Saturday, April 30, 2011

Packed for Love (6)

6th Part!!!!

Let's Begin!!!!


"Sial cowo itu, kenapa dia harus selalu datang dan menganggu suasana hatiku si.. Dasar Bajingan!" Gerutu Yair dia sampai di tempatnya les piano. Bangunan yang terlihat kuno itu sudah berdiri sejak taun 1980 , Yair selalu menyebutkan bahwa bangunan ini bangunan tertua yang pernah dimasukinya padahal 1 tahun yang lalu sebelum ia pindah orang tuanya mengajaknya mengunjungi Piramida.

Yair menitipkan skatenya di tempat biasa dia menitipkan barang-barang penting. Tak lama seorang gadis berambut hitam panjang mendekatinya, gadis itu memeluk buku chord piano warna ungu muda.

"Yair! Kukira aku sudah terlambat" katanya sambil menepuk pundak Yair
"Nadya?? Tumben biasanya subuh-subuh kau sudah datang.." Ucap Yair
"Subuh?? Kau meledekku??" Nadya menyipitkan matanya Yair tersenyum lalu menarik tas punggung yang dipakai Nadya.
"Ma...mau apa kau?" Tanya Nadya
"ayo ke kelas" ucap Yair
"Ga usah narik-narik napa?" Protes Nadya

***

"Ma? Mau apa kita ke kantor ini?"
"Kamu mau menyerahkan naskah karanganmu kan?"
"Bukannya bisa besok?? Atau kapan?? Yang jelas bukan sekarang.. Bisa kan??"
"Memangnya ada apa dengan karanganmu?"
"Tidak ada.."
"Ya sudah ayo, kita masuk"

Wanita itu mengandeng tangannya dan melangkah masuk ke dalam kantor penerbitan itu. Anak itu tampaknya tidak yakin dengan sikap mamanya. Dia rasa terlalu cepat untuk menyerahkan naskah novelnya ke redaksi.

"Chase, kelihatannya dompetku tertinggal di atas.. Aku kembali sebentar ya?" Ucapmu, Chase mengangguk dari dalam mobil. Kamu buru-buru masuk ke dalam kantor tadi, dan menaiki lift untuk sampai di kantor pa Landon tadi. Saat kamu mengetuk pintunya, dan dibukakan oleh seorang wanita yang memakai blazer warna biru tua yang sangat mencolok. Pa Landon menatapmu, kamu membungkukan badanmu.

"Maaf, menganggu, aku cuma ingin mengambil dompetku yang tertinggal" ucapmu dengan nada sopan. Anak tadi melihat dompet kulit di depan meja langsung mengambilnya dan memberikannya padamu sambil tersenyum.
"Ini?" Tanya anak itu
"Ya, syukurlah.. Trims" katamu sambil tersenyum, wanita yang sepertinya ibu dari anak itu terlihat sangat terganggu dengan kedatanganmu, kamu kembali membungkukan badanmu, lalu berpamitan. Anak itu masih berdiri di depan pintu yang terbuka dan memperhatikan punggungmu yang semakin lama semakin menjauh.

"Skandar! Sini! Duduk di samping mama" perintah ibu itu. Anak yang bernama Skandar bergegas menutup pintu itu dan kembali duduk di samping ibunya.

***

Kamu kembali ke dalam mobil dan Chase agak heran melihatmu yang kelihatannya sangat terburu-buru saat itu.

"Ada apa Rachel?" Tanyanya
"Eh.. Aku lupa harus kembali ke apartemen untuk menemani adikku mencari tempat kursus" katamu
"Kenapa tidak bilang?? Kita ngebut ya??" Ajak Chase dia kelihatannya sedang bergurau tapi kamu malah menganggap itu serius
"Boleh, tapi kalau ditilang jangan salahkan aku" ledekmu
"Yes Ma'am!" Chase menstater mobilnya, mobil range rover itu melaju sangat cepat di jalan raya. Melalui sebuah jalanan yang lumayan sepi yang disisinya ditumbuhi pohon palem yang rimbun.
"Rachel" panggil Chase
"Ya?" Kamu menoleh
"Kau tau?? Aku benar-benar senang hari ini" katanya dia memasang wajah sok ganteng, kamu mengangkat sebelah alismu.Suasana hening, kamu kembali melihat jalan

"Chase!! Perhatikan jalan!!!" Jeritmu, Mobil Range Rover itu naik ke atas trotoar dan muncul pohon besar di depan kalian. Kamu menjerit ketakutan, mobil itu menabrak pohon itu, tidak ada yang terluka.. Chase menggenggam stir mobil dengan wajah pucat. Kamu bersandar di jok sambil menggelengkan kepalamu.

"Astaga Chase.. Aku tau kamu sangat senang hari ini, tapi paling tidak perhatikan jalan saat mengemudi Ok?" Pintamu sambil menatap Chase lembut, kamu mencoba untuk tidak menyalahkan Chase sepenuhnya. Chase mengangguk. Mobil kembali ke jalan, dan melaju dengan mulus.

"Ternyata ketahuan juga sifat cerobohku" ucap Chase tiba-tiba
"Hahahaha.. Itu tadi benar-benar mengejutkan, tapi kalau dipikir lucu juga.. Aku menyukainya" katamu sambil tersenyum.
"Kau senang?" Tanya Chase
"Ya.. Kenapa?"
"Mau kulakukan lagi?" Tanya Chase
"Silahkan, tapi biarkan aku turun sekarang" katamu ketus
"Aku hanya bercanda Rachel.. Siapa juga yang ingin lagi.. That's Horrible, and a nightmare for me" katanya
"Yeah! Me too" ucapmu pelan.

"Aku bangga padamu, man! Ini baru berkarya" puji Usher sambil menepuk-nepuk pundak Justin. Dia hanya tersenyum. Di dalam mobilnya Justin menggumamkan kata yang sama berulang-ulang "Thanks God".

***

"Maa.." Panggilmu yang baru saja tiba. Tapi sepi tak ada jawaban, Licca bilang yang lain sedang ke bawah mencari makanan untuk makan siang. Kamu membelai rambut Licca lalu duduk disampingnya.

"Ka," panggil Licca, kamu menoleh ke arah gadis cantik itu sebantar lalu kembali memperhatikan layar komputermu.
"Kaka, apa benar kaka akan mengantarkan Lisa mencari tempat kursus?" Tanya Licca, kamu mengangguk
"iya. Kenapa sayang?" Tanyamu
"Tidak ada.. Cuma bertanya" katanya lagi, dia mengambil remote lalu memindahkan channel TV.

Kamu memasukan kaset YUI kedalam player lalu memasang earphone. Licca melihat cover kaset itu, lalu memandangmu.
"Kaka," katanya sambil menarik-narik bajumu,
"apa?" Katamu sambil melepaskan sebelah earphone.
"Boleh aku ikut mendengar lagunya?" Tanya Licca,
"tentu, kenapa tidak?" Kamu memberikan sebelah earphonemu.

Track pertama lagunya di putar. Licca membuka sampul kaset itu, dia terkejut karena muncul bahasa yang tak bisa dibacanya.
"Kaka ini bahasa apa?" Tanyanya. Kamu tertawa kecil
"Itu bahasa Jepang sayang.. Kenapa?"
"Aku tak bisa membacanya sama sekali" kata Licca lagi, kamu membelai kepalanya lembut. "Nanti kaka ajari" katamu
"Serius?" Ucap Licca semangat
"Iya" kamu mengangguk.
"Makasih ka" Licca memeluk pinggangmu.Kamu akhirnya tidak jadi mengantarkan Lisa kaka kembar Licca mencari tempat kursus karena sudah malam. Selain itu, kamu berniat mencari spot indah untuk kelanjutan kisahmu. Kamu berpamitan pada yang lainnya, melilitkan syal di lehermu lalu berjalan keluar apartemen. Diluar, angin terasa menusuk tulangmu. Kamupun merapatkan jaket hitam yang kamu pakai. Kamu memilih di sebuah taman kota di Atlanta sebagai tempatmu mengetik malam itu. Kamu duduk di sebuah kursi -- atau mungkin sebuah ayunan dengan kursi panjang dan meja didepannya -- yang di atasnya terdapat sebuah payung lebar. Kamu melihat di depanmu terdapat sebuah lilin dan tempatnya yang sangat cantik dan manis. Kamu mengeluarkan korek dari dalam tasmu lalu menyalakan lilin itu. Cahaya temaran muncul dari lilin itu. Walau dalam kegelapan, tapi wajahmu sungguh menawan. Kamu melihat sekeliling, banyak pasangan yang sedang berkencan. Mereka terlihat sangat romantis, kebetulan malam itu juga malam weekend. Tak lama mulai turun salju, banyak dari mereka yang mulai membuka payung, ada yang memanfaatkan kesempatan itu untuk mencium pasangannya. Kamu menggelengkan kepalamu. Lalu mengeluarkan notebookmu dan menyalakannya.

***

Justin masih menunggu, di sebuah kursi kayu di belakangnya terdapat kolam air mancur. Dia tak menggunakan penyamaran sama sekali. Menurutnya, ini malam yang cocok untuk mereka semua berkencan. Dan dia harap malam ini juga dia akan kencan dengan kekasihnya -- atau mungkin orang yang dikabarkan dekat dengannya -- Selena.

Disisi lain, di samping gerbang taman, berdiri seorang pemuda berwajah penuh kekhawatiran -- atau ketidak sabaran --. Dia terus menggaruk kepalanya padahal tidak gatal

"Aduuh.. Nadya mana si? Lama banget.. Kalo gini caranya, mending aku temui Mrs. Chyntia lagi" katanya. Tak lama muncul seorang gadis cantik menggunakan payung dan mantel warna putih muncul dari hiruk pikuk jalanan."Maaf telat" ucapnya.

Di rumah yang lumayan mewah, seorang anak tertidur di balik selimut tebalnya, dia tertidur menggunakan pakaian bagus bukannya piyama atau sejenisnya. Tak lama gadis yang rambutnya dikuncir satu memasuki kamar anak itu perlahan. Dia tersenyum manis, lalu mengejutkan anak itu hingga terbangun.
"Hayo! Katanya mau jalan-jalan malam ini" katanya
"Aaahh.. Cika! Kau membuatku jantungan tau" keluh anak itu"Salah sendiri.. Lagipula kamu tidur tak menggunakan piyama"
"Habisnya, menunggumu lama sekali... Sampai aku tertidur deh" jawabnya asal
"Ya sudah! Lagipula dari jaman Napoleon sampai sekarang yang ada cowo yang jemput cewe bukan cewe yang jemput cowo.. Gimana si?" Protes gadis yang bernama Cika itu.
"Iya ya.. Hahahahaha" jawab anak itu sambil menggaruk-garuk kepalanya
"Greyson, Greyson.. Sana cuci muka! Atau kutinggal" ancam Cika
"Iya,iya"

***

Sudah 25 menit menunggu Selena tak kunjung datang, tapi Justin masih setia menunggu disana. Kamu yang baru saja selesai mengetik dan berniat pulang. Tapi entah kenapa kamu ingin sekali ke tempat air mancur. Kamupun berjalan kesana. Sambil sibuk memasang tudung yang ada di mantel hitam yang kamu gunakan.

"Yair, kamu ga dingin apa?" Tanya Nadya
"Kenapa kamu kedinginan?? Kita ke cafe itu ya? Siapa tau disana menyediakan coklat panas" ucap Yair. Nadya mengangguk. Di perjalanan Yair meminta Nadya memegangkan payung sebentar. Diam-diam Yair melepaskan syal yang dia gunakan dan dipasangkannya ke leher Nadya. Tentu saja wajah Nadya berubah menjadi sangat merah mmirip kepiting rebus yang baru saja disiran saus diatasnya.
"Kamu spesial, Nadya.. Kamu spesial" bisik Yair. Bisikan lembut itu membuat badan Nadya lemas seketika, nafasnya tidak teratur dan jantungnya berdetak cepat serasa ingin copot.

Saat sampai di tempat air mancur kamu duduk di kursi dimana Justin duduk,kamu dan Justin berpandangan. Lidah kalian membeku seperti ada sesuatu yang jatuh di lidah kalian sehingga tak mampu berkata-kata. Kamu melihat Justin yang warna mantel abu-abunya tercampur dengan salju yang berguguran. Rambutnyapun basah.

"Kamu nekat hujan-hujanan? Menunggu seseorang? Atau stres?" Tanyamu tanpa banyak berpikir
"Menunggu seseorang" jawab Justin singkat
"Ooh.. Sudah lama?" Tanyamu lagi
"Dari 26 menit yang lalu" ucap Justin sambil melihat jamnya
"Dia janji akan datang?"
"Entahlah.. Kenapa bertanya seperti itu?" Tanya Justin balik
"Tidak ada.. Masalahnya kamu sudah basah kuyup seperti ini, masih saja setia menunggu" ucapmu sambil menyandarkan dirimu ke sandaran, Justin tersenyum. Kamu menatap matanya yang merah. Kamu yakin pasti Justin sangat kedinginan. Kamu memutuskan untuk melepaskan syalmu lalu memasangkannya di leher Justin.

"Jangan geer, atau salah kaprah, aku hanya tak ingin kamu tampil jelek di depan orang yang kamu tunggu" ucapmu sambil menyingkirkan salju yang menempel di mantel Justin. Justin memperhatikanmu, tiba-tiba tangan dinginnya memegang tanganmu, dia menatapmu lembut

"Makasih.. Kau tau, kau gadis yang baik" katanya dengan suara yang agak serak
"Tak masalah"Kamu akhirnya menemani Justin disana. Kamu melirik jammu lalu meminta Justin menelepon orang yang dimaksud, Justin bilang nomornya tidak aktif. Kamu yakin, orang itu takkan datang bila sudah seperti ini. Mana salju turun semakin deras, kamu takut Justin jatuh sakit

"Justin, sepertinya dia takkan datang, sebaiknya kamu pulang.. Kalau tidak kamu bisa sakit" katamu sambil bangkit dari tempatmu duduk, Justin menahanmu.
"Bila Selena tidak bisa datang, aku harap kamu mau menggantikannya menemaniku malam ini" lirihnya
"Eh?.. Eem.. Baiklah" kamu sebenarnya tak ingin menerima permintaan Justin, tapi kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutmu dan tanpa izin dari otakmu lebih dulu.
"Oke, kita pergi" ucap Justin, dia bangkit lalu mengamit tanganmu sambil tersenyum. Kamu membalas senyumannya.Kalian mampir di sebuah cafe yang agak sepi. Justin bilang ini tempat yang biasa dia datangi bersama Selena. Kalian duduk di Pojok ruangan, Justin menatap keluar jendela. Kamu memandangnya dengan tatapan kosong, kamu suka melihat pipinya yang merah karena kedinginan. Justin berniat mengatakan sesuatu padamu, bingung melihatmu yang sepertinya serius memperhatikan sesuatu.

"Rachel?" Katanya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahmu dan itu yang membuatmu tersadar dari lamunanmu
"Eh?? Apa?? Ada apa??" Katamu
"Kamu bengong??" Tanya Justin
"Enggak.. Cuma aku suka aja ngeliat orang itu" katamu sambil menunjuk bapa gendut yang sedang melahap roti isi dagingnya, Justin menoleh ke arah bapa itu malah semakin bingung. Dia kembali menatapmu kamu tau maksud pandagannya itu
"Aku aneh ya?" Tanyamu

***

"Cika, kita makan malam di cafe itu ya? Supnya terkenal enaaak sekali" ucap Greyson
"Boleh.. Kalau memang supnya enaaaak sekali" ledek Cika. Greyson langsung mencubit pipi Cika karena gemas.
"Ngeledek ya?" Katanya lagi, Cika hanya tertawa.

"Eh? Enggak siapa bilang? Oh ya, mau pesan sup nya? Cafe ini terkenal dengan supnya yang sedaap sekali" ucap Justin meyakinkan. Kamu mengangguk, Justin memanggil pelayan. Kalian memesan pesanan yang sama, saat pelayan pergi kamu dan Justin berpandangan.

"Eh, Jelek, ga usah ikut-ikut napa?" Ucap kalian bersamaan
"Kamu yang ngikutin" ucapmu
"Kamu" tuduh Justin

Kamu memasang tampang BT, Justin malah tersenyum puas.
"Apa senyum-senyum, orang gila?" Ledekmu
"Aah cewe sinting" jawab Justin asal
"Eeeeh, kurang ajar kamu... Justin jelek!" Ledekmu lagi
"Rachel jelek" jawab Justin sambil menjulurkan lidahnya

Kamu menatapnya tajam, lalu memandang jalanan. Justin diam-diam pindah tempat duduk menjadi di sebelahmu, dan mencium pipimu. Kamu kaget bukan main, dan langsung menatap Justin.

"Ga bisa diajak becanda itu hukumannya" ucapnyaKamu mencium pipi Justin, otomatis wajah Justin memerah, itu pertama kalinya ada gadis yang berani dan tiba-tiba mencium pipinya secara mendadak seperti itu.
"Untuk yang suka main nyosor itu hukumannya" katamu sambil tersenyum puas

Justin menatapmu dengan pandangan bingung,

"Justin..." Panggilmu dengan suara memanja

"E..eh?" Justin memberikan respon singkat
"Kamu jelek!" Katamu setengah berbisik. Justin langsung mengacak-acak rambutmu kalian tertawa cukup keras, semua orang yang ada di cafe melihat kalian berdua. Kalian diam dan langsung menjaga jarak.

"Justin jelek!" Bisikmu

"Rachel Jelek!" Balas Justin

- 6th Part End -

No comments:

Post a Comment