Saturday, April 30, 2011

Packed for Love (17)

Malam ini benar-benar malam yang sunyi senyap semua diam dan hening seakan waktu sedang berhenti berputar. Hanya suara angin yang membelai jalanan dan gesekan daun sebuah pohon Ginko yang terdengar sesekali.

Tapi di tengah semua keheningan itu, terdengar sebuah melodi yang lembut dari arah sebuah ruangan, suara yang mampu memecahkan keheningan malam di Seoul.

♪ Because a girl like you is impossible to find
You’re impossible to find ♪

Lagu berjudul "Fall for You" itu terdengar sungguh lembut jika dinyanyikan olehnya dengan iringan sebuah piano ditambah suasana yang sangat mendukung seperti ini, jika saja ada seorang gadis di dekatnya maka senyuman bahagia akan mengembang di wajahnya.


"Kau belum tidur?" Tanya Maggie saat melihat Rachel masih membaca sebuah buku di temani cahaya temaram sebuah lampu tidur di kamar mereka berdua.
"Baru saja aku akan berbaring" jawab Rachel, dia menaruh pembatas buku di tengah-tengah buku lalu menutup buku itu
"When the Sky is Falling" Maggie membaca buku yang tadi dibaca Rachel, si empunya buku hanya tersenyum
"Kau membaca buku ini..... Lagi?" Maggie menatap Rachel lalu mengangkat buku itu "aku sudah lihat kau membaca buku ini hampir ratusan kali, dan kau tak pernah bosan???"
"Memang tak pernah bosan" jawab Rachel singkat "sudahlah, ini sudah larut.. Selamat malam" Rachel menarik selimutnya lalu mematikan lampu tidurnya

"Tunggu dulu" Maggie menyalakan lampu tidur lagi
"Ada apa?" Tanya Rachel
"Besok kita berangkat bersama" ujar Maggie, suaranya terdengar sangat pelan
"Oke" Rachel berniat mematikan lampu tidurnya tapi ditahan oleh Maggie "pagi-pagi" katanya lagi
"Iyaaaa" Rachel segera mematikan lampu tidurnya

----------------------

Lorong kampus Kyunghee terlihat lebih ramai dari sebelumnya, seperti seluruh siswanya yang mayoritas berkelakuan seperti binatang yang sulit diatur itu baru keluar dari kandangnya. Rachel masih sibuk dengan lokernya, menukar beberapa buku.

"Hay nona manis" sapa seseorang di balik pintu lokernya
"Ya?" Rachel menutup pintu lokernya lalu menguncinya, didapatinya seorang pemuda berambut hitam dia memegang sebuah mawar segar kelihatannya dia jauh lebih tua dari Rachel. "Ada apa ya?" Tambah Rachel mengetahui kata 'ya' tadi itu terdengar menggantung
"sinseonhan jangmiga dangsin-ui achim-eul hwan-yeonghabnida (mawar segar untuk menyambut pagimu)" katanya seraya menyodorkan sebuah bunga mawar merah yang masih segar dan lembab itu
"Gomawo" jawab Rachel dia menerima bunga mawar itu

"Pagi-pagi udah ngerayu aja! Minggir itu lokerku!" Sahut seseorang yang melemparkan bola basket ke orang yang memberikan Rachel bunga tadi
"Biasa dong" protesnya
"Dicari Hee Chul ditaman tuh, cepet kesana" lanjut orang itu dia sibuk membuka lokernya
"Iya,iya, eh.. Ini bukumu, tulisanmu tetap jelek seperti dulu" ejeknya
"Waeyo!! Ngajak perang kau"

Orang tadi langsung berlari kabur sambil membawa bola basket tadi, Rachel terlihat menahan tawa sejak tadi

"Maafkan orang gila itu" kata laki-laki tadi
"Ya.. Sudah kumaafkan, siapa dia? Kelihatannya bukan angkatan baru" ucap Rachel dia menelisik ke bagian lorong yang dilewati pemuda tadi
"Dia Eun Hyuk temanku, si playboy cap kacang semester 5" jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari loker
"Ooh.. Hahaha dia lucu, katakan padanya aku sangat berterima kasih untuk mawarnya" ujar Rachel dia kembali menghirup wangi mawar itu, laki-laki tadi menoleh ke arah Rachel lalu tersenyum
"Aku Yesung, siapa namamu?" Tanyanya sambil mngulurkan tangan kanannya
"Rachel-nida" jawab Rachel singkat "aku harus ke kelas.. Sampai jumpa Yesung" Rachel melangkah pergi

"Dia unik" ucap Yesung pelan dia juga meninggalkan tempat itu setelah mengunci lokernya

-----------------

Terlihat Justin dan Chaz yang sedang bercanda di depan pintu kelas, Justin menyandarkan tubuhnya di bingkai pintu. Tiba-tiba entah pensil atau pulpen yang dilemparkan ke arahnya tak berhasil dia tangkap

"Pagi Ryan" sapamu saat akan memasuki kelas "Pagi Justin"
"Pagi cantik" Goda Ryan
"Aaaaaaaaaawwww!!! WOI!!! TANGAN GUA!!!!" Jerit Justin, Chaz mengangkat kakinya yang ternyata tak sengaja menginjak tangan Justin
"Pantesan empuk.. Hehe sorry" ujar Chaz di akhiri sebuah senyuman tanpa dosa. Justin mengibas-ngibaskan tangannya.
"Sakit tau" ucap Justin dia menatap Chaz tajam seolah tidak terima tangannya baru saja diinjak
"Mianhe~" ucap Chaz lagi dia meminta maaf menggunakan bahasa Korea

" dangsin-eul-wihan byeonmyeong (tak ada maaf bagimu)" balas Justin, dia melangkah masuk berbarengan dengan Rachel yang akan masuk ke kelas, tak sengaja punggung tangan mereka bersentuhan saat memasuki pintu kelas yang memang sempit itu -- jika dimasuki 2 orang --

"Ladies first" ucap Justin dia bergaya layaknya seorang prajurit yang mempersilahkan seorang ratu masuk ke ruang makan malam dalam sebuah pesta. Rachel tersenyum lalu melangkah masuk

"Wah,wah, si Playboy beraksi" kata Chaz dia menyerobot Justin dan belari masuk ke kelas. Justin melemparkan pulpen yang dia pegang dan strike! Mengenai kepala Chaz
"Rasakan itu!" Ucapnya di akhiri senyum kemenangan. Seisi kelas tentu mentertawakan tingkah 2 badut kelas yang tak penah akur sejak Semester 1 ini

------------------

"Still remember me?"

Dia berubah, benar-benar berubah.. Tak seperti dulu pipinya yang selalu memerah saat dipuji tapi lihat dia sekarang! Dia tinggi, rambut coklat tuanya terlihat lebih keren dengan model rambutnya yang sekarang, dan yang paling penting dia sudah dewasa sekarang.

"Yes, I'll always remember you, Grey" Cika memeluk Greyson, sosok yang sudah lama tak bertemu dengannya itu

"Kau berubah" ucap Grey di tengah-tengah makan siangnya dengan Cika "lebih Glamour"
"Oh ya? Trims" sahut Cika

"What The?!?! Alli!!!!!!!!" Jerit Cody dari arah kamarnya
"Seragamku mana????" Lanjutnya begitu mengetahui seragam sekolahnya lenyap dari belakang pintu kamar "aku telaaat!" Lanjutnya lagi. Dia berjalan keluar kamar dan menemui adiknya di meja makan.

"Cody.. Pakai bajumu" ucap Ayahnya saat melihat Cody hanya memakai handuk yang dilitkan di pinggangnya
"Seragamku, dimana seragamku, Alli!" Cody tak mau berbasa-basi dia menunjuk Alli
"Di sana" Alli menunjuk sebuah pintu, pintu kamar mandi " tadi kaka sendiri yang menaruhnya disana" Tom adik bungsu Cody angkat bicara "benarkah?" Cody menggaruk kepalanya walau tidak gatal
"Tadi mama juga lihat kau menaruh seragamku disana" Tante Anggie meyakinkan putra sulungnya itu
"Hahahahaha! Bodohnya aku!" Cody menepuk keningnya lalu mengambil seragam berkemeja putih dan bercelana panjang berwarna Biru tua kotak-kotak.

Ternyata, tak hanya Justin yang rehat dari kegiatan artisnya dan memilih sekolah. Codypun begitu, Simpson sekeluarga kembali ke Goal Coast, Australia dan mendaftarkan Alli, Cody, dan Tom di sekolah swasta bertingkat -- bukan lantainya yang bertingkat maksudnya itu ada SD, SMP, dan SMA dalam satu nama sekolah dan alamat --.

--------------------

Getaran senar gitar terdengar jelas dari ruangan kelas musik modern. Di kelas itu memang sedang ada acara Akustikan yang dibuat sendiri oleh siswa-siswanya tanpa perintah dari dosen manapun.

"Ayo Justin, giliranmu" Chaz memberikan gitar akustik pada Justin. Justinpun menerimanya

"Lagu apa?" Tanya Justin, dia duduk di atas meja dengan gitar dipangkuannya
"Oppa, nyanyikan lagu Baby" pinta salah seorang gadis
"Mmm... Boleh" Justin menerima permintaan gadis itu "spesial untukmu Shawty" lanjut Justin dia mengedipkan sebelah matanya ke arah Rachel bukan gadis itu. Rachel yang melihat Justin seperti itu, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya dia naksir padamu" ucap Maggie yang memang satu kelas dengan Rachel
"Impossible" ucap Rachel dia kembali membaca buku 'When the sky is falling' karaya seorang pria menakjubkan bernama Richard Migguille.

*Rachel POV*

Dia (Richard) orang yang berhasil mencuri perhatianku sejak pertama kali bertemu. Setiap mengingatnya selalu saja ada rasa dimana aku ingin memiliki pria asal Australia itu. Dia juga punya banyak kesamaan dengan Cody entah karena mereka tinggal di negara yang sama atau.... Yah, entahlah.

Dan pertemuanku dengannya di Belgia saat itu merupakan pertemuan spesial, sangat spesial. Kenapa? Karena setelah itu seminggu setelah itu disaat aku harus terjebak di sebuah gubuk bersama Justin di perbatasan Belgia dan Belanda aku dengar dia meninggal dunia. Aku sendiri tidak tau apa sebabnya, tak ada juga yang memberi tauku kenapa. Dan beberapa bulan yang lalu di depan apartemenku dan Maggie datanglah paket buku ini. Buku yang masih tercium wangi bunga melati ini. Buku yang sempat Richard terbitkan.

Dia benar-benar penulis hebat! Aku kagum pada setiap kata dan kalimat yang dia tumpahkan kedalam buku bersampul angkasa lepas ini, buku yang bercerita tentang petualangan 3 orang sahabat yang memiliki impian untuk menyentuh angkasa luas dan membawa pulang satu bintang dari ruang angkasa. Dan harus berakhir dimana salah satu dari mereka harus berhenti mengejar impiannya karena dia tenggelam dalam tekanan orang tuanya lalu akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. 2 orang sisanya akhirnya membuat sebuah tangga yang sangat panjang mereka berharap dengan tangga ini mereka bisa membawa bintang yang berkelap-kelip itu dan masuk ke 'Surga'.

Memang ceritanya terdengar konyol dan tak masuk akal, tapi jika dibaca dialog demi dialog, bab demi bab ada rasa yang berbeda yang membuatmu ingin masuk ke petualangan mereka bertiga. Aku salut dan bangga pernah menerima hatimu Richard

*Rachel POV End*

Rachel memang pernah menerima Richard menjadi kekasihnya.

"Sekarang kau pilih satu balon yang akan ku ledakan menggunakan jarum ini, silahkan pilih" ujar Richard nada bicaranya terdengar seperti pedagang yang menawarkan dagangannya
"Yang mana saja?" Ucap Rachel tak yakin
"Ya, yang mana saja" jawab Richard
"Yang ini" Rachel menunjuk balon berwarna biru muda. Richard meledakannya, dan muncul selembar kertas dari dalam balon itu

' I've Fallin in love' begitulah isi tulisannya.

"Pilih lagi" ucap Richard

Rachel memilih balon berwarna ungu sekarang

' I think when I have you, I'll be a luckiest guy ever!'

"Kamu.." Rachel menatap Richard yang sedang tersenyum itu

"Kau takkan pernah tau kapan dan dimana cinta akan menjemputmu, dan aku rasa aku menemukan apa yang disebut Cinta, dan Cinta itu ada padamu"


Yaah.. Kalimat itu masih sering terngiang di terlinga Rachel, benar-benar kalimat yang manis dan romantis. Sekarang, orang itu sudah pergi menghadap-Nya. Dan yang paling disesalkan Rachel adalah dia tak ada disisi Richard pada saat hembusan-hembusan nafas terakhirnya

--------------------

"Nad, maaf... Aku ga tau kamu ga suka permen itu" ucap Yair dia benar-benar menyesal
"Ya.. Kumaafkan" jawab Nadya dengan agak berat
"Kamu masih marah?" Tanya Yair "maaf Nad, sumpah aku ga tau" Yair membentuk lambang V dengan kedua tangannya
"Gendong aku dulu sampai rumah, baru aku takkan marah lagi" ucap Nadya asal
"Okee"

Yair jongkok di depan Nadya dan memasang ancang-ancang seperti akan menggendong

"Ayo naik" katanya singkat

----------------------

"Donghae!!" Panggil Justin, saat melihat sesosok pemuda yang sedang memainkan bola basket di lapangan basket belakang bangunan kampus
"OI!" Sahut Donghae dia masih serius memainkan bola basketnya "tumben kemari.. Mau minta bantuan apa lagi?" Tanya teman Donghae yang duduk disamping lapang dan membaca buku oh bukan, bukan membaca buku tapi dibalik bukunya ada PSP.
"Aku mau minta bantuan kalian" ucap Justin
"Siapa?" Orang yang memainkan PSP itu mengangkat kepalanya
"Kalian semua! Ber10!" Jawab Justin bersemangat, Donghae berhenti mendribel bola dan mendekati Justin
"Bantu apa?" Tanyanya
"Menggaet seorang gadis di kelasku"
"Lakukan sendiri" sahut pemuda yang bermain PSP itu
"Ayolah, Kyu... Aku benar-benar butuh bantuan kalian, kalian kan paling mengerti masalah wanita" pinta Justin dia menatap Donghae dan pria yang dia panggil Kyu itu bergantian. Sementara Kyu dan Donghae saling beradu pandang, seperti saling meminta pendapat atas permintaan Justin

"Oke, seperti apa dia" ucap Kyu dan Donghae bersamaan, senyuman mulai mengembang di bibir Justin
"Namanya....."

No comments:

Post a Comment