ide?" Tanya Rachel
"Ide apa?" Tanya Chase balik dengan wajah polos
"Judul...."
"Oooh... Kenapa sudah memikirkan judul lagi? Bukunya mau selesai?" Chase duduk di sebelahmu di tangannya sudah terdapat dua gelas jus jeruk. Satu ia berikan pada Rachel yang tengah berpikir keras
"Sebentar lagi selesai.. Oh ya, minggu depan kita ke Swedia ya??"
"Ngapain ke Swedia? Kamu kan sudah pernah kesana" Chase mengangkat sebelah alisnya
"kalau begitu Belgia saja.. Dekat ini" Rachel menjulurkan lidahnya
"Ga konsisten.." Komentar Chase

Rachel tertawa kecil dia meminum jus jeruknya lalu menatap Chase nampaknya gadis ini memiliki sebuah ide yang agak gila.

"Apa?" Chase merasa risih dengan tingkah Rachel
"Tak adaaa..." Rachel mengalihkan pandangannya "hanya sajaa.. Kamu kan jago dalam desain grafis jadi..." Ucapan Rachel terpotong
"Bisa buatkan untukku desain covernya?" Chase berlagak meniru suara perempuan, dia memang sudah tau apa yang akan diminta Rachel.
"Tau aja" Rachel menyenggol Chase sambil tersenyum manja
"Nanti saja! Tulis saja dulu lanjutannya, dan judulnya, baru kudesain covernya" ujar Chase
"Okke bos!"

--------------------

Malam terasa begitu lambat terlewati, Rachel dan Chase mempersiapkan diri untuk berangkat ke kawasan Belgia. Kebetulan, memang Justin juga akan ke Belgia ada yang harus diurus disana

"Aku baru tau kalau sebentar lagi kau akan kuliah" sahut Chase

"Ya, dan kegiatanku menjadi backpacker akan selesai begitu saja... Jujur, aku tak rela" keluh Rachel

"Sabar,sabar... Masih ada waktu setelah kau selesai kuliah" ujar Chase, Rachel menoleh kearahnya dan tersenyum. Pemuda berlesung pipit ini juga membalas senyumannya.

"Di Belgia jarang terdapat sungai ya...." Ucap Rachel tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangan dari layar notebook
"Memangnya kenapa?" Tanya Chase "sedikit kecewa" Rachel memberikan jawaban singkat.

Jam menunjukan pukul 11:30 pm, Chase memutuskan untuk kembali ke kamarnya, Rachel juga sudah bersiap untuk tidur karena besok harus bertemu dengan Richard Miguille.

------------

"Kau akan ke Belgia Justin?" Tanya Chris saat Justin menyempatkan beradu skill bermain Xbox
"Begitulah" jawab Justin yang serius bermain
"Bawa oleh-oleh ya" nada bicara Chris sekarang terdengar sedikit menggoda, Justin tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Tenang saja akan kubawakan kerikil dari sana" celetuk Justin
"Kerikil??? Depan rumah juga banyak!" Jawab Chris
"Eeeh.... Kerikil Belgia beda tau!"
"Sama aja!"
"Beda!"
"Sama!"

"Berisiiiiiiiikkk!!! Ngerti ga si orang lagi pusing" protes seseorang dari arah belakang, permainan terhenti Justin dan Chris menoleh kebelakang, ada Chaz disana.

"Kenapa kau?" Tanya Chris saat melihat wajah Chaz yang kusut
"Berantem" jawab Chaz singkat, Justin mengerutkan alisnya tak mengerti
"Sama calon istri berantem mulu" celetuk Caitlin dengan dua buah gelas jus di tangannya, satu dia berikan pada Chris
"Calon istri?" Justin semakin tak mengerti kemana arah pembicaraan ini
"Charles Somerz ini sedang bertengkar dengan pacarnya" ledek Chris, Chaz melempar popcorn kekepala Chris "enak saja" protesnya
"Aku tidak mengerti" ucap Justin singkat
"Kalau tak mengerti diam saja" jawab Chaz ketus. Justin menggelengkan kepalanya, dia beranjak dari ruang TV dan mendekati kamar 2 adiknya yang disatukan yep, kamar Jazzy dan Jaxon

"Mereka sedang tidur, jangan diganggu" bisik Caitlin tepat di telinga Justin
"Ya aku tau itu, aku hanya ingin mengintip" sahut Justin, dia membuka pintu kamar berwarna putih itu perlahan, terlihat 2 adiknya tertidur dalam kasur yang sama terlihat begitu manis. Justin tersenyum,

"Jazzy tumbuh sangat cepat begitu juga Jaxon, tak sabar rasanya ingin segera bermain dengan mereka" ujar Justin, Caitlin tersenyum
"Dasar kaka yang tidak sabaran" balas Gadis cantik pemilik nama tengah Victoria ini.

--------------------

Justin berjalan-jalan di sebuah taman dekat dengan rumahnya bersama dengan Caitlin, langit sudah berubah warna menjadi warna ungu dan matahari sedikit-sedikit mulai terbenam meninggalkan sedikit cahaya yang terlihat kuning di atas langit. Justin menikmati pemandangan itu semua, dia menengadahkan kepalanya ke atas, sementara Caitlin memerhatikan bebatuan dan tanah yang ia pijaki bersama Justin di taman itu.

"Rasanya baru kemarin aku memanggilmu Shawty, sekarang umurku akan genap 17 tahun" ujar Justin memecah keheningan
"Kau berniat merayakannya?" Tanya Caitlin
"Sepertinya iya, tapi tidak disini... Terlalu banyak paparazzi" jawab Justin
"Tentu saja, jadi?? Dimana kau akan merayakannya?" Tanya Caitlin lagi, dia menaikan resleting jaketnya
"Entahlah, yang jelas di tempat dimana aku,mama dan Selena bisa menghabiskan waktu bersama" jawab Justin singkat, dia tersenyum tipis dengan mata masih tertuju ke atas langit
"Boleh aku, Ryan, Chris dan Chaz juga kekasihnya bergabung nanti?" Goda Caitlin
"Pasti" Justin menoleh dan mengatakan kata 'pasti' dengan begitu yakin seperti dia takkan menarik ucapannya itu.
"Lalu? Rachel itu, boleh dia juga bergabung dalam pestamu?"

Raut wajah Justin berubah, dia menghentikan langkahnya, sekarang Caitlin berjarak 5 langkah dari Justin. Gadis itu menoleh dan melihat Justin yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu

"apa ucapanku salah?" Tanya Caitlin, Justin menoleh wajahnya tetap tertunduk. Caitlin mendekati Justin
"Butuh pelukan?" Tawarnya,tanpa basa-basi dan anggukan Justin memeluk Caitlin. Gadis itu tau, jika dia baru saja mengingatkan Justin pada rasa rindu yang dia rasakan untuk orang bernama Rachel Amanda.

--------------

Justin menatap wallpapper macnya dengan pandangan kosong.

Sebuah gambar berlatarkan pantai dalam keadaan sunset, dan ombak yang masih membelai lembut pasir putih itu duduk dua orang. Satu orang pria yang sebenarnya itu adalah Justin dan seorang gadis disampingnya,dia Selena. Justin mengklik sebuah folder lalu muncul sebuah bar dimana dia harus memasukan code. Selesai memasukan Code Justin masuk ke dalam folder tak berjudul itu dan membuka sebuah ketikan yang ia simpan. Itu adalah ketikanmu disaat kamu belum mengubah dan menyamarkan nama Justin menjadi Rio. Justin membaca ketikan itu.

"Ternyata imejku seperti ini ya.." Katanya dalam hati


"Jutsy!!!! Dinner time!!!" Jazzy mengetuk pintu kamar Justin suara anak-anaknya terdengar jelas dari balik pintu
"Oke, Wait a minute" jawab Justin, dia mematikan macnya lalu membuka pintu. Dia langsung menggendong Jazzy dan membawanya ke lantai bawah. Terlihat semuanya sudah berkumpul di meja makan.

Justin mendudukan Jazzy di kursinya, lalu berjalan mendekati Jaxon yang terlihat bersemangat mengetahui kakanya itu mendekatinya.

"Hei tampan" sapa Justin, dia memainkan pipi Jaxon yang chubby
"Tata" jawab Jaxon,'tata' entah kenapa kata dalam B.Indonesia yang berarti 'kakak' selalu Jaxon ucapkan saat melihat Justin. Padahal, tak ada yang mengajarkan dia mengucapkan kata itu.

-------------

Pagi cerah di kota Zwolle, Belanda.

Seorang gadis memakai dress biru selutut tangan diaatas sikut, legging hitam, sandal gladiator warna putih, memiliki rambut bergelombang berwarna agak kecoklatan, dia Rachel. Dia tampak sangat manis dengan penampilan feminin seperti itu. Dia mengikuti jalan setapak menuju sebuah danau buatan -- kolam ikan -- di dekat sana dengan terus memegang sebuah kertas putih yang diatasnya terdapat sebuah gambar peta yang dibuat Richard kemarin.

"Disini?" Katanya pelan dia melihat sekeliling, tak ada tanda-tanda seseorang akan kemari, di dekat sebuah kursi yang terbuat besi terdapat 3 buah balon gas berwarna Hijau,biru dan merah muda terikat disana.

"Siapa yang menaruh balon disana?" Tanya Rachel, dia berjalan mendekati balon itu.

"Aku" terdengar sebuah suara, Rachel membalikkan badannya, seorang pemuda berambut coklat kopi berponi, bermata abu-abu ah, tidak bukan abu-abu kali ini matanya berwarna biru terang. Dia tampak manis dan terlihat seperti anak-anak dengan kaus polo warna biru, jeans panjang, dan sneakers. Dia membawa satu balon berwarna biru tua, lalu diikatkannya ke sandaran tangan kursi besi itu. Rachel mengangkat sebelah alisnya

"Sedang apa kau?" Tanya Rachel
"Aku? Tidak ada... Hanya saja, ada yang harus kau lakukan pada balon-balon ini nanti" jawab laki-laki itu

Rachel menganggukan kepalanya berpura-pura mengerti padahal tidak sama sekali.

----------

"What are you looking at?" Tanya Cody pada salah satu sahabatnya, Gill namanya
"Nothing" jawab orang itu
"Cody!! Dipanggil Shawn" panggil Nuchan dari arah luar. Cody menoleh ke arah jendela, gadis berjilbab itu ada disana. Cody mengangguk, lalu meninggalkan Gill

----------

"Justin, kenalkan ini 2 orang partner dalam video klipmu nanti" ujar Carin, dia membawa masuk 2 gadis cantik dari Philadelphia. Justin tersenyum lalu bangkit dari tempat duduknya

"Justin" sahut Justin, dia menjabat tangan seorang gadis berambut coklat muda
"Alexandria Ginafa, panggil saja Alex" jawabnya sambil tersenyum
"Salam kenal" ucap Justin lagi, dia beralih ke arah teman Alex
"Aku Justin" Justin merendahkan suaranya sehingga terdengar seperti menggoda
"Sari" jawab gadis asia itu singkat, dia tersenyum
"Senyumanmu sungguh menawan" Justin mencium punggung tangan Sari. Tentu saja gadis itu kaget bukan main
"Te...terima kasih" jawabnya terbata "tapi.. Bukan mukhrim" Sari segera menarik tangannya

-----------

♪ So Girl, what I gotta do to make you see I mean what I say to you. I'll send you a picture, let you know I miss ya! Girl, send me a kiss, I can't wait to see ya! ♪

Suara merdu Yair seperti diterbangkan angin musim semi yang berhembus di pinggiran sungai Albama. Valentine memang sudah lewat, tapi bukan berarti waktu untuk Yair menunjukkan cintanya pada Nadya berhenti begitu saja. Getaran senar gitar memecahkan keheningan di dekat sungai itu, Nadya juga mendengarkan dengan serius, senyuman terus mengembang di wajahnya

♪ every minute, every second, every hour of the day IYIYI every hour the day IYIYI every time that I'm away IYIYI missing you, missing you. Every moment, that is stolen and never can be replaced IYIYI even if It's for a day IYIYI I'm a text you up to say IYIYI missing you,missing you ♪

Nyanyian berakhir, Nadya memberikan tepuk tangan yang sangat keras untuk Yair.

"Tak kusangka kau hafal lagu itu" ucap Nadya
"Meledek nih" sahut Yair
"Oh ya, kemarin coklat yang katanya 'untuk ibu' itu enak lo" ucap Nadya lagi, Yair menggaruk bagian belakang telinganya
"Thanks"
"Seandainya buatan sendiri, pasti akan lebih spesial lagi"
"Oke, besok akan kubuat coklat" ujar Yair kelihatannya dia tertantang dengan ucapan Nadya tadi

------------

"Ko, Rachel tak membalas e-mail ku ya?" Ucap Sari di studio Justin. Justin yang kebetulan ada di sebelahnya, menoleh mendengar nama 'Rachel'
"Apa yang kau maksud Rachel Amanda si Back Packer?" Tanya Justin raut wajahnya berubah, dia tak menyadari bahwa Carin tersenyum melihat tingkahnya
"Iya... Kenapa? Kau mengenalnya" sahut Alex
"Ya, aku mengenalnya.. Kalian juga?" Tanya Justin lagi
"Kami sahabat" jawab Alex dan Sari bersamaan
"Aku boleh minta biodatanya??" Pinta Justin dia menatap Alex dan Sari bergantian

Sari menatap Alex meminta pendapat gadis Rusia itu, dia memberi sinyal agar kertas biodata yang pernah Rachel berikan pada mereka di perlihatkan pada Justin.

"Ini" Sari memberikan selembar kertas ketikan

"Darimana kalian dapat ini?" Tanya Justin "mustahil jika dari orangnya"
"Memang bukan dari orangnya... Kami dapatkan itu dari sebuah file dari flash disk yang ditinggalkan Rachel" Sari juga menunjukkan flash disk berwarna biru tua itu.
"Boleh kupinjam?" Pinta Justin lagi

-------------

"Jujur aku bingung.... Sebenarnya warna matamu itu Biru terang seperti ini atau Abu-abu?" Tanyamu pada Richard
"Campuran.." Jawab Richard singkat dia tersenyum
"Maksudnyaa?"
"Iya... Ibuku memiliki mata abu-abu, ayahku biru terang.. Jadi disaat sinar biasa saja atau cenderung redup warna mataku akan terlihat abu-abu, tapi jika sinar terik seperti ini akan terlihat biru terang" jelas Richard lagi-lagi dia tersenyum
"Begitu... Dari nama belakangmu kelihatannya kau bukan aslBelanda ujar Rachel
"Memang bukan, aku berasal dari Australia tepatnya kota Gladstone" jawabnya
"Begitu... Orang Australia memang tampan-tampan dan bermata indah" sahutmu bermaksud memuji
"Thanks, gadis asia termasuk Indonesia juga manis-manis dan sopan" balas Richard
"Tidak semua" katamu cepat
"Aku tau... Tapi, kamu tipe gadis impianku ditambah lagi kau dari Asia, dan Indonesia"
"Darimana kau tau hal itu?"

----------

Sepulang dari studio, Justin segera masuk ke kamar dan membuka macnya, dan mencolokan flash disk biru tua itu. Dan membuka semua foldernya. Ada banyak hal tentang Rachel yang tak ia ketahui

"Ini pemberian Rachel, katanya ini data pribadi miliknya buatan ayahnya, kami pinjamkan padamu karena kau memohon jadi jangan salah sangka"

Kalimat itu masih terngiang di telinga Justin, kini dia tau hampir semua tentan Rachel mulai dari tempat favorit, saudara, nama kecil, teman-teman sejak SD, hobi, dan lain-lain semuanya bersifat universal dan Justin tidak membaca bagian-bagian yang dia anggap privasi karena dia masih menghormati sosok Rachel.

"Aku sudah seperti paparazzi saja" ucap Justin, senyuman manis mulai mengembang di wajahnya

"Justin..." Terdengar suara yang tak asing lagi dari telinga Justin, seorang gadis masuk ke dalam kamarnya. Tubuh Justin membeku melihatnya masuk. Siapa sebenarnya yang masuk itu?

No comments:

Post a Comment